20. Di rumah sakit

''Keluarga korban!'' panggil seorang suster kepada keluarga Arga.

Melihat hal itu, wajah khawatir kembali muncul. Ibu Arga mendekati suster itu.

''Ada apa suster? Apa yang terjadi dengan anak saya?'' tanya Ibu Arga.

''Ibu, Bapak, Dokter sudah berhasil menghentikan pendarahan  yang di alami Pak Arga, namun...''

''Namun apa Suster?'' jawab IBu Arga dengan air mata terus mengalir membasahi matanya.

''Namun, pasien dalam masa koma,'' jawab suster itu. Tangis Ibu Arga pecah ketika mendengar kabar kalau anak laki-lakinya harus koma, melihat hal itu Maya yang berdiri di dekat ibunya, dia bergegas menghampiri Ibu Arga yang saat itu sedih dengan keadaan anaknya.

Maya memegangi tubuh Ibu Arga yang saat itu sudah lemas dan tidak bisa menopang tubuhnya. Maya pun membawa Ibu Arga untuk duduk, ia berusaha untuk menenangkan Ibu Arga.

Ketika Ibu Arga dan Maya duduk bersandingan, tak henti-hentinya Ibu Arga meneteskan anaknya. Dia meratapi nasib dari anaknya yang mengalami kejadian ini. Maya yang merasa bersalah, dengan lapang dada dia meminta maaf kepada Ibu Arga. Maya merasa semua yang terjadi dengan Arga adalah kesalahannya.

''Tante, Maya minta maaf dengan tante, gara-gara aku semua ini terjadi,'' ucap Maya. Dia sangat sedih di samping Ibu Arga.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Maya, Ibu Arga terdiam dari tangisnya. Dia menatap tajam Maya seolah Maya lah yang menjadi penyebab semua kejadian ini. Melihat tatapan itu, Ibu Maya mengira kalau Ibu Arga akan menuduh dirinya, namun apa yang dipikirkannya  ternyata adalah sebuah kesalahan.

''Hey, kenapa kamu menatap anak ku seperti itu?'' ucap Ibu Maya dengan nada tinggi, melihat tatapan Ibu Arga.

''Apa kamu ingin menyalahkan anak saya?''

Mendengar ucapan ibunya, Maya menetap ke arah ibunya. Dia terlihat marah dengan ibunya, ketika mendengar ucapan itu.

''Mama.. '' panggil Maya agar ibunya tida emosi, namun apa yang dilakukannya justru membuat ibunya semakin emosi dan membuat dirinya membentak ibunya.

''Apa, hah? Apa? Kamu mau bela ibu pria itu, iya? Apa kamu lupa kalau aku yang mengandung diri mu, bukan dia? '' jawab Ibu Maya dengan sangat marah.

''MAMA!!!'' bentak Maya. Tatapan Maya terlihat sangat tajam pada ibunya, Maya terlihat tidak bisa meredam kemarahannya. ''Aku tidak pernah sedikitpun lupa dengan siapa ibu atau siapa ayah ku. Aku minta maaf dengan ibu, aku sagat amat meminta maaf dengan ibu karena membentak ibu demi orang yang tidak aku kenal. Aku minta maaf dengan ibu, tapi ibu sangat keterlaluan. Ibu tidak bisa membedakan dimana rumah sakit dan dimana hutan. '' Tegas Maya kepada ibunya. Dia diam sesaat dengan tatapan sedikitpun tidak teralihkan dari pandangan ibunya.

''Ibu bicara dengan lantangnya, dan tidak menghargai pasien yang lainnya. Dan, jika memang Ibu pria itu menuduh aku, biarkan lah karena ini memang kesalahan ku. Dia berniat menolong ku,'' lanjut Maya dengan tegas pada ibunya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Maya, Ibu Arga bangun dari duduknya dan terlihat sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Maya.

''Apa?! Jadi Arga tertusuk karena menyelamatkan kamu, kenapa kamu tidak bilang dari awal ? Dan apa yang terjadi hingga Arga bisa di tusuk? Apa yang sebenarnya terjadi? '' tanya Ibu Arga tanpa berhenti sedikitpun.

