Ada yang berbeda Zaydan rasakan kali ini. Pagi untuk kesekian kali datang lagi pada mereka, sekarang sang istri menunjukkan ekspresi yang hampir setengah tahun tidak pernah disaksikan olehnya. Entah ada kejadian apa, sang direktur terkesiap akan perubahan dilayangkan Cahaya.
Ia mematung sejak keluar dari kamar beberapa menit lalu. Ia mencoba meyakinkan diri jika wanita di hadapannya ini adalah Cahaya, istri sah di atas kertasnya.
Merasakan seseorang menatapnya sedari tadi, Cahaya mendongak dan mengajak sang suami sarapan. Zaydan terperangah lalu mengiyakan kemudian duduk di kursi miliknya.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, hari ini mereka masih menikmati sarapan bersama. Banyak hidangan menggugah selera di atas meja dibuat langsung oleh Cahaya.
Dini pagi tadi, setelah membiarkan sang suami memeluknya lima menit lagi, Cahaya bergegas untuk melaksanakan salat sunnah sambil menunggu azan subuh berkumandang. Setelah itu ia bergegas menyiapkan sarapan dan membuat beberapa hidangan yang dirinya bisa.
Ia ingin membalas kebaikan Zaydan, sebab sudah membuatnya tenang. Cahaya tahu jika semalam di kala hujan datang lagi tidak bisa mengontrol diri sendiri.
Ingatan tentang tadi malam masih segar dalam kepala Zaydan. Sesekali sepasang onyx itu melirik pada Cahaya yang sama sekali tidak terusik oleh apa pun.
Wanita berhijab itu terus menikmati makanannya tidak peduli jika sang lawan bicara tengah berkali-kali memperhatikan.
"Apa ada yang salah, Tuan? Apa makanan ini tidak sesuai dengan selera Anda?"
Cahaya mengangkat kepala sambil mengunyah sesuap nasi yang baru saja dimasukkan ke dalam mulut.
Zaydan pun ikut beralih padanya lagi sambil melebarkan mata.
"Tidak! Tentu saja tidak seperti itu. Makananmu selalu enak, Cahaya." Puji Zaydan, antusias.
"Benarkah?"
Mendengar keraguan dari nada bicara sang istri, Zaydan berinisiatif kembali.
"Sungguh... masakan mu benar-benar enak. Aku berkata jujur, jika makanan buatan mu sangatlah lezat." Zaydan sampai mengacungkan kedua ibu jari ke hadapan Cahaya.
Entah sadar atau tidak wanita itu terkekeh sangat pelan. Bahkan hampir tidak disadari oleh Zaydan. Namun, sang direktur mengetahui adanya perubahan tersebut.
Ia kembali dibuat terkesima, akan perubahan signifikan sang istri.
"Terima kasih," balas Cahaya kemudian, lalu kembali melanjutkan makan.
Tiba-tiba saja ia merasa melankolis, di mana kata-kata dari Zaydan barusan mengingatkannya pada sang ayah. Arkana selalu memuji masakannya, tidak peduli apa pun yang ia buat.
Cahaya menghentikan gerakan tangan dan jatuh ke dalam lamunan.
"Masakan mu selalu sedap di santap, Cahaya. Kamu punya sentuhan tangan ajaib dalam masakan yang kamu buat. Beruntung pria yang menjadi suamimu nanti."
Itulah perkataan yang masih terekam jelas dalam ingatan Cahaya sampai saat ini. Kenangan manis bersama Arkana tidak akan pernah bisa ia lupakan sampai kapanpun.
"Beruntung? pria yang akan menjadi suamiku? Apakah seperti itu? Tentu saja tidak," racau Cahaya membatin.
Karena selama ia hidup, hanya sang ayah yang paling mengerti serta memahaminya, sedangkan ibu, sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memikirkan anak dan suami.
Cahaya terus dan terus tenggelam dalam lamunan. Zaydan sedari tadi memperhatikan pasangan hidupnya dibuat iba lagi. Entah kenapa ia ingin melakukan sesuatu untuk membuat perasaannya menjadi lebih baik.
Selintas ide menelisik ketenangan, Zaydan terperangah dan melebarkan maniknya sejenak.
"Cahaya... apa hari ini kamu tidak pergi ke manapun? Maksudku ini akhir pekan, apa kamu tidak punya-"
"Aku tidak punya jadwal apa-apa," sambar Cahaya cepat tanpa mengalihkan perhatian dari makanan.
"Baguslah, kalau begitu apa kamu mau ikut bersamaku? Bahan makanan bulan ini hampir habis, apa kamu ingin membelinya bersama-sama?"
Penawaran Zaydan barusan sontak membuat pergerakan Cahaya terhenti. Ia diam mematung beberapa saat sebelum mengangkat kembali kepala berhijabnya.
Entah ada angin dari mana, pertanyaan sekaligus permintaan tadi tercetus dari celah bibir tipis seorang Zaydan Reynold.
Cahaya pun mendongak lagi dan beradu tatap dengan iris kelam di depannya.
"A-pa? Apa aku tidak salah dengar? Kamu-" Cahaya tidak sadar melepaskan ke-formalan begitu saja dan menghentikan kalimatnya.
Ia melihat tidak ada kebohongan apa pun di balik mata itu. Sedetik kemudian senyum manis tercetus di wajah tampan Zaydan.
"Baiklah sudah diputuskan siang nanti kita akan pergi belanja bersama."
Sebelum mendengar jawaban Cahaya, Zaydan beranjak dari duduk. Ia membawa piring bekasnya ke wastafel dan mencucinya.
Keanehan sang suami semakin menjadi-jadi, saat mereka selesai sarapan bersama, Zaydan membantu Cahaya mencuci piring. Sang tuan muda ketiga yang tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah tangga itu pun bersikap tidak biasa.
Keanehan yang Cahaya rasakan pun disadari oleh Zaydan sendiri.
"Sekalian saja aku membantumu, bukankah tanggung tadi mencuci piring satu saja?" celotehnya menghilangkan keheningan.
Cahaya hanya melirik, tanpa mengatakan sepatah kata. Ia terus bungkam tak peduli, ada senyum tersungging di wajah tampan Zaydan lagi.
Acara cuci piring itu pun terasa berbeda Cahaya rasakan. Awalnya ia sering melakukannya sendiri, sekarang ada seseorang berdiri di sampingnya, merupakan suatu hal tidak pernah dipikirkan dan dirasakan. Hal itu datang secepat kilat menerjang memberikan sebuah tanda tanya besar.
...***...
Seperti yang sudah dijanjikan Zaydan tadi pagi, siang ini pasangan suami istri itu pun pergi belanja ke mall besar ibu kota bersama. Mereka tengah berjalan berdampingan dari ribuan insan hadir di sana.
Cahaya dan Zaydan langsung pergi ke lantai bawah tempat bahan masakan serta lain sebagainya berada.
Seperti pasangan kebanyakan, mereka terlihat serasi satu sama lain. Zaydan yang tengah mendorong troli mengikuti ke mana Cahaya pergi.
Terkadang beberapa orang yang berpapasan dengan keduanya akan membicarakan jika mereka cocok berdampingan bersama.
"Kamu tahu, Cahaya? Kata ibu-ibu di sana kita cocok," bisik Zaydan kala Cahaya menghentikan langkah di tempat ikan.
Mendengar penuturan itu Cahaya melirik dengan melebarkan pandangan. Ia lalu beralih pada ibu-ibu yang suaminya sebutkan tadi di area buah-buahan. Mereka masih berbisik-bisik sambil tersenyum senang.
"Pasti ibu-ibu itu matanya sudah rabun. Bagaimana bisa kita disebut cocok satu sama lain?" gumam Cahaya memasukan kembali ikan ke dalam kolam.
Kepala berhijabnya menggeleng beberapa kali membuat Zaydan hanya tergelak singkat. Sungguh, mereka layaknya pasangan yang baru menikah tengah berbelanja bersama.
Meskipun kenyataannya memang seperti itu, tetapi fakta di baliknya berbanding terbalik.
Selesai dengan tugas belanja, Cahaya pun hendak langsung pulang. Namun, pergerakannya dihentikan oleh Zaydan yang menggenggam pergelangan tangannya kuat.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Cahaya sembari mendongak pada Zaydan.
"Jangan pulang dulu, bantu aku pilihkan baju," pinta sang suami begitu saja.
Cahaya mengernyit bingung, tidak biasanya pasangan hidup melakukan hal tidak biasa.
"Buat apa? Bukankah seharusnya Tuan meminta bantuan pada kekasih Anda saja?" tanya Cahaya bingung.
"Ah, jangan berkata seperti itu. Hari ini tidak ada kekasih atau apa pun itu. Ayo, jangan malu-malu."
Tanpa rasa bersalah, Zaydan menarik Cahaya menuju salah satu pusat pakaian ternama di mall tersebut. Mereka berjalan sambil bergandengan mengumumkan pada dunia jika keduanya memang pasangan.
Namun, tanpa keduanya sadari ada sepasang mata yang menyaksikan adegan tersebut. Ia membuka kacamata hitam besar yang membingkai wajah cantiknya untuk melihat lebih jelas ke mana dua sosok itu pergi.
"Bukankah tadi itu Zaydan?" tanyanya pada seseorang di samping.
"Di mana? Kamu pasti salah lihat, Fiona. Mana ada Zaydan di tempat seperti ini, diakan paling anti kalau diajak ke mall," balas managernya, Asha.
Fiona mengangguk setuju dan memakai kembali kacamata untuk menyembunyikan identitasnya.
"Em, kamu benar juga."
Setelah itu keduanya pun pergi dari sana dengan sejuta kebingungan dalam diri Fiona, sedangkan pasangan suami istri tadi masih sibuk memilih dan memilah pakaian di salah satu toko.
Cahaya bahkan harus mati-matian menahan malu kala pegawai toko terus menerus memuji mereka sebagai pasangan yang amat sangat serasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments