Tiga minggu kemudian
Meskipun satu minggu kemudian adalah pernikahan Elain, tetapi gadis itu tetap bertugas sebagai dokter seperti biasa nya di rumah sakit.
Ayah nya sudah datang lagi dari desa untuk mempersiapkan pernikahan Elain.
Pagi ini Elain bahkan diceramahi oleh Nyonya Mira karena dia masih tetap berangkat kerja padahal sekarang saat nya untuk sibuk dengan pernikahan nya.
Tetapi menurut Elain semua urusan pernikahan nya akan di urus oleh WO. Jadi dia masih bisa memeriksa pasien nya di rumah sakit.
Seperti saat ini, Elain berdandan dengan rapi, rencana nya dia akan ke rumah sakit Nerro saat jam makan siang.
Elain berdandan rapi, sedikit mengubah penampilan nya menjadi lebih elegan dengan tubuh tinggi dan dengan rambut yang sepanjang pinggang nya, ngomong ngomong rambut dokter Elain begitu indah.
Serta outfit nya sedikit lebih memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sangat indah itu. Elain berbeda dari biasanya hari ini.
Pukul dua belas siang Elain pun meluncurkan mobil nya menuju rumah sakit pusat keluarga Nerro, tempat tunangan nya Sean Nerro bertugas.
Dia berencana untuk makan siang dengan Sean Nerro tanpa memberitahu tunangan nya itu terlebih dahulu.
Elain bermaksud untuk memberikan surprise untuk pria nya itu. Dan akhirnya Elain telah sampai, dia sekarang berada di parkiran pribadi rumah sakit Nerro.
Tidak disangka ternyata di sana juga sudah ada mobil lain yang terparkir selain mobil Sean dan dia kenal baik pemilik mobil itu yang tidak lain adalah kakak tiri nya, Marin Bora.
Elain bertanya – tanya dalam hatinya mengapa sang kakak ada di rumah sakit Nerro di saat jam makan siang seperti ini.
Bukankah dari rumah sakit Bora sampai kesini memakan waktu cukup lama? Tanpa banyak memikirkan hal yang aneh, Elain tetap memarkir kan Mobil nya lalu naik melalui lift pribadi langsung menuju lantai atas, ruangan Sean Nerro.
Di ruangan Sean Nerro
Sebagai direktur rumah sakit tentu saja Sean memiliki ruangan nya sendiri, tunangan Elain itu sedang makan siang di temani oleh Marin Bora.
Dan entah kenapa Sean memiliki perasaan gelisah yang tiba – tiba muncul begitu saja dalam dirinya.
“Sean, ada apa dengan Mu, sepertinya sejak tadi aku melihat mu sedikit tidak nyaman. Ada masalah sama kamu?” tanya Marin yang memang menyadari gerakan tubuh Sean yang seperti nya memang sedang tidak baik – baik saja.
“Oh, a – a … tidak ada, semuanya baik – baik saja, jangan khawatir. Ayo lanjutkan makan nya.” Jawab Sean tersenyum canggung.
“Sayang, jika kamu ada masalah, kamu harus cerita sama aku. Kamu tahu aku akan selalu mendukung Mu,” ucap Marin menggenggam tangan Sean.
“Ya, aku tahu.” Jawab Sean sembari mengelus tangan Marin yang menggenggam tangan nya, kemudian dengan gerakan natural dia melepaskan tangan mereka dan melanjutkan makan siang kedua nya.
Tok … tok …
Marin dan Sean masih makan namun tiba – tiba seseorang mengetuk pintu ruangan Sean dari luar. Sean pun berdiri pria tampan itu pergi membuka pintu.
Deg!
Ini keadaan yang tidak di duga oleh nya bahwa tunangan nya akan datang. Karena biasa nya di saat jam makan siang seperti ini selalu Sean lah yang mencari Elain untuk lunch bareng.
Elain tersenyum kemudian spontan memeluk Sean yang berdiri di pintu menyambut nya. Tanpa sadar Elain melihat kedalam, ternyata di meja tamu, duduk kakak nya Marin Bora yang sedang makan membelakangi nya.
Marin tidak menyadari orang yang datang adalah adik nya. Marin hanya fokus pada makan siang di depan nya.
“Oh, kakak ku ternyata ada di sini? dan sedang makan siang? berarti kamu sudah makan ya?” tanya Elain pada Sean, kedua nya masih berdiri di pintu.
Sean bingung harus menjawab apa karena dia melihat Elain memegang renteng makanan juga.