Dia tidak memberi ruang kepada Maya untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Dia terus menyalahkan Maya dan menuduh Maya sebagai pelaku penusuk anaknya.

Merasa tak terima anaknya di tuduh oleh orang yang tdiak di kenal, Ibu Maya membela Maya hingga tercipta keributan di rumah sakit.

Ketika Maya sudah tidak kuat dengan pertengkaran itu, dia membentak ibu dan Ibu Arga agar mereka berhenti bertengkar.

''STOP!.'' Bentak Maya membuat dua wanita paruh baya itu, menghentikan pertengkarannya. ''Aku mohon dengan kalian berdua, buat Tante kalau memang menyalahkan aku, silakan tante, tapi aku mohon dengan tante jangan membuat keributan. Ini bukan di rumah atau hutan atau rumah yang bisa berteriak sesuka hati, ini di rumah sakit. Dan untuk ibu, kita pulang sekarang. Jangan membuat keributan lagi, Maya mohon .''

Maya pun memegang tangan ibunya. Dia menarik tangan ibunya menjauhi Ibu Arga. Ketika dirinya pergi menjauhi kamar Arga, matanya meneteskan ar mata. Saat itu dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya. Dia merasa berat untuk meninggalkan pria yang masih tidak di kenalnya tersebut.

Di waktu yang bersamaan, Arga yang tidak sadarkan dirinya tiba-tiba kejang-kejang. Dokter yang menangani Arga seketika panik dan berusaha menenangkan Arga dengan menyuntikan obat penenang, namun apa yang dilakukannya tidak berhasil. Arga tetap kejang kejang.

Hal itu bukan karena sebab, hal itu terjadi karena Arga terus membayangkan saat saat dirinya mengalami kecelakaan dan kehilangan Zayra.

Di sisi lain, Maya berjalan dengan perlahan dengan di dampingi air mata yang terus mengalir membasahi matanya. Menyadari hal itu, pandangan ibunya terus tertuju pada Maya. Namun tiba-tiba Ibu Maya menghentikan langkahnya membuat Maya terkejut dan berbalik melihat ibunya dengan berusaha menyembunyikan kesedihannya.

''Kenapa ibu berhenti? '' tanya Mayapada ibunya.

Mendengarkan pertanyaan Maya, Ibu Maya mendekati Maya dan memegangi kedua pipi Maya dengan penuh kasih sayang seorang ibu.

''Kamu tidak bisa meninggalkan pria itu? ''tanya ibunya pada Maya dengan memegangi kedua pipinya.

Maya terdiam mendengar pertanyaan itu. Dia berusaha untuk tidak menangis di hadapannya.

''Kenapa kamu menutupi kesedihan kamu dari ibu?Kamu tidak perlu melakukan hal itu, Ibu tahu kamu sangat berat meninggalkan pria itu. Apa kamu jatuh cinta dengan pria itu?'' tanya Ibu Maya.

Mendengar ucapan itu, Maya hanya diam. Tiba-tiba air matanya menetes di hadapan ibunya, tanpa banyak bicara dia memeluk erat ibunya dan menangi di pelukan ibunya.

''Ibu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa aku merasa sangat berat meninggalkan pria itu, padahal aku tidak mengenal dirinya. Aku sudah beberapa kalai bertemu dia, dan dia selalu membantu aku, tapi aku.. aku tidak bisa membalas kebaikannya. Apa yang harus aku lakukan ibu? Apa ibu? '' ucap Maya dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya

Mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya, Ibu Maya ikut menangis. Namun, ia melepaskan pelukannya dan memegangi kedua lengan Maya dengan penuh kasih.

''Maya, kalau kamu memang berat meninggalkan pria itu, tinggallah disini, tunggu dia sadar, jika ibunya memarahi kamu, lawan dia. Jangan kamu hanya diam,'' ucap Ibu Maya.

''Tapi Mama... ''

''Tidak ada kata tapi, Maya. Kembalilah ke ruangan itu, buatlah dia sadar dengan kehadiran kamu, '' jawab Ibu Maya degan senyum kecil di bibirnya.

Mendengar apa yang dikatakan ibunya, Maya bergegas pergi ke kamar Arga. Dia berlari dengan sekuat tenaga dengan air mata yang terus berderai membasahi matanya.

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!