7. Kamu kepala rumah tangga

Bryan mendekat ke arah Adisti secara perlahan, mencoba mengikis jarak diantara keduanya. Sang istri yang sangat mengerti apa maksud dari suaminya pun mencoba untuk bersikap biasa saja, biar pria itu yang merayunya. Adisti ingin tahu sampai sejauh mana Bryan merayunya, apa juga sama seperti tang dilakukannya pada wanita lain.

Dia sudah bersumpah untuk tidak akan goyah dengan ucapan manis sang suami dan tidak mau disentuh oleh laki-laki yang sudah menyentuh orang lain. Meskipun sampai saat ini dia tidak tahu kebenarannya. Apakah itu hanya orang lain yang kebetulan tinggal di rumah itu atau mungkin memang ada hubungan yang spesial diantara keduanya. Sebelum semuanya jelas Adisti tidak mau melakukan sesuatu.

"Sayang," panggil Brian, kali ini dengan suara berat matanya pun tampak sayu karena sudah dipengaruhi oleh h*sratnya.

"Hmm," gumam Adisti tanpa melihat ke arah sang suami dan terus menatap ponselnya.

"Sayang, sudah satu bulan, loh. Aku rindu sekali sama kamu," ucapnya lagi yang semakin mendekatkan tubuhnya.

"Maaf, Bang, aku lagi dapet. Apa kamu tidak ingat tadi aku juga tidak shalat," sahut Adisti membuat Brian menghela napas kesal.

Pada saat ini dirinya sedang berada dalam keinginan yang begitu besar, tetapi ternyata sang istri tidak bisa melakukannya. Adisti juga tidak berbohong dengan keadaan dirinya. Dia memang sudah datang bulan sejak dua hari yang lalu dan bersyukur akan hal tersebut. Dalam hati wanita itu menertawakan sikap sang suami.

Meskipun dirinya sedang tidak datang bulan pun, dia tidak akan mau melayani keinginan sang suami. Adisti enggan untuk berbagi suami dengan orang lain. Meski saat ini belum jelas juga dengan hubungan mereka. Entah kerabat, selingkuhan atau mungkin justru mereka sudah menikah.

Berbagai kemungkinan sudah Adisti pikirkan, berharap saat kebenaran terungkap dia sudah siap dengan segala kebenaran. Meskipun pada akhirnya nanti akan sangat menyakitkan, setidaknya wanita itu sudah punya persiapan. Bryan pun kembali ke kamar mandi dengan berdecak kesal. Adisti sama sekali tidak peduli, dia yakin jika sang suami saat ini sedang menuntaskan keinginannya di sana.

Terserah pria itu mau apa, dia juga tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh sang suami. Wanita itu hanya berharap agar kebenaran segera terungkap. Adisti sudah sangat yakin jika memang ada sesuatu yang sengaja ditutupi.

***

Pagi-pagi sekali Adisti sudah siap dengan pakaian kerjanya. Hari ini dia ada janji dengan orang yang sudah dipekerjakan untuk mencari tahu tentang wanita di rumah itu. Adisti berharap apa yang dia pikirkan tidaklah terjadi. Meskipun itu kemungkinannya sangat kecil.

"Sayang, kamu nggak bangunin aku sih!" seru Bryan saat mendapati jam yang sudah menunjuk ke angka tujuh. Dia baru saja bangun dan begitu terkejut saat melihat cahaya matahari tang sudah terang. Padahal biasanya jam segini dia sudah siap dan akan berangkat.

"Maaf, Bang, aku lupa," sahut Adisti tanpa rasa bersalah.

Bryan sangat kesal mendengar jawaban dari sang istri. Namun, dia tidak ada waktu jika harus berdebat dengan wanita itu, bisa-bisa nanti akan terlambat datang ke kantor. Bryan tidak ingin memberi kesan yang buruk, yang nantinya malah akan membuat dirinya kesusahan untuk naik jabatan. Sebentar lagi akhir tahun, biasanya akan ada kenaikan jabatan bagi karyawan yang rajin.

Selama satu tahun ini pria itu selalu berusaha untuk menampilkan yang terbaik, supaya mendapatkan posisi yang lebih tinggi dari yang dia miliki saat ini. Bryan percaya bahwa itu tidak akan sulit. Selama ini dia juga dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Bebas juga melakukan apa pun di perusahaan karena pemiliknya adalah sahabat dari almarhum mertuanya. Namun, tetap dalam batas normal.

Adisti sendiri memang sengaja tidak membangunkan sang suami. Biarkan saja pria itu bangun sendiri untuk melatih agar kedepannya bisa bangun sendiri tanpa bantuannya. Adisti pun turun ke lantai bawah dan menuju dapur. Wanita itu mengambil dua lembar roti dan mengolesinya dengan selai kesukaannya.

Bryan turun dengan terburu-buru, dia terkejut saat mendapati meja yang masih bersih tidak ada hidangan apa pun di sana. Padahal biasanya Adisti sangat rajin membuat makanan. Wanita itu juga tahu jika sang suami terbiasa makan nasi di pagi hari. Jika hanya roti saja, pasti sebentar akan lapar lagi.

"Sayang, mana sarapanku? Kenapa kamu belum menyiapkannya?"

"Aku lagi malas masak, Bang, jadi nggak siapin apa-apa buat kamu," sahut Adisti tanpa melihat ke arah sang suami dan terus mengunyah rotinya.

"Kamu ada apa, sih? Tiba-tiba saja seperti ini. Kamu tadi pagi nggak bangunin aku, sekarang kamu juga nggak buatin sarapan. Kamu kenapa?"

Tanpa sadar Bryan telah meninggikan suaranya, hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Adisti pun seketika menoleh ke arah sang suami dengan melototkan matanya. Baru hari ini wanita itu membuat kesalahan, tetapi Bryan sudah semarah ini, padahal selama ini pria itu tidak pernah menjalankan perannya sebagai suami.

"Kamu yang kenapa? Aku baru hari ini tidak membangunkanmu dan tidak membuatkan kamu makanan, tapi kamu sudah mengomel panjang lebar. Aku juga lelah, Bang. Aku hanya manusia biasa yang punya hati dan perasaan, jangan seenaknya berbuat sesuka hatimu. Aku bukan pembantu di rumahku sendiri," ujar Adisti dengan kilat amarahnya. Namun, sebisa mungkin dia menahannya. "Nanti siang akan ada asisten rumah tangga yang akan datang. Mulai besok dia yang akan melakukan semua pekerjaan di rumah ini dan aku harap kamu bisa membayar gajinya. Di butik banyak pekerjaan, aku sudah tidak bisa melakukan pekerjaan rumah," lanjut Adisti buat Bryan melongo karena selama ini, sang istri selalu menolak jika dirinya ingin memperkerjakan asisten rumah tangga, tetapi justru sekarang saat dirinya sedang tidak ingin memperkerjakan orang, kenapa istrinya malah berubah.

Pria itu merasa ada sesuatu yang terjadi, tetapi tidak tahu apa itu. Semoga saja bukan sesuatu hal yang buruk. Namun, rasanya tidak mungkin. Pasti di butik Adisti memang benar-benar sibuk, apalagi wanita itu baru pulang dari luar negeri, pasti banyak pesanan yang datang.

"Apa harus aku yang menggajinya?" tanya Bryan setelah diam saja sejak tadi.

Adisti menoleh ke arah sang suami dengan menyipitkan matanya. Entah apa yang ada di kepala pria itu hingga tidak tahu malu bertanya seperti itu. Padahal Bryan adalah kepala rumah tangga.

"Lalu kalau kamu bukan kamu siapa lagi? Kamu 'kan kepala rumah tangga di rumah ini? Masa iya harus aku yang keluar uang. Selama ini kebutuhan kita juga aku yang menanggung lalu, apa gunanya punya suami, tapi setiap apa pun yang aku butuhkan aku beli sendiri?"

"Kenapa kamu jadi perhitungan seperti ini? Biasanya juga semuanya kamu yang urus."

Terpopuler

Comments

Warijah Warijah

Warijah Warijah

Hadeeuh ternyata Bryan hanya seekor lalat toh , Adisti Adisti, secinta2nya pd suami tdk jg begitu, walaupun istri kaya tp tetap suami yg bertanggung jawab akan kebutuhan rumah tangganya dong. jd skrg Adisti yg hrs bisa membikin suami tanggung jawab pd pengeluaran rumah tangganya..

2023-08-05

0

Uthie

Uthie

Makanya jadi istri tetep harus minta Hak nya, walau pun punya penghasilan sendiri...
jangan sampai jatahnya ia malah diberikan pada wanita lain yg menikmati nya 😏

2023-07-04

0

S

S

Hah...ternyqta laki laki yg di kata laki idaman adalah laki laki pecundang.

2023-06-30

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kejutan yang tertunda
2 2. Tidak menyangka
3 3. Mencari tahu
4 4. Ragu
5 5. Langkah pertama
6 6. Ingin perhatian
7 7. Kamu kepala rumah tangga
8 8. Bukti
9 9. Bantuan dari Leo
10 10. Mantan istri Bryan
11 11. Menemui Zahra
12 12. Ingin menjual mobil
13 13. Rumah itu
14 14. Dimanfaatkan
15 15. Berbohong
16 16. Rencana tujuh bulanan
17 17. Ke luar kota
18 18. Kedatangan Adisti
19 19. Bryan tahu yang sebenarnya
20 20. Pemecatan Arsylla
21 21. Karena Adisti
22 22. Kegalauan Arsylla
23 23. Kebingungan penghianat
24 24. Kehilangan banyak hal
25 25. Hilang semuanya
26 26. Curiga pada Nadia
27 27. Mencari asisten lagi
28 28. Kedatangan Sahna
29 29. Mempersiapkan perceraian
30 30. Perdebatan mantan sahabat
31 31. Rahasia masing-masing
32 32. Pria dari masa lalu
33 33. Ingin mengambil hati
34 34. Saran Rio
35 35. Kedatangan Vira
36 36. Liburan bersama Vira
37 37. Mengikuti alur
38 38. Bertemu
39 39. Menolak
40 40. Usaha Yasa
41 41. Pengganggu lagi
42 42. Tidak mau miskin
43 43. Saling menyalahkan
44 44. Sidang pertama
45 45. Entah apa tujuannya
46 46. Bertamu
47 47. Dalam bahaya
48 48. Pertolongan
49 49. Terimakasih
50 50. Pelaku
51 51. Peringatan
52 52. Ingin menjaga
53 53. Pergi berdua
54 54. Merasa dilindungi
55 55. Berkunjung
56 56. Masa lalu
57 57. Memaafkan
58 58. Sebelum putusan
59 59. Kekesalan Arsylla
60 60. Sahna kesal
61 61. Rindunya Yasa
62 62. Perdebatan suami istri
63 63. Kesempatan terakhir
64 64. Bimbang
65 65. Bersiap bertemu
66 66. Jawaban Adisti
67 67. Arsylla menemui Bryan
68 68. Bekerjasama
69 69. Pergi dengan calon mertua
70 70. Kita
71 71. Siapa pengkhianat itu?
72 72. Persiapan lamaran
73 73. Lamaran
74 74. Persiapan pernikahan
75 75. Kesalahan Nadia
76 76. Bryan menyamar
77 77. Ada apakah?
78 78. Penyelamatan
79 79. Tertangkap
80 80. Menutup bantuan
81 81. Sahna pergi
82 82. Yasa pulang
83 83. Menjelang pernikahan
84 84. Jangan terlalu benci
85 85. Menuju halal
86 86. Saling menggoda
87 87. Penawaran atau lamaran
88 88. Perbincangan Rio dan Vira
89 89. Nasehat Ibu
90 90. Dia orang baik
91 91. Berbelanja
92 92. Kedatangan Ibunya Rio
93 93. Kesepakatan
94 94. Mengantar calon mertua
95 95. Foto
96 96. Edwin dan Vira pulang
97 97. Meminta maaf
98 98. Rencana pindah rumah
99 99. Takut tidak bisa hamil
100 100. Masa lalu orang tua
101 101. Pembicaraan dua kawan lama
102 102. Konspirasi
103 103. Diganggu Haris
104 104. Persiapan lamaran
105 105. Melihatnya bersama
106 106. Lamaran
107 107. Usai lamaran
108 108. Permintaan maaf Lusi
109 109. Akhir
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Kejutan yang tertunda
2
2. Tidak menyangka
3
3. Mencari tahu
4
4. Ragu
5
5. Langkah pertama
6
6. Ingin perhatian
7
7. Kamu kepala rumah tangga
8
8. Bukti
9
9. Bantuan dari Leo
10
10. Mantan istri Bryan
11
11. Menemui Zahra
12
12. Ingin menjual mobil
13
13. Rumah itu
14
14. Dimanfaatkan
15
15. Berbohong
16
16. Rencana tujuh bulanan
17
17. Ke luar kota
18
18. Kedatangan Adisti
19
19. Bryan tahu yang sebenarnya
20
20. Pemecatan Arsylla
21
21. Karena Adisti
22
22. Kegalauan Arsylla
23
23. Kebingungan penghianat
24
24. Kehilangan banyak hal
25
25. Hilang semuanya
26
26. Curiga pada Nadia
27
27. Mencari asisten lagi
28
28. Kedatangan Sahna
29
29. Mempersiapkan perceraian
30
30. Perdebatan mantan sahabat
31
31. Rahasia masing-masing
32
32. Pria dari masa lalu
33
33. Ingin mengambil hati
34
34. Saran Rio
35
35. Kedatangan Vira
36
36. Liburan bersama Vira
37
37. Mengikuti alur
38
38. Bertemu
39
39. Menolak
40
40. Usaha Yasa
41
41. Pengganggu lagi
42
42. Tidak mau miskin
43
43. Saling menyalahkan
44
44. Sidang pertama
45
45. Entah apa tujuannya
46
46. Bertamu
47
47. Dalam bahaya
48
48. Pertolongan
49
49. Terimakasih
50
50. Pelaku
51
51. Peringatan
52
52. Ingin menjaga
53
53. Pergi berdua
54
54. Merasa dilindungi
55
55. Berkunjung
56
56. Masa lalu
57
57. Memaafkan
58
58. Sebelum putusan
59
59. Kekesalan Arsylla
60
60. Sahna kesal
61
61. Rindunya Yasa
62
62. Perdebatan suami istri
63
63. Kesempatan terakhir
64
64. Bimbang
65
65. Bersiap bertemu
66
66. Jawaban Adisti
67
67. Arsylla menemui Bryan
68
68. Bekerjasama
69
69. Pergi dengan calon mertua
70
70. Kita
71
71. Siapa pengkhianat itu?
72
72. Persiapan lamaran
73
73. Lamaran
74
74. Persiapan pernikahan
75
75. Kesalahan Nadia
76
76. Bryan menyamar
77
77. Ada apakah?
78
78. Penyelamatan
79
79. Tertangkap
80
80. Menutup bantuan
81
81. Sahna pergi
82
82. Yasa pulang
83
83. Menjelang pernikahan
84
84. Jangan terlalu benci
85
85. Menuju halal
86
86. Saling menggoda
87
87. Penawaran atau lamaran
88
88. Perbincangan Rio dan Vira
89
89. Nasehat Ibu
90
90. Dia orang baik
91
91. Berbelanja
92
92. Kedatangan Ibunya Rio
93
93. Kesepakatan
94
94. Mengantar calon mertua
95
95. Foto
96
96. Edwin dan Vira pulang
97
97. Meminta maaf
98
98. Rencana pindah rumah
99
99. Takut tidak bisa hamil
100
100. Masa lalu orang tua
101
101. Pembicaraan dua kawan lama
102
102. Konspirasi
103
103. Diganggu Haris
104
104. Persiapan lamaran
105
105. Melihatnya bersama
106
106. Lamaran
107
107. Usai lamaran
108
108. Permintaan maaf Lusi
109
109. Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!