Chapter 16 Awal mula

POV Jason.

Malam telah tiba. Aku sudah selesai bersiap dan makan malam bersama Scarlet. Setelah percakapan serius tadi, aku tidak menyangka jika wanita itu bisa tampak biasa saja setelah sebelumnya ia tampak amat ketakutan, bahkan ia sampai menangis seperti itu.

Tapi syukurlah dia sepertinya bisa mengendalikan perasaannya sehingga ia tampak begitu tenang sekarang.

"Mengapa Kau memandangiku sampai seperti itu?" tanya Scarlet dengan nada menggoda dan menampilkan senyum menyebalkan khasnya.

Mendengarnya berkata seperti itu, dengan refleks aku langsung membuang muka pada piring yang sudah bersih dari makananku. "Em, Aku hanya memastikan Kau baik-baik saja setelah tadi-"

"Hahaha, tenang saja, Aku bukan wanita yang suka berlarut-larut dalam sebuah masalah," sela Scarlet sambil tertawa dengan riang.

"Hm, pantas saja Kau selalu saja terkena masalah, ternyata Kau itu tidak suka dengan satu masalah ya ..." timpalku dengan dingin sembari mengingat bagaimana dia sering sekali masuk ke ruang hukuman ketika kami masih SMA dan bagaimana dia sering sekali mengerjaiku saat itu.

"Hahahaha, benar, benar, jika Kau bisa membuat satu masalah, kenapa tidak sekalian saja membuat masalah lain?" ujarnya dengan begitu santai bangga dengan dirinya yang selalu bermasalah itu.

Aku menyerah dengan tiap perkataannya yang tidak terduga itu sehingga membuatku sudah tidak bisa lagi menimpalinya dengan logika.

"Kau beristirahatlah dengan baik, Aku akan keluar sebentar, jadi jangan berbuat macam-macam!" seruku karena saat ini aku sudah sungguh siap untuk pergi ke jalanan untuk melancarkan rencanaku.

"Eh? Kau mau kemana?" tanya Scarlet yang tampak penasaran dengan tujuanku pergi.

Aku tidak menimpalinya dan berdiri dari tempat dudukku sembai membawa tongkat kayu peninggalan kakek.

Namun, saat aku hendak melangkahkan kaki untuk pergi, Scarlet yang duduk di sebelahku itu menarik lengan bajuku. Ia mendongakkan kepalanya sehingga wajahnya tampak jelas menghadap padaku dengan raut wajah yang begitu serius.

"Kumohon, berhati-hatilah, Aku tidak ingin Kau berakhir sama dengan apa yang kualami," pintanya dengan suara yang begitu lirih.

Aku hanya mengangguk, lalu ia pun melepaskan lengan bajuku sembari tersenyum. "Tenang saja, kali ini Aku tidak akan membuat masalah," ucapnya dengan riang.

"Ya, ya, jika kau berbuat masalah, Aku tidak akan segan-segan mengusirmu dari rumahku!" timpalku membalas senyumannya yang tampak tulus itu.

Sejak awal aku sangat ingin dia tidak jadi menginap di rumahku, tapi sekarang melihatnya seperti ini membuatku hampir saja melupakan perasaan itu dan malah ingin membuatnya tinggal di rumahku sampai ia benar-benar sembuh.

Selain itu, aku sebenarnya juga masih merasa penasaran dengan alasannya datang ke Leuwiya dan memilih aku sebagai tempatnya untuk dimintai pertolongan, padahal dari dulu kami sangat jarang sekali berinteraksi dengan baik, karena dia betul-betul gadis yang bermasalah.

"Lupakan! Saat ini bukan hal itu yang terpenting!" pikirku sembari beranjak meninggalkan Scarlet di ruang makan.

***

Malam kali ini sangatlah dingin di luar sini, jauh lebih dingin dari pada kemarin. Walau begitu, itu tidak terlalu menggangguku karena aku sudah sangat siap dengan mantel tebal yang melekat di tubuhku dan topi besar yang menutupi kepalaku ini.

Meski begitu, cuaca ini sungguh bukanlah tandingan dari tekadku untuk mengetahui menyelidiki apa yang terjadi di lingkunganku ini. Aku tidak bisa membiarkan teror yang bisa merenggut nyawa itu terus-menerus melanda orang-orang di sekitarku.

Sudah sejak lama aku berjalan menelusuri jalanan, tetapi aku masih tidak menemukan apa pun yang mencurigakan. Namun meski begitu, aku tidak tahu mengapa, tapi kurasa malam ini sesuatu hal yang menarik akan terjadi.

"Hm, sepi sekali di sini," gumamku setelah kusadari bahwa sedari tadi aku berjalan, tak ada seorang pun yang berjalan di jalanan ini, dan kendaran yang melintas pun juga sangat jarang sekali. Sungguh situasi seperti ini memang sangat ideal sebagai waktu dan tempat yang sangat cocok untuk melancarkan aksi kejahatan.

Aku tidak terlalu menyadarinya kemarin karena terlalu fokus untuk mencari Scarlet.

"Hah~ kenapa orang itu tidak muncul? Kenapa dia tidak menjadikanku mangsanya saja? Padahal aku sudah berjalan-jalan seorang diri di jalanan seperti ini sedari tadi loh," gerutuku yang sudah merasa sedikit kesal karena tak kunjung menemukan si pelaku.

Memang hal yang paling praktis itu adalah menghubungi polisi dan membuat mereka menyelidiki sendiri masalah ini, tapi kurasa hal itu akan terlalu menarik perhatian sehingga bisa saja si pelaku malah enggan untuk kembali beraksi dalam waktu yang cukup lama sampai polisi-polisi itu capek sendiri mencarinya. Hal itu malah semakin merepotkan saja. Tapi di samping itu, aku juga yakin banyak orang yang melaporkan teror ini sehingga pasti polisi juga sedang turun tangan, meski aku tidak tahu bagaimana cara mereka melakukannya.

Di tengah pikiranku yang sedang fokus dengan pencarian ini, tiba-tiba aku teringat akan sesuatu tempat yang mungkin saat ini si pelaku itu sedang beraksi.

Mengingat aku tidak menemukan seseorang pun yang mencurigakan di sekitar rumahku dan sepanjang jalan menuju ke sana, aku menjadi terpikir bahwa mungkin saja dia berada di tempat itu.

Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari dengan sangat cepat menuju ke tempat yang kupikirkan itu.

***

Tak lama aku sampai di mulut sebuah gang yang berada di antara dua gedung besar di kanan dan kirinya.

Aku pergi ke sana karena aku pernah mendengar cerita dari para pelayanku bahwa gang itu adalah gang yang sangat berbahaya, dan bahkan bisa dikatakan di sana adalah tempat eksekusi dari sebuah kejahatan.

Di sana kadang ditemukan mayat, potongan tubuh, dan tentu saja itu artinya gang itu sepertinya juga sering dijadikan tempat pembunuhan. Namun meski begitu, entah mengapa di gang itu sangat jarang sekali di jadikan sebagai tempat transaksi barang-barang ilegal seperti narkoba, senjata, atau benda-benda lainnya. Itulah yang kutahu dari orang-orang mengenai gang ini.

Aku berhenti di mulut gang itu dan memandangi ke dalamnya yang begitu sangat gelap gulita sehingga aku tidak bisa melihat apa pun di sana. Jujur saja hanya dengan berdiri di sini saja sudah membuatku berkeringat dingin karena membayangkan kejahatan apa yang sedang terjadi di dalam sana.

"Aku sudah sampai di sini dan Aku tidak akan mengurungkan niatku karena perasaan was-was ini! Alasan ini terlalu sepele jika Aku menyerah hanya karena perasaan takut!" pikirku sembari menguatkan kembali niatku sebelum mulai melangkah masuk kedalam gang gelap itu.

Seraya aku melangkahkan langkah pertamaku untuk masuk ke dalam gang itu, tiba-tiba aku mendengar suara anak kecil yang sedang berbicara dengan seorang pria, karena gang itu tidak terlalu luas dan sepi, aku bisa mendengar suara itu dengan jelas, meski aku tidak bisa mendengar dengan jelas tentang apa yang sedang mereka bicarakan.

Mendengar suara yang mencurigakan itu, tanpa merasa ragu lagi, aku langsung masuk ke dalam gang berbahaya itu untuk memeriksa apa yang terjadi pada anak itu.

Benar saja, saat aku sampai pada sumber suara, aku melihat seorang anak kecil dan seorang pria misterius yang mengenakan jubah dan penutup kepala berukuran sangat besar sehingga menutupi sebagian besar wajahnya, sama dengan ciri-ciri yang Scarlet sebutkan padaku.

"Oi, sedang apa kalian di tempat ini!" ujarku dengan suara yang begitu menggema sehingga membuat kedua orang itu menoleh ke arahku.

Keduanya tampak heran, tapi aku tidak peduli dan langsung mendekat pada anak kecil itu untuk menyelamatkannya. Namun apa dikata, aku terlalu tergesa-gesa karena tidak memperhitungkan jangkauan pria dengan anak kecil itu, saat baru saja aku melangkah, dengan cepat si pria misterius mengambil tangan anak itu, lalu menyuntikkan sesuatu pada pergelangan tangannya, lalu setelah itu dia berlari dengan sangat cepat menuju ke kegelapan sehingga ia tak nampak lagi di kedua mataku.

Kejadian itu terjadi begitu cepat sehingga tanpa sadar pria misterius itu sudah menghilang di keggelapan.

"Keh! Sial!" Gerutuku yang sudah bersiap untuk mengejarnya.

Namun kuurungkan niatku saat kulihat anak kecil itu tergeletak tak berdaya. Kuhampiri anak itu dan kupangku kepalanya sembari memeriksa keadaannya.

Anak itu tampak sangat lemas dan wajahnya begitu pucat. Tangannya yang gemetaran itu meraih tanganku dengan pandangannya yang lemas memandangku, lalu berkata dengan lirih dan sesenggukan. "Tuan, tolong Aku, Aku sangat kesakitan, Aku tidak ingin mati."

Suaranya begitu bergetar, mendengar apa yang diucapkannya membuat hatiku ikut bergetar dan tanpa terasa air mataku mengalir setelah kulihat bekas suntikan itu.

"Tenang saja, Kau tidak akan mati, Kau akan baik-baik saja," timpalku sembari mempertahankan suaraku agar tidak terdengar seperti orang yang menangis.

Tak lama kemudian, anak itu kejang-kejang sekejap, lalu kedua matanya perlahan menutup.

Tentu aku sangat panik. Dengan perasaan yang bercampur aduk, kuambil tangan anak itu dan kuperiksa denyut nadinya yang ternyata sudah sangat lemah itu.

"Aku harus segera membawanya ke rumah sakit!" Pikirku yang setelah itu dengan segera berlari menuju ke rumah sakit terdekat agar anak ini bisa mendapat pertolongan.

Aku tidak peduli dengan pria misterius itu, yang terpenting sekarang adalah keselamatan anak dalam pangkuanku ini.

***

Kini aku sedang berada di rumah sakit untuk menunggu anak kecil itu yang sedang ditangani oleh paramedis.

Sudah sekitar satu jam aku menunggu dengan perasaan harap-harap cemas, karena terakhir kali kuperiksa detak jantungnya begitu terasa lemah sekali.

Selama menunggu, aku terus terpikir mengenai bagaimana bisa anak itu langsung merasakan efek samping dengan begitu cepat, padahal yang kutahu dari Bryan jika efek samping obat itu tidak langsung terasa dan memerlukan waktu yang lama.

"Apakah itu karena dosisnya yang jauh lebih besar sehingga anak itu mengalami overdosis?" Gumamku sembari menggenggam erat tongkat kayu peninggalan kakekku ini.

Gigiku tidak berhenti bergemertakkan, karena saking marahnya pada orang yang sudah melakukan hal tidak manusiawi itu pada orang-orang tanpa pandang bulu, bahkan pada wanita dan anak-anak sekalipun. Namun selain itu, aku juga merasa sangat bersalah karena saat menemukan mereka aku bertindak dengan gegabah sehingga membuat anak itu menderita.

"SIAL!" aku mengutuk diriku sendiri yang tak becus untuk melindungi sesuatu, bahkan saat aku sedang mencoba untuk melakukannya.

Tak lama, dokter yang menangani anak kecil yang kubawa itu pun keluar dari UGD dengan tampang yang begitu lemas, yang mana hanya dengan melihatnya saja perasaanku menjadi amat tidak enak.

"Anda wali anak itu?" Tanya dokter padaku yang langsung berdiri ketika dokter itu keluar dari ruangan di belakangnya.

"Bukan, Saya hanya orang yang mengantar anak itu ke sini," jawabku.

"Apakah disini tidak ada wali dari anak itu?" Tanya dokter itu lagi.

"Tidak dok, Saya sama sekali tidak tahu mengenai anak itu, ketika menemukannya seperti itu, Saya langsung membawanya kesini," jawabku lagi.

"Jadi bagaimana dok, bagaimana keadaan anak itu?" Tanyaku yang sudah tak sabar ingin mengetahui keadaan anak itu.

Dokter itu terdiam sejenak, ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang tampak menyesal. "Maaf, anak itu tidak tertolong, dia mengalami overdosis obat, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Tuhan berkehendak lain," ungkap dokter itu.

Mendengar kenyataan pahit itu, waktu terasa terhenti dan bahkan jantungku juga terasa berhenti berdetak. Aku benar-benar terpukul mengetahui hal itu karena merasa sangat gagal menolongnya, yang mana itu artinya aku telah mengatakan omong kosong di saat-saat terakhir anak itu. Aku mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja, tapi kini kenyataannya anak tak berdosa itu malah kehilangan nyawanya.

Dokter yang menyadari bahwa aku benar-benar sangat terpukul itu, mencoba menenangkanku. Tapi itu tidak cukup, hanya sebuah perkataan dari orang yang tak mengerti perasaanku itu tidak cukup untuk membuatku tenang.

"BIADAB! AKU AKAN MENANGKAP BAJINGAN ITU DAN MENYERETNYA KE NERAKA!" teriakku yang teriakan itu sangat menggema di lorong rumah sakit itu.

Aku langsung berlari pergi kembali ke gang berbahaya itu denga pikiranku yang begitu kalut karena kematian anak kecil tak berdosa itu.

"AKU AKAN MENANGKAPNYA!" teriakku berulang-ulang dalam hati.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Sangat disayangkan

2024-03-17

0

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Hadapi dengan kepala dingin

2024-03-17

0

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Bunuh saja, kurangi penderitaannya. 😁

2024-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!