19.Di rumah sakit

''Apa yang kamu inginkan?'' tanya Ibu Maya berdiri menatap David yang saat itu memegang pisau.

Melihat Ibu Maya, berbalik David tetap duduk dengan air mata berderai. Namun, perlahan dia bangun dari duduknya dengan pisau yang masih di pegang dengan eratnya.

Perlahan David bangun, dan berjalan mendekati Ibu Maya dengan pandangan mata penuh kesedihan. Melihat hal itu, Ibu Maya terlihat ketakutan, ia berjalan menjauhi David dengan sesekali memberikan peringatan kepada David agar dirinya tidak mendekat. Namun, David tidak menggubrisnya, dia tetap mendekati Ibu Maya dengan pisau di tangannya.

''David, Tante peringatkan kamu, jangan kamu mendekati Tante, kalau kamu sampai mendekati aku, aku akan teriak dan membuat kamu di gebukin warga sini,'' ancam Ibu Maya agar David tidak mendekati dirinya.

''Kenapa Tante? Kenapa Tante melakukan hal itu, apa tante lupa kalau aku adalah calon menantu Tante? ''jawab David dengan terus berjalan mendekat ibu maya.

''Stop David, apa kamu lupa, hah? Kamu dan Maya sudah berakhir, Maya sudah mengakhiri hubungan kalian. Dan asal kamu tahu David, saya sangat mendukung Maya untuk melepaskan kamu dari hidupnya. Jadi.. Tolonglah, tolong kamu pergi dari hidup Maya dn jalani hidup kamu,'' ujar Ibu Maya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh ibu Maya, David menghentikan langkah dan menjatuhkan pisau yang di pegangnya. Sesaat ia terdiam dengan pandangan mata penuh dengan kesedihan. Dia terus menatap Ibu Maya tanpa berkata sepatah katapun.

Tiba-tiba tubuhnya limbung dan jatuh bertekuk lutut di hadapan Ibu Maya.

''Tante, David mohon dengan tante. Tolong, tolong izinkan David untuk bertemu dengan Maya, David mohon.'' Pinta David dengan penuh kesedihan dan mata yang memerah menahan kesedihan di matanya.

Melihat hal itu, Ibu Maya terlihat bersimpati dengan David, dia mendekati David dan berdiri di hadapan David utuk membantunya.

''Bangun David, tante akan bantu kamu untuk bertemu dengan Maya, tapi tante tidak bisa janji dengan kamu kalau Maya akan bertemu dengan kamu. Sekarang kamu pulang saja, biarkan Maya tenang terlebih dulu.''

Mendengar ucapkan Ibu Maya, David menghentikan tangisnya dan bangun dari duduk bertekuk lututnya.

******

Di rumah sakit, keadaan Arga masih tak sadarkan diri. Tampak Maya duduk di kursi tunggu dengan derai air mata terus mengalir membasahi pipinya. Tidak hanya itu, lantunan doa untuk Arga terus di ucapkan oleh Maya. Dia sangat berharap Tuhan membantunya untuk kali ini, beberapa saat kemudian, Ib Arga datang dengan wajah yang terlihat panik.

Awalnya dirinya tidak menyadari wanita yang duduk di kursi tunggu berwajah mirip dengan Zayra.

''Arga.. apa yang terjadi dengan kamu? Kenapa semua ini bis terjadi? '' ucap Ibu Arga dengan air mata yang terus berderai membasahi pipinya.

Melihat kedatangan Ibu Arga dan ayahnya, Maya bangun dari duduknya. Dia menyeka air matanya dan berjalan mendekati Ibu Arga, namun saat itu langkahnya terhenti ketika dirinya menyadari Ayah Arga melihat dirinya dengan tatapan mata yang sangat aneh.

Sat itu dia hanya diam dengan pandangan mata yang terus menetap ke arah Maya. Dia tercengang melihat wanita yang sangat mirip dengan Zayra.

''Zayra!'' panggil Ayah Arga dengan tak percaya kalau Zayra kembali hidup.

Mendengar suaminya memanggil nama Zayra, Ibu Arga terdiam. Dengan perlahan dia berbalik dan ketika dirinya terbalik betapa terkejutnya dia Zayra kembali hidup.

''Zayra!'' panggil Ibu Arga dengan lirih dan tak percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya.

Maya kebingungan ketika dirinya di panggilan Zayra, sedangkan namanya adalah Maya. Ia mencoba menjelaskan kepada orang tua Arga, namun dirinya tidak mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan siapa dirinya kepada orang tua Arga.

Saat dirinya ingin menjelaskan tentang siapa dirinya, orang tau Arga memeluk erat dirinya dan menangis di pelukan Maya.

''Mama, benar benar tidak percaya kalau kamu akan kembali hidup Zayra, Mama sangat bersyukur karena mama bisa menemui kamu lagi,'' ujar Ibu Arga dengan derai air mata terus mengalir.

Maya tak dapat berkata sepatah kata di pelukan Ibu Arga. Setetes demi setetes air mata jatuh mengalir membasahi pipinya, ia membalas pelukan Ibu Arga dengan erat.

Tak berselang lama, Ibu Arga melepaskan pelukannya dan memegangi kedua pipi Maya dengan penuh kasih sayang.

''Zayra, kamu kemana aja? Kenapa kamu meninggalkan Mama, Arga dan papa, kenapa? KENAPA? '' tanya Ibu Arga dengan menangis hingga sesenggukan.

Maya hanya diam mendengar pertanyaan itu, dia memandang Ibu Arga tanpa menghentikan air matanya.

''MAYA!'' panggil Ibu Maya.

Kesedihan Maya seketika hilang ketika dirinya mendengar suara ibunya, dia berbalik dan melihat kar arah ibunya. Tidak hanya Maya, orang tua Arga pun ikut melihat ke arah wanita yang memanggil wanita di hadapannya dengan sebutan Maya.

''Maya?! Siapa Maya?'' jawab Ibu Arga.

''Saya Maya, Tante. Saya bukan Zayra, dan saya juga tidak mengena Zayra,'' jawab Maya dengan lirih di hadapan ibu Arga. Dia melangkah menjauhi Maya, namun langkahnya terhenti sesaat, ia menyeka air matanya dan kembali mendekati Maya. Dia memegang lengan Maya dengan penuh kasih sayang.

''Kamu pasti bohong, kamu Zayra, bukan Maya,'' ucap Ibu Arga dengan lirih.

''Tante, saya memang Maya bukan Zayra.''

Mendengar jawaban dari Maya, Ibu Arga mendorong Maya hingga Maya terdorong beberapa langkah dari hadapan Ibu Arga.

''KAMU ZAYRA DAN HANYA ZAYRA, BUKAN MAYA!!!'' ucap Ibu Arga dengan nada lantang setelah dirinya mendorong Maya.

''Hey, Ibu. Dia itu Maya anak saya, dia bukan wanita yang ibu maksud. Dia bukan Zayra kamu, dia itu Maya anak saya,'' sahut Ibu Maya dengan marah.

''Mama, sudah Mah. Maya mohon dengan mama, tolong jangan seperti ini. Kita bisa jelaskan dengan cara yang lebih baik, '' jawab Maya menenangkan ibunya.

''Gak bisa, kamu itu mama yang melahirkan, bukan orang lain. Jadi wajar kalau mama tidak suka, anak yang mama lahirkan dianggap orang lain. Kamu itu Maya, bukan Zayra,'' jawab Ibu Maya dengan nada marah dan bernada tinggi.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Ibu Maya, Ibu Arga hanya diam. Matanya terus meneteskan air mata, Maya yang tidak tega dengan hal itu,tanpa banyak bicara. Dia menarik ibunya, menjauh dari kamar yang di tempati oleh Arga.

Ketika dia merasa sudah jauh dari kamar yang di tempati oleh Arga, Maya melepaskan tangannya yang memegangi tangan ibunya.

''Mama, apa-apaan sih, ini rumah sakit Mah. Kenapa.. Kenapa nada bicara mama bisa setinggi itu? Maya sudah katakan ke mama, kita akan jelaskan dengan baik, jangan dengan kemarahan. Tapi, mama bicara seolah kita sedang di hutan. Mah, asal mama tahu, orang yang mama bentak. Dia adalah orang tua dari pria yang menolong aku dari para begal itu, '' terang Maya pada ibunya. Ibu Maya yang mendengar penjelasan Maya, dia hanya diam. Dia menyesal dengan apa yang dikatakannya.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!