"Sayang~"
Suara melengking dari luar ruangan membuat bulu kuduk sang direktur berdiri. Zaydan yang sedang memeriksa beberapa dokumen terpekik. Jari jemari berhenti di atas keyboard dengan kedua mata melebar.
Pintu kayu jati pun terbuka menampilkan sang kekasih dengan senyum mengembang di wajah cantiknya. Pakaian kasual melekat di tubuh semampai itu memperlihatkan lekuk tubuh ideal seorang Fiona.
Sepatu heels bergema mendekati pria pujaannya, sorot mata penuh minat melayang pada Zaydan Reynold yang menatap langsung kedatangan sang terkasih.
Fiona duduk di atas meja seraya tangan ramping terulur menarik dasi pujaan hati untuk mendekat. Kepala bersurai rapih itu mendongak membalas sepasang manik kebiruan wanita yang sudah menemani bertahun-tahun.
"Bisakah hari ini kita pergi berkencan? Aku sudah rindu padamu, Sayang," ajak Fiona lembut, dengan suara mendayu.
Hampir tiga minggu berlalu sejak pertemuan terakhir mereka di hotel malam itu. Zaydan belum menghubungi tunangannya lagi membuat Fiona gelisah.
Tanpa wanita itu ketahui Zaydan telah menikah dengan seseorang yang tidak pernah dirinya ketahui. Namun, hubungan mereka harus dirahasiakan jangan sampai publik tahu.
Zaydan pun tidak mengatakan apa-apa pada Fiona, berpikir jika hubungan perjodohannya dengan Cahaya hanya sementara.
Jadi, hanya membuang-buang waktu untuk memberitahu Fiona, pikirnya. Namun, ia tidak pernah tahu jika masa depan bisa saja berubah.
"Tentu, Sayang. Apa pun untukmu," balas Zaydan menyambar benda kecil di hadapannya yang begitu menggoda.
Penyatuan yang begitu bergelora, terjadi di ruangan sang direktur. Zaydan melupakan segala pekerjaan yang menggunung minta diselesaikan. Pasangan romantis itu membiarkan keinginan mengambil alih tidak memikirkan apa pun lagi.
Di apartemen kenanga, Cahaya tengah duduk sendirian menatap jendela besar memperlihatkan keadaan luar.
Sedari kepergian Zaydan, ia terus berada di sana tanpa melakukan pekerjaan berarti. Tugas sebagai istri telah selesai tadi pagi dan ia tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Keadaan tersebut sama seperti hari-hari lalu saat dirinya masih tinggal bersama dengan jenazah sang ayah. Namun, kali ini berbeda, tidak ada lagi bau menyengat yang menemani kesendiriannya.
Tidak ada gairah yang bisa ia lakukan dan hanya duduk-duduk saja di sana.
Helaan napas kasar terdengar memilukan, kepala berhijabnya mendongak menatap langit siang ini. Begitu cerah dengan sang raja siang bertengger nyaman di singgasananya, berbanding terbalik dengan keadaan dirinya.
"Alangkah baiknya jika aku berada di atas sana. Kenapa semuanya jadi seperti ini? Keluarga macam apa yang aku dapatkan selama dua puluh lima tahun ini?"
"Semua hancur berantakan, tidak ada yang tersisa sedikitpun," racau Cahaya mengenang kepahitan tahun-tahun kemarin.
Ia membuka gamis bagian lengan, di sana masih ada kain kasa yang menutupi luka sayatan. Sudah dua kali Cahaya melakukan percobaan bunuh diri.
Ia tidak sanggup harus berada di dunia yang sama sekali tidak berpihak padanya. Ia berpikir lebih baik mati dan menghilang daripada harus menerima kekacauan.
"Ya Allah, apa lagi yang akan Engkau berikan pada hamba? Maaf, hamba menjadi... hamba pendosa seperti ini," gumamnya mengelus pelan kasa di lengan sebelah kiri.
Lagi dan lagi helaan napas terdengar berat. Cahaya memikul banyak beban yang datang secara bersamaan.
Di tengah kesendirian, ia mendapatkan sebuah panggilan. Buru-buru ia menggapai ponsel yang tergeletak di atas meja.
Ia menyambarnya dan melihat telepon asing masuk dan menerimanya begitu saja.
"Apa ini Cahaya Jelita Jaharah?" tanya seseorang di seberang sana.
"Iya saya sendiri, ini siapa yah?" tanya balik Cahaya.
"Beberapa minggu lalu Anda melamar kerja di restoran kami, bukan? Bisakah hari ini Anda datang untuk melakukan wawancara?"
Mendengar pertanyaan barusan mengembalikan semangat Cahaya yang sempat redup. Ia bangkit dari duduk seraya mengangguk antusias.
"Bisa... saya akan segera ke sana!"
Setelah panggilan terputus, Cahaya bergegas bersiap-siap menuju restoran yang dimaksudkan.
Sebelum perjodohannya dengan anak bungsu keluarga Reynold, Cahaya sempat mendapatkan kejutan lainnya dari sang ibu.
Beberapa rentenir datang ke kontrakan mereka menagih uang yang pernah ibunya pinjam. Cahaya dan sang ayah tidak tahu jika Pelangi pernah meminjam uang pada lintah darat dengan jumlah sangat banyak.
Selepas ayahnya meninggal, Cahaya yang menerima akibat dari perbuatan ibu tak berperasaan itu. Ia dituntut untuk membayar hutang serta bunga pinjaman dengan nilai sangat besar.
Ia mencoba melamar pekerjaan ke sana kemari, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada satu pun tempat yang mau mempekerjakannya.
Itulah sebabnya Cahaya mau mengakhiri hidupnya lagi dan menyusul sang ayah. Ia tidak bisa terus menerus menjadi tempat sampah atas kesalahan yang diperbuat Pelangi.
Selama ini orang yang telah membantunya adalah Naura. Beberapa kali wanita itu sempat memberikan uang guna membantu kehidupannya, tetapi pemberian itu tidak cukup untuk melunasi hutang sang ibu.
Akhirnya, setelah sekian lama Cahaya tidak memikirkan hal itu lagi salah satu restoran yang pernah ia kirimi surat lamaran memanggilnya.
Dengan penuh semangat ia pergi ke sana berharap bisa mendapatkan hasil terbaik. Cahaya tidak ingin membebani Naura lagi dan akan menganggap semua bantuan yang diberikannya sebagai hutang. Karena bagaimanapun juga ia tidak ingin berurusan dengan keluarga Reynold.
Namun, pernikahan itu adalah sebagai langkah awal bagi Cahaya guna mendapatkan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.
Kurang lebih empat pulih lima menit dari gedung apartemen milik Zaydan, Cahaya tiba di restoran. Ia kembali berdecak kagum melihat tempat makan mewah tersebut.
Tidak ingin larut dengan keindahan bangunannya, Cahaya buru-buru masuk dan disambut oleh manager langsung diarahkan ke ruangan.
Di sana Cahaya menerima sebuah wawancara. Ia berhasil menjawabnya dengan baik dan lugas, hingga pemimpin restoran itu pun langsung mempekerjakannya hari itu juga.
Cahaya sangat bersyukur, langsung berganti pakaian dan mendapatkan tugas sebagai pelayan.
Jam terus berputar sangat cepat dan kini sudah menunjukkan pukul delapan malam.
Waktu yang pas bagi para orang-orang dari kalangan atas menikmati makan malam. Satu persatu mereka berdatangan hendak menikmati hidangan mewah di restoran tersebut.
Dengan cekatan Cahaya melayani mereka dengan baik dan ramah. Semua orang senang dengan pelayanannya.
Sampai tidak lama berselang, pasangan menawan hadir menuju meja yang sudah di reservasi sebelumnya.
"Giliran mu melayani mereka. Kamu tahu... kedua orang itu adalah pelanggan yang sudah lama makan di sini, berikan kesan terbaik," bisik pelayan senior pada Cahaya.
Ia hanya mengangguk seraya membawa dua buku menu dan berjalan mendekat. Sesampainya di meja dua orang itu, Cahaya meletakkan buku menu tadi tepat di depan meja masing-masing.
"Menu spesial malam ini adalah steak daging sapi impor yang langsung didatangkan dari negara K. Makanan ini pernah dihidangkan kepada raja ketiga di negara tersebut, dan-"
Seketika ucapannya terhenti saat di tengah-tengah penjelasannya, bola mata karamel Cahaya beradu pandang dengan pria yang duduk berhadapan dengan wanita anggun itu.
Manik keduanya melebar mendapati keberadaan satu sama lain. Baik Cahaya maupun sang pria sama-sama membeku tidak percaya bisa bertemu di restoran.
"Hei, Sayang... Sayang, Mas Zaydan!" Panggil Fiona menyadarkan.
Zaydan terkesiap dan langsung menatap padanya.
"Iya?" bingungnya, kikuk.
"Kita memesan steak inikan? Katanya sangat enak, aku ingin mencobanya," kata Fiona melebarkan senyum manis.
"A-ah, iya... pesan saja apa pun yang kamu mau," balas Zaydan lembut.
"Baiklah, kalau begitu saya mau-"
Cahaya langsung mencatat pesanan mereka dan setelahnya kembali membawa buku menu.
"Mohon ditunggu sebentar, pesanan Anda akan segera kami hidangkan," ucapnya sebagai perkataan terakhir.
Ia berjalan meninggalkan meja itu dengan sorot mata nyalang.
"Ah, jadi dia sudah punya kekasih? Lantas kenapa setuju menikah denganku?" benak Cahaya seraya terus melangkahkan kaki.
Tanpa sadar sepasang manik mengawasinya sedari tadi dari belakang.
"Apa yang sedang dia lakukan di sini? Kenapa Cahaya bisa bekerja di restoran?" batin Zaydan gamang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments