Chapter 20 Menata

"Hm, Red Flixyt, Sydrome, Loijhe, Black Lust, Fui, Yertby ... Masa bodoh, terlalu banyak nama, sungguh sangat merepotkan!" gerutuku sembari membaca satu persatu nama keenam geng yang akan kuhancurkan itu.

Setelah kembali dari markas tempat Jacob berada, tanpa menunggu lama, aku langsung menuju ke ruang kerjaku. Sungguh, aku merasa sangat tidak sabar untuk segera mempelajari berkas tentang keenam geng itu agar aku segera bisa kembali mengasah kemampuanku setelah tujuh bulan berdiam diri seperti orang bodoh.

Kupelajari selembar demi selembar kertas yang kudapat dari Jacob itu dengan sungguh-sungguh, hingga akhirnya aku menemukan sesuatu yang sangat tidak asing dengan apa yang sedang kulakukan sekarang ini. Aku menemukan bahwa apa yang kulakukan ini tidak jauh berbeda dengan tugas dari si tua bangka yang baru saja kuselesaikan itu.

"Hah~ Sedari dulu Aku sangat tidak suka hal-hal seperti ini, Aku ini pekerja lapangan!" keluhku.

Meski mulutku ini mengeluh, tapi sebenarnya otakku sedang berpikir keras mengenai apa yang kubaca ini sehingga jangan samakan aku dengan pecundang-pecundang yang hanya bisa mengeluh tanpa berbuat apa-apa.

Aku sudah membaca semua informasi mengenai keenam perkumpulan bajingan itu, dan kini saatnya bagiku untuk menentukan rencana yang akan kugunakan untuk menghabisi mereka semua tanpa terkecuali, serta memastikan bahwa apa yang kulakukan ini akan berdampak besar pada kembalinya rasa takut semua orang kepada Si Penghuni Kegelapan. Sehingga dengan begitu mereka tidak akan berani macam-macam lagi pada Tigre Nera.

DRRRTTT ...

DRRRTTT ...

DRRRTTT ...

Tiba-tiba ponselku berdering dan kali ini aku memeriksa terlebih dahulu mengenai siapakah gerangan yang memanggilku.

Nama kontak 'The Silent Clown' tercantum di layar ponselku. Aku sangat tahu siapa sebenarnya orang yang kuberi julukan lucu seperti itu, karena akulah yang memberikannya julukan itu, bukan hanya sekedar nama kontaknya saja, tapi di kenyataannya aku juga selalu memanggilnya dengan sebutan itu.

Karena sedari tadi aku memang menunggu panggilan darinya, dengan segera aku pun menerima panggilan itu.

"Bicaralah!" seruku sesaat setelah kuterima panggilan dari orang yang berada di ujung sambungan itu.

"Aku membawa apa yang Kau minta, dan sekarang Aku sudah berada di tempat yang kau tunjukkan itu," jawab The Silent Clown dengan nada datar.

"Baiklah, simpan tas ransel dan bawaanmu itu di tempat Kau berdiri sekarang!" seruku dengan tegas. "Ingat, di tempat Kau berdiri sekarang!" aku mengulangi perintah itu untuk memberikan efek penekanan sehingga terdengar seakan aku tengah melihat apa yang ia lakukan.

Tentu aku tidak mengatakan padanya bahwa saat ini aku benar-benar tidak melihatnya dan juga tidak mengatakan secara gamblang padanya bahwa aku melihatnya sekarang, hal itu karena untuk mencegah orang itu akan bertindak di luar dari apa yang kuperintahkan sehingga akan merugikan diriku karena ia takut jika aku benar-benar akan menyerang jika berbuat yang tidak-tidak.

Setelah itu, terdengar suara gemeresik gesekan antara tas ranselnya dengan aspal dari ujung sambungan, sehingga dengan begitu aku pikir ia sudah melaksanakan apa yang kuperintahkan padanya.

"Aku sudah melakukan apa yang Kau perintahkan, jadi tugasku sudah selesai," katanya dengan nada yang terdengar sangat dingin.

"Ya, ya, bagus, pergilah dan dalam 10 menit bayaranmu akan sampai di rumahmu," ujarku yang memang sudah mengirimkan sesuatu ke rumah The Silent Clown beberapa menit yang lalu sebagai bayaran dari apa yang dia lakukan untukku kali ini.

Setelah percakapan singkat itu, panggilan kami pun terputus, yang mana itu artinya sudah waktunya aku mengambil apa yang pria itu tinggalkan untukku di tempat yang sudah kutentukan itu.

Dengan perasaan semangat, aku langsung pergi menuju ke jalan di depan rumahku, dan di sanalah aku melihat sebuah tas ransel besar beserta sebuah katana yang lengkap berada di dalam saya*.

Namun sebelum mendekat, tentunya terlebih dahulu aku harus memastikan bahwa tak ada siapa pun di sekitar sehingga tak ada yang melihatku membawa barang-barang itu. Aku tidak terlalu memikirkan The Silent Clown akan memergokiku karena kami sudah saling percaya, mengingat kami sangat sering bertransaksi, dan di antara kami pun tidak ada saling ikut campur pada urusan masing-masing. Namun, yang kuwaspadai adalah warga sekitar atau bahkan musuh yang memergokiku keluar dari rumah kecil atau tempat singgah yang selama ini kujadikan sebagai markas sendiri sebelum melancarkan aksiku, sehingga di masa depan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengusikku di tempat ini.

Setelah memastikan bahwa tak ada seseorang pun yang melintas di tengah malam yang sudah larut ini, aku pun mulai mendekat pada barang-barang itu dan memeriksanya sejenak untuk memastikan.

"Well, seperti biasa, sesuai dengan apa yang kuinginkan," pikirku sembari membawa semua benda yang ditujukan untukku itu masuk ke dalam rumahku.

Aku pun dengan segera kembali masuk ke dalam rumah agar segera bisa memeriksa pesananku ini.

Kubuka tas ransel itu dan tampaklah beberapa senjata dan beberapa lembar kertas yang merupakan denah markas geng-geng yang sedang kuincar itu.

"Hm ... Hm ... Benar-benar bisa diandalkan orang itu, dia memiliki apa yang organisasi tidak miliki," gumamku sembari memeriksa satu persatu benda yang The Silent Clown itu bawakan untukku.

Semua benda kuperiksa hingga akhirnya pandanganku tertuju pada katana yang datang bersamaan dengan benda-benda itu. Katana keren yang sangat tampak familiar di mataku itu membuatku bernostalgia saat melihatnya. Sambil tersenyum miring, tanpa sadar tanganku mengusap dadaku yang tujuh bulan lalu terluka parah karenanya.

Aku pun meraih katanya itu, lalu menghunuskannya dari saya-nya sehingga tampaklah kilatan pedang katana yang masih tampak bercak darah kering di beberapa bagiannya. "Well, hebat juga dia bisa mendapatkan katana milik Mauris ini," gumamku.

Kusentuh bercak darah yang sudah kering itu sembari bergumam. "Jika benda ini tidak pernah dipakai setelah hari itu, itu berarti ini adalah darahku ... Well, sepertinya sejak awal benda ini ada memang sudah ingin menjadi milikku."

WUT

WUT

Kuayunkan dan kumainkan katakana itu untuk beberapa saat, sehingga kutemukan bahwa benda ini begitu menarik.

"Akan kubawa benda ini saat aksi perdanaku besok!" ucapku dengan sangat mantap.

***

POV Jason.

Setelah tujuh bulan berlalu, akhirnya tubuhku sudah hampir pulih sepenuhnya. Saat ini aku sedang berada di rumahku, di kediaman Madie August. menikmati dinginnya malam di balkon kamarku. Selama pemulihan itu selain memulihkan tubuhku, aku juga memulihkan pikiranku yang sempat kacau karena kegagalanku menangkap Lucas saat itu.

Nyatanya itu berhasil, saat ini tubuh dan pikiranku sudah sama-sama sembuh, sehingga aku bisa kembali menjalani aktivitasku seperti biasanya dengan pikiranku yang sudah kembali lurus.

"Permisi, Tuan Jason, Saya membawakan Anda camilan," ucap Richie yang kulihat sedang berdiri di daun pintu balkon sembari membawa kue strawberry shortcake yang tampak sangat lezat itu.

"Oh, kemarilah!" seruku yang sungguh sangat bersemangat setelah melihat kue yang tampak sangat menggoda itu.

Pelayan pribadiku itu meletakkan makanan itu di atas meja di samping tempat dudukku, lalu menghidangkannya untukku.

"Silakan, Tuan," ucapnya sembari menyerahkan kue yang sudah ia potongkan itu.

"Baik, terima kasih," kataku sembari menerima makanan itu.

Richie pun berdiri di sampingku, menungguku yang sedang menikmati malam dengan ditemani kue dan teh hangat yang sudah disiapkannya.

Kami pun terdiam sembari menikmati hembusan angin malam yang sejuk namun mematikan itu.

"Richie, sekarang Aku sudah benar-benar sembuh, Aku sudah sangat siap untuk kembali memburu si bajingan itu," ungkapku di tengah keheningan di antara kami.

"Tuan, Saya sangat senang jika Anda memang sudah betul-betul sembuh, tapi untuk memburu Si Penghuni Kegelapan itu, Saya rasa masih terlalu -"

"Tidak, tidak, Aku tidak bisa menunda lagi, ini sudah tujuh bulan semenjak dia berhasil melarikan diri, selama itu Aku tidak mendengar kabar mengenai dia membuat ulah kembali, jadi kukira lukanya tidak kalah parah dengan lukaku sehingga kupikir kami akan sembuh dalam waktu yang berdekatan ..." Aku menjeda perkataanku dan mulai meminum teh hangat yang sangat nikmat itu.

"Lalu?" tanya Richie yang terdengar penasaran.

"Karena sekarang Aku sudah sembuh, jadi di antara kita akan ada yang memulai pergerakan terlebih dahulu dalam waktu dekat ini, tapi masalahnya Aku tidak bisa bergerak jika tidak menemukan petunjuk mengenainya, oleh karena itu hanya satu yang bisa kulakukan untuk sekarang ..." tuturku sembari memandang rembulan yang begitu cerah bersinar di atas kepalaku.

"... Aku hanya harus membiarkannya bergerak terlebih dahulu!" sambungku sembari menyeringai dan mengalihkan pandanganku pada kue yang ada di piring itu.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Jadi mereka berdua musuhan?

2024-03-21

0

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Wanitanya mana tuh?

2024-03-21

0

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Katana buat apa ya? Bunuh orang?

2024-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!