17. Ke luar kota

"Sayang, Kata mama kamu nggak mau kirim uang ke Mama. Memang benar, ya, Sayang?" tanya Bryan saat dirinya dan sang istri sedang bersantai di ruang tengah menikmati acara televisi yang sedang berlangsung.

"Iya, Bang. Memang benar, apa ada yang salah?"

"Sayang, apa kamu tidak kasihan pada Erick? Bagaimana kalau dia putus kuliah karena tidak ada biaya?"

"Itu bukan tanggung jawabku. Bukankah mama punya toko? Hasilnya juga aku rasa sangat cukup untuk biaya kuliah Erick. Itu pun kalau uangnya benar-benar buat kebutuhan Erick," sahut Adisti yang kemudian berpura-pura fokus pada layar segi empat di depannya.

"Apa maksud kamu, Sayang? Tentu saja mama butuh buat kuliah Erick, memangnya buat apa lagi? Lagian toko mama 'kan kecil jadi, cuma menghasilkan beberapa rupiah saja, cukup buat makan."

Adisti menggelengkan kepala, selalu saja ada alasan yang dibuat oleh sang suami untuk membela mamanya. Andai saja dia tidak punya rencana, sudah pasti dirinya akan memukul kepala pria itu.

"Bang, aku yakin kamu juga sudah mengirim uang ke mama tiap bulan. Aku juga sudah mengirim uang ke mama, belum lagi hasil dari toko. Jika semuanya di gabungkan, itu jumlahnya tidak sedikit. Aku rasa semua untuk keperluan mama dan Erik itu sudah lebih dari cukup. Itu pun kalau mereka memang benar-benar memanfaatkan semuanya dengan baik, bukan menghambur-hamburkannya dan berfoya-foya."

Bryan berdecak kesal, sedari tadi istrinya terus saja berkata seperti itu. Memang benar selama ini mamanya selalu boros, tetapi sebagai anak dia tidak suka Adisti menjelekkan mamanya seperti itu. Lagian uang yang diminta mamanya juga tidak seberapa dibanding yang dimiliki wanita itu.

"Dari tadi kamu bicara seperti itu terus. Kamu 'kan tidak tahu apa ya saja kesusahan Mama. Jangan berbicara yang tidak-tidak kalau tidak tahu bagaimana kehidupan mereka!" ujar Bryan dengan sedikit meninggikan suaranya.

Adisti tertawa sumbang, ternyata mereka benar-benar keluarga benar yang hanya bisa memikirkan diri sendiri, tanpa tahu betapa susahnya orang lain mencari uang. Bryan sendiri juga sudah bekerja, tidakkah pria itu memikirkan dirinya?

"Kamu pikir aku tidak tahu apa-apa dengan apa yang dilakukan ibumu? Sudah cukup selama ini aku bersabar, tapi ternyata kamu sama saja dengan mamamu. Dasar tidak tahu terima kasih. Sudahlah! Aku tidak mau berdebat lagi denganmu. Kalau kamu punya uang, kasih saja uangmu itu pada mamamu. Aku tidak mau lagi mengeluarkan uang, tidak bulan depan dan seterusnya. Aku tidak akan lagi mengirim uang bulanan."

Adisti segera pergi ke kamarnya. Dia tidak ingin emosinya meledak dan malah akan menggagalkan rencana nanti. Saat ini Leo sedang mengurus semua berkas yang Adisti minta. Setelah selesai, baru wanita itu bisa bergerak sesuka hatinya.

Bryan mengusap wajahnya kasar, tidak menyangka jika Adisti malah mengajaknya berdebat. Padahal biasanya wanita itu selalu saja mengalah. Lebih baik menuruti apa saja keinginan sang suami daripada harus berdebat panjang lebar. Pria itu juga bisa melihat ekspresi wajah istrinya yang berbeda, tidak seperti sebelumnya.

Dalam hati Bryan bertanya-tanya, apakah mungkin Adisti tahu rahasianya? Namun, rasanya itu tidak mungkin. Jika memang benar istrinya tahu mengenai rahasianya, pasti wanita itu akan marah besar. Lebih parahnya akan menemui istri keduanya dan membuat ulah di sana.

Yang Bryan tidak tahu, Adisti bukan orang yang suka bertindak ceroboh. Wanita itu tidak mungkin melakukan seperti yang dipikirkan oleh sang suami. Dia lebih suka bertindak hati-hati dan penuh perhitungan agar ke depannya tidak ada masalah.

Ponsel Bryan berdering, tertera Nama Mama Lusi di sana. Bryan ragu untuk mengangkatnya, pasti nanti mamanya akan merongrong dirinya agar memberikan uang untuk acara syukuran tujuh bulanan istrinya. Padahal sebelumnya Bryan sudah mengatakan untuk mengadakan acara sederhana saja, tetapi wanita paruh baya itu tidak akan pernah mau karena sebelumnya juga sering membanggakan harta anaknya.

"Bryan! Kenapa lama sekali mengangkatnya Mama sampai jemuran!" sembur Mama Lusi begitu Bryan mengangkat panggilannya.

Bryan mendelik sebal, apa yang dia pikirkan ternyata terjadi juga. "Memang ada apa sih, Ma? Sudah untung aku mengangkatnya. Aku masih banyak kerjaan hari ini."

"Kamu tidak usah pura-pura banyak pekerjaan. Kamu memang sengaja 'kan menolak panggilan dari Mama agar Mama tidak meminta uang sama kamu? Ingat! Ini tuh acara untuk istri kamu, seharusnya kamu yang lebih antusias, ini malah ditelepon susah sekali. Pokoknya Mama tidak mau tahu, kamu harus segera kirim uang ke Mama dua puluh juta."

Bryan terkejut dengan uang yang diminta oleh mamanya. Ini hanya acara syukuran kehamilan, kenapa terkesan seperti acara resepsi. Sungguh mamanya ini selalu ada saja ulahnya.

"Kemarin sudah aku kasih uang. Lagipula untuk acara seperti itu buat apa uang banyak-banyak?"

"Pokoknya Mama tidak mau tahu. Uang segitu juga belum ada apa-apanya."

"Baiklah, nanti biar aku usahakan," sahut Bryan lemah. Akhirnya dia hanya bisa mengalah. Percuma juga berdebat dengan mamanya jika ujung-ujungnya pria itu akan kalah juga.

"Jangan hanya diusahakan saja, pokoknya Mama mau kamu itu mengirimkan uang itu ke rekening Mama." Lusi pun segera mengakhiri panggilan, membuat Brian menghela napas panjang.

Mamanya memang selalu seperti itu, mau menang sendiri dan tidak memikirkan perasaan orang lain. Padahal dia adalah putranya, tetapi tetap saja sikap mamanya masih sama.

***

Pagi-pagi sekali Brian sudah rapi, tidak lupa juga sebuah koper kecil sudah dia isi dengan beberapa pakaian. Pria itu sangat bersemangat, tidak sabar ingin bertemu seseorang yang diharapkan.

"Kamu mau ke mana, Bang?" tanya Adisti saat melihat sang suami sedang merapikan bajunya dalam koper.

Tumben sekali pria itu menyiapkan semua sendiri. Biasanya selalu meminta Adisti jika sedang ada perjalanan ke luar kota. Mungkin Bryan sudah mencium aroma penolakan dari sang istri, mengingat akhir-akhir ini mereka sering berdebat.

"Aku ada pekerjaan di luar kota, Sayang. Itu pun dadakan jadi aku belum sempat bicara sama kamu," jawab Bryan beralasan.

"Memangnya berapa lama?"

"Mengenai itu aku kurang tahu. Mungkin sekitar tiga atau empat hari."

Adisti mengangguk, kini dia mengerti kenapa jika sang suami pergi ke luar kota hanya membawa sedikit baju. Pria itu selalu beralasannya agar tidak terlalu susah, lebih baik bajunya di laundry saja. Namun, saat pulang baju itu masih tetap sama dengan susunan Adisty. Bau pengharum bajunya juga masih sama.

Saat itu dia berpikir positif bahwa laundry-nya memang menggunakan pengharum pakaian yang sama. Padahal itu hanya tipuan sang suami saja karena di rumah ibunya masih banyak baju Bryan. Sekarang Adisti tahu bahwa baju di koper itu memang tidak pernah dibuka, apalagi dipakai. Koper itu hanyalah sebuah alasan. Betapa bod*hnya Adisti selama ini.

"Kamu di rumah jaga diri baik-baik, ya! Aku akan menghubungimu nanti saat sampai di tempat tujuan," lanjut Bryan setelah semua barangnya sudah selesai dia bereskan.

"Abang selalu bilang begitu, tapi begitu sampai tempat tujuan selalu lupa padaku, malam hari baru memberi kabar. Apakah itu yang namanya saat sampai tujuan akan memberi kabar"

"Maaf, Sayang, maklumlah habis naik pesawat pasti lelah jadi, aku tertidur begitu sampai di hotel."

Adisti hanya tersenyum menanggapi, tidak mau terlalu menimpali ucapan sang suami yang semuanya hanyalah dusta.

Terpopuler

Comments

Anggun Putri Delya

Anggun Putri Delya

pinter sekali alasannya 🤭

2023-10-20

0

Rini Musrini

Rini Musrini

tunggu kejutan dari adisty bryan

2023-07-13

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kejutan yang tertunda
2 2. Tidak menyangka
3 3. Mencari tahu
4 4. Ragu
5 5. Langkah pertama
6 6. Ingin perhatian
7 7. Kamu kepala rumah tangga
8 8. Bukti
9 9. Bantuan dari Leo
10 10. Mantan istri Bryan
11 11. Menemui Zahra
12 12. Ingin menjual mobil
13 13. Rumah itu
14 14. Dimanfaatkan
15 15. Berbohong
16 16. Rencana tujuh bulanan
17 17. Ke luar kota
18 18. Kedatangan Adisti
19 19. Bryan tahu yang sebenarnya
20 20. Pemecatan Arsylla
21 21. Karena Adisti
22 22. Kegalauan Arsylla
23 23. Kebingungan penghianat
24 24. Kehilangan banyak hal
25 25. Hilang semuanya
26 26. Curiga pada Nadia
27 27. Mencari asisten lagi
28 28. Kedatangan Sahna
29 29. Mempersiapkan perceraian
30 30. Perdebatan mantan sahabat
31 31. Rahasia masing-masing
32 32. Pria dari masa lalu
33 33. Ingin mengambil hati
34 34. Saran Rio
35 35. Kedatangan Vira
36 36. Liburan bersama Vira
37 37. Mengikuti alur
38 38. Bertemu
39 39. Menolak
40 40. Usaha Yasa
41 41. Pengganggu lagi
42 42. Tidak mau miskin
43 43. Saling menyalahkan
44 44. Sidang pertama
45 45. Entah apa tujuannya
46 46. Bertamu
47 47. Dalam bahaya
48 48. Pertolongan
49 49. Terimakasih
50 50. Pelaku
51 51. Peringatan
52 52. Ingin menjaga
53 53. Pergi berdua
54 54. Merasa dilindungi
55 55. Berkunjung
56 56. Masa lalu
57 57. Memaafkan
58 58. Sebelum putusan
59 59. Kekesalan Arsylla
60 60. Sahna kesal
61 61. Rindunya Yasa
62 62. Perdebatan suami istri
63 63. Kesempatan terakhir
64 64. Bimbang
65 65. Bersiap bertemu
66 66. Jawaban Adisti
67 67. Arsylla menemui Bryan
68 68. Bekerjasama
69 69. Pergi dengan calon mertua
70 70. Kita
71 71. Siapa pengkhianat itu?
72 72. Persiapan lamaran
73 73. Lamaran
74 74. Persiapan pernikahan
75 75. Kesalahan Nadia
76 76. Bryan menyamar
77 77. Ada apakah?
78 78. Penyelamatan
79 79. Tertangkap
80 80. Menutup bantuan
81 81. Sahna pergi
82 82. Yasa pulang
83 83. Menjelang pernikahan
84 84. Jangan terlalu benci
85 85. Menuju halal
86 86. Saling menggoda
87 87. Penawaran atau lamaran
88 88. Perbincangan Rio dan Vira
89 89. Nasehat Ibu
90 90. Dia orang baik
91 91. Berbelanja
92 92. Kedatangan Ibunya Rio
93 93. Kesepakatan
94 94. Mengantar calon mertua
95 95. Foto
96 96. Edwin dan Vira pulang
97 97. Meminta maaf
98 98. Rencana pindah rumah
99 99. Takut tidak bisa hamil
100 100. Masa lalu orang tua
101 101. Pembicaraan dua kawan lama
102 102. Konspirasi
103 103. Diganggu Haris
104 104. Persiapan lamaran
105 105. Melihatnya bersama
106 106. Lamaran
107 107. Usai lamaran
108 108. Permintaan maaf Lusi
109 109. Akhir
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Kejutan yang tertunda
2
2. Tidak menyangka
3
3. Mencari tahu
4
4. Ragu
5
5. Langkah pertama
6
6. Ingin perhatian
7
7. Kamu kepala rumah tangga
8
8. Bukti
9
9. Bantuan dari Leo
10
10. Mantan istri Bryan
11
11. Menemui Zahra
12
12. Ingin menjual mobil
13
13. Rumah itu
14
14. Dimanfaatkan
15
15. Berbohong
16
16. Rencana tujuh bulanan
17
17. Ke luar kota
18
18. Kedatangan Adisti
19
19. Bryan tahu yang sebenarnya
20
20. Pemecatan Arsylla
21
21. Karena Adisti
22
22. Kegalauan Arsylla
23
23. Kebingungan penghianat
24
24. Kehilangan banyak hal
25
25. Hilang semuanya
26
26. Curiga pada Nadia
27
27. Mencari asisten lagi
28
28. Kedatangan Sahna
29
29. Mempersiapkan perceraian
30
30. Perdebatan mantan sahabat
31
31. Rahasia masing-masing
32
32. Pria dari masa lalu
33
33. Ingin mengambil hati
34
34. Saran Rio
35
35. Kedatangan Vira
36
36. Liburan bersama Vira
37
37. Mengikuti alur
38
38. Bertemu
39
39. Menolak
40
40. Usaha Yasa
41
41. Pengganggu lagi
42
42. Tidak mau miskin
43
43. Saling menyalahkan
44
44. Sidang pertama
45
45. Entah apa tujuannya
46
46. Bertamu
47
47. Dalam bahaya
48
48. Pertolongan
49
49. Terimakasih
50
50. Pelaku
51
51. Peringatan
52
52. Ingin menjaga
53
53. Pergi berdua
54
54. Merasa dilindungi
55
55. Berkunjung
56
56. Masa lalu
57
57. Memaafkan
58
58. Sebelum putusan
59
59. Kekesalan Arsylla
60
60. Sahna kesal
61
61. Rindunya Yasa
62
62. Perdebatan suami istri
63
63. Kesempatan terakhir
64
64. Bimbang
65
65. Bersiap bertemu
66
66. Jawaban Adisti
67
67. Arsylla menemui Bryan
68
68. Bekerjasama
69
69. Pergi dengan calon mertua
70
70. Kita
71
71. Siapa pengkhianat itu?
72
72. Persiapan lamaran
73
73. Lamaran
74
74. Persiapan pernikahan
75
75. Kesalahan Nadia
76
76. Bryan menyamar
77
77. Ada apakah?
78
78. Penyelamatan
79
79. Tertangkap
80
80. Menutup bantuan
81
81. Sahna pergi
82
82. Yasa pulang
83
83. Menjelang pernikahan
84
84. Jangan terlalu benci
85
85. Menuju halal
86
86. Saling menggoda
87
87. Penawaran atau lamaran
88
88. Perbincangan Rio dan Vira
89
89. Nasehat Ibu
90
90. Dia orang baik
91
91. Berbelanja
92
92. Kedatangan Ibunya Rio
93
93. Kesepakatan
94
94. Mengantar calon mertua
95
95. Foto
96
96. Edwin dan Vira pulang
97
97. Meminta maