Chapter 4 Tigre Nera

Kota Leuwiya, merupakan sebuah kota kecil yang terdapat di sebuah negara yang bernama Mlya, sebuah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam. Kota Leuwiya ini berada di bagian paling selatan negara yang berbatasan langsung dengan Samudra Presente.

Kota ini memang kota kecil, tapi kota ini adalah kota yang sangat kaya mengingat letak geografisnya berada dekat dengan laut beserta sumber daya alam lainnya yang melimpah juga menjadi faktor penyebab kota ini begitu kaya. Selain kaya, tentu saja kota ini termasuk kota yang maju.

Karena berbagai keuntungan yang menggiurkan dari berbagai sektor, banyak yang ingin mengambil keuntungan dari kota ini. Begitulah bagaimana berbagai macam organisasi saling berlomba untuk mendapatkan pengaruh besar di kota Leuwiya.

Salah satunya adalah organisasi mafia Tigre Nera. Itu adalah salah satu organisasi besar yang sangat berpengaruh di kota Leuwiya. Meski mereka sebenarnya adalah sebuah organisasi mafia, tapi di permukaan, mereka memperkenalkan diri sebagai organisasi bisnis. Namun meski begitu, sudah menjadi rahasia umum bahwa Tigre Nera merupakan sebuah organisasi mafia besar yang ditakuti semua orang karena kekejamannya dan sering kali merugikan masyarakat. Mengetahui hal itu, entah mengapa pemerintah tidak berani bertindak lebih jauh seperti membubarkan organisasi itu sehingga sampai sekarang mereka menimbulkan ketakutan tersendiri bagi penduduk kota Leuwiya.

Tigre Nera sudah berdiri sejak lama, kira-kira 20 tahun yang lalu, jadi wajar saja jika saat ini organisasi itu sudah sangat besar dan berdiri dengan kokohnya di kota Leuwiya ini. Oleh karena itu, pasti lah akan sangat sulit untuk meruntuhkan sesuatu yang sudah mengakar itu.

***

POV Lucas.

"... Kira-kira seperti itulah yang aku tahu mengenai Tigre Nera, bukan hanya aku, tapi kukira pengetahuan semua orang mengenai hal itu sama dangkalnya denganku ... Em, tak ada yang tahu lebih jelasnya karena semua hal mengenai Tigre Nera masih menjadi misteri di masyarakat ..." tuturku setelah kukatakan semua hal yang kutahu mengenai sebuah perkumpulan terstruktur misterius itu.

Marco tersenyum lebar mendengar penuturanku. Ia lalu mengambil kembali lencana organisasi Tigre Nera yang tadi ia letakkan di atas meja itu, kemudian memandanginya. "Well, memang seharusnya seperti itu," ucapnya.

Aku hanya mengernyitkan dahi, mencerna maksud dari pria itu.

"Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Marco yang jujur saja aku tidak tau apa yang ia tanyakan itu.

Aku masih diam sembari menatapnya dengan penuh tanya.

"Apakah kau menyukai Tigre Nera?" Marco dengan sabarnya memperjelas pertanyaannya.

"Aku ... " Perkataanku terhenti karena sungguh aku sangat takut sekali salah bicara sehingga dia bisa saja menyakitiku karena perkataanku ini.

"Tak apa, kau bisa mengatakan apa pun yang ada di dalam pikiranmu, aku tidak akan berkomentar." Marco meyakinkanku karena menang sepertinya wajahku sangat menunjukkan bagaimana perasaanku.

"Se ... Semua orang takut pada Tigre Nera, dan aku salah satunya, jadi ... Em, tentunya aku mem ... membencinya, aku sangat membenci perasaan takut ini dan penyebab dari perasaan itu," jawabku yang mau tidak mau menjawab jujur dari hati yang terdalam karena seperti yang kutahu dari ucapan Marco bahwa dia bisa mengetahui apakah aku berbohong atau tidak.

PROK

PROK

PROK

"Well, itu jawaban yang ingin kudengar! Bagus, bagus, aku yakin kau pasti tidak berbohong karena pasti itulah yang semua orang pikirkan, tanpa kecuali!" kata Marco sembari bertepuk tangan dan aku bisa lihat bahwa dia benar-benar senang.

Ia memasang reaksi itu cukup lama sehingga akhirnya raut wajahnya kembali dingin sembari menatap tajam padaku.

"Well, anak muda, kalau begitu kita kembali pada pembicaraan awal tadi ... Kau sudah mengatakan bahwa kau tidak bisa memilih antara kedua tipe yang kutanyakan padamu, apakah kau akan memajukan atau menunggu kematian itu datang dengan sendirinya padamu itu ... Tapi sekarang aku ingin kau katakan dengan tegas kau ini tipe yang mana? Kau pilih salah satu dan setelah itu pembicaraan kita selesai!" seru Marco yang kini tampak memaksaku untuk menjawab pertanyaan pertamanya itu.

"Aku adalah tipe orang yang menunggu kematian itu datang sendirinya padaku!" Entah mengapa aku bisa langsung menjawabnya tanpa harus berpikir terlebih dahulu seperti saat pertama kali dia bertanya.

Marco kembali tersenyum, ia bertepuk tangan dan sedikit tertawa. "Hahaha, tanpa keraguan, aku suka itu, akhirnya kau bisa mengatakan yang sebenarnya, selamat!" ungkapnya.

Ia lalu mengistirahatkan punggungnya di sandaran kursi itu sembari memainkan lencana Tigre Nera di tangannya itu. "Tahu kah kau bahwa kau sudah selamat dari kematian?"

Aku menggeleng kecil untuk merespon perkataannya.

"Hahahaha, jika kau memilih yang pertama, jika kau memilih untuk memajukan kematianmu, aku akan dengan senang hati membantumu mewujudkannya!" ujar Marco sembari memperlihatkan sesuatu di balik jas yang dikenakannya itu terdapat sepucuk senjata api.

"Aku akan dengan segera menarik benda ini, mengarahkannya pada kepalamu, lalu menarik pelatuknya sehingga akhirnya kau akan segera mewujudkan mimpimu itu," sambungnya sembari membenarkan kembali jasnya.

Mendengar itu dengan refleks aku langsung memegangi kepalaku. Aku tidak menyangka bahwa aku hampir saja berakhir menyedihkan. Benar, ternyata memang jika aku salah bicara, aku sungguh akan mati.

"Ternyata aku benar-benar tidak ingin mati terlebih dahulu!" pikirku yang akhirnya seperti merasa hidup kembali setelah aku menyadari hal itu.

Sebelum hati ini aku benar-benar sudah merasa jenuh dan terkadang merasa ingin mati saja karena merasa bahwa aku tidak berguna dan sudah sangat bosan dengan kehidupanku yang seakan tak ada artinya ini.

"Tadinya aku berpikir bahwa kau akan memilih pilihan yang pertama itu, tapi setelah kau mengatakan banyak hal, aku ingin membuatmu mengakui sesuatu ... Alasan lainnya adalah jika kau memang benar-benar ingin cepat mati, sejak dulu kau sudah mencoba melakukannya dan kau tidak akan setakut ini menghadapi kematian," tutur Marco.

"Tapi, kau akan berakhir memilih pilihan pertama itu di masa depan, jika kau terus menjalani hidupmu seperti ini ..." lanjutnya.

Ia lalu mencondongkan tubuhnya mendekat padaku, lalu menyodorkan lencana Tigre Nera berwarna emas dengan logo harimau hitam yang tampak mengerikan itu padaku sembari menyeringai. "Untuk terbebas dari hal itu, kau hanya perlu sebuah ... Dorongan ..." ujarnya.

Jujur saja aku sangat bingung. Aku hanya menatap lencana itu dalam-dalam karena aku mengerti dengan maksud dari orang ini menyodorkan benda itu padaku.

"Aku menyukaimu, kau sangat berpotensi dan kurasa kau akan menjadi bawahanku yang sangat luar biasa," ucapnya.

Aku lalu menoleh padanya dengan bingung. "Tapi aku ..."

"Kau bilang hidupmu tidak berguna dan ada atau tidaknya kau di dunia ini tidak akan berpengaruh apa-apa ... Bagaimana jika kukatakan bahwa kau akan mendapatkan kebalikannya jika kau mengambil lencana ini," selanya yang tampaknya masih berusaha meyakinkanku.

Aku menatap tajam padanya, berusaha meyakinkan perasaanku mengenai hal yang sangat penting ini.

"Baiklah, tapi sebelum itu harus kukatakan bahwa aku itu penakut dan mungkin aku akan malah menghambat kalian dalam-"

"Ap, ap, ap, aku tidak peduli, yang perlu kau lakukan sekarang hanyalah ambil lencana ini, dan dengan begitu kau akan manjadi bagian dari kami!" serunya memotong perkataanku yang belum selesai itu dengan penuh penekanan.

GLEK!

Aku menelan ludah dengan tanganku yang gemetaran ini mendekat pada lencana itu untuk mengambilnya.

Akhirnya lencana itu berada di tanganku dan Marco tampak sangat senang melihatnya.

PUK!

Marco menepuk pundakku beberapa kali dengan keras.

"Selamat, selamat, dan sekarang aku harus tahu siapa namamu," ucapnya.

"Na ... Namaku ... Lucas Dimitri Rumanolf," jawabku dengan gemetaran mengatakan nama lengkapku pada pria itu.

"Well, Lucas, mulai sekarang kau adalah bawahanku dan kau harus melaksanakan apa yang kukatakan!" timpal Marco sambil sedikit tertawa.

"Namaku Marco Xacello, ingat nama itu baik-baik," sambungnya memperkenalkan diri.

Aku mengangguk pelan, lalu memandanginya dengan penuh keberanian.

"Bagus, bersiaplah, karena setelah ini kau akan langsung ikut melaksanakan misi dariku!" tegas pria itu yang tanpa mempertimbangkan kelemahanku, malah akan langsung membuatku melakukan sesuatu.

"Ba ... baik," jawabku dengan ragu.

"Marco Xacello ... tentu saja, tentu saja aku akan sangat mengingat orang yang akan mengubahku ini," pikirku yang lalu mengalihkan pandanganku pada lencana yang baru saja kudapatkan ini.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Aku kira namanya Marcopolo 😁

2023-07-28

1

🥑⃟Serina

🥑⃟Serina

kirain pas marco bilang "km butuh sedikit dorongan." itu mau didorong bnr ke jurang woii

2023-07-23

1

Sylius

Sylius

di bawah perasaan takut, terbitlah pujian untuk menghasutmu 😩 , kau mau di perdaya tuh

2023-07-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!