“Ah, sebenar nya tadi ada tamu, jadi aku pesankan tamu nya makan dan kita bertiga makan bersama tapi masalah nya kita makan nya hanya sedikit jadi masih sangat lapar.” Sean beralibi mencoba menutupi kebenaran nya.
“Ayo masuk dulu, sayang,” dengan lembut Sean pun membawa Elain masuk.
“Oh, oke kebetulan aku juga bawa makanan buat kamu, kita bisa makan lagi.”Jawab Elain.
“Sean, siapa yang datang?” tanya Marin sembari tangan nya membersihkan meja bekas makan mereka tanpa menoleh ke lawan bicara nya.
“Hai kak, tumben kesini, sejak kapan kalian begitu akrab?” tanya Elain yang tiba – tiba dan agak menyindir karena memang setahu nya apapun yang bersangkutan dengan Elain Marin tidak akan menyukai nya.
Jadi bukan kah aneh jika dia tiba – tiba akrab dengan tunangan nya? bahkan sampai makan bersama.
“Oh, itu kamu Elain. Em, aku dini karena aku yang mengurusi pernikahan - Mu, sekarang. Bukan kah selama beberapa hari ini kamu terus berada di rumah sakit? jadi kakek meminta ku menemui Sean untuk bertanya pernikahan seperti apa yang dia ingin kan.” Jawab Marin dengan alibi nya yang masuk begitu akal.
“Benarkah? kau sangat perhatian kakak, kalau begitu bagaimana kalau kita bertiga pergi makan di luar saja, sambil membuat ide tentang pernikahan ku?” tawar Elain sekedar basa – basi.
Tapi nyata nya malah langsung disetujui oleh Marin. Elain pikir Marin akan langsung menolak nya selain karena dia membenci Elain tetapi Marin juga sudah makan. Apa perut nya masih belum kenyang juga?
Sungguh di luar ekspektasi Elain, mengira Marin akan langsung pulang setelah kedatangan nya namun sekarang bahkan Marin juga yang memesan tempat makan untuk mereka.
Apakah Marin tidak melihat dia yang memegang kotak makan?
Yang lebih tidak habis pikir oleh Elain adalah bahkan Sean setuju begitu saja alhasil makanan yang dia bawa dari rumah nya pun di biarkan berada di ruangan Sean. Padahal sangat susah bagi Elain membuat nya di rumah tadi.
***
Kediaman Mandella
Di rumah besar ini, Elson, Shasa adik nya dan Nyonya Mandella sedang menonton TV di ruang keluarga. Hari ini Elson datang makan siang di rumah nya alih – alih makan sendiri di kantor ataupun restoran terdekat.
Elson dan Nyonya sibuk mengamati tayangan di TV sedangkan dokter Shasa sibuk dengan tablet di tangan nya yang sedang menonton ulang tayangan operasi dari wanita legendaris di rumah sakit Bora.
Gadis itu sedang mempelajari gerakan tangan Master Quartis.
Kegiatan nya itu berhasil mengalihkan perhatian Elson dari TV dan sebagai gantinya Elson pun mengamati nya.
“Bukan sepeti itu dokter Shasa, tangan Mu harus seperti ini agar jahitan mu bisa akurat,” jelas Elson yang memperhatikan gerakan tangan adik nya yang salah. Seraya memperagakan gerakan yang benar pada Shasa.
“Kau pun tahu yang seperti ini, Kak?” tanya Shasa kagum.
“Kakak bahkan bisa lebih baik dari Mu, dalam dunia kedokteran dokter Shasa,” Ucap Elson lagi.
“Benarkah? Aku sungguh tidak percaya.”
“Kau tidak tahu saja aku jenius dalam bidang itu,” Ucap Elson yang di anggap sebagai gurauan saja oleh adik nya padahal yang dia katakan memang benar. Nyonya Mandella hanya tersenyum melihat interaksi kedua anak nya.
“Kak, wanita seperti ini bisakah kamu mengalahkan nya?” tanya Shasa menunjukan pada Elson Vidio Master Quartis yang sedang mengoperasikan pasien nya di rumah sakit Bora.
Elson menerima tablet itu lalu menonton apa yang di maksud kan oleh Shasa, dan Elson sungguh terkejut melihat nya.
...Teman-teman pembaca tolong jangan lupa like nya yah, poin juga boleh atau bahkan vote lebih boleh lagi😊 agar Author tetap semangat nulis nya hehee Terimakasih sudah membaca.Sweet Dreams🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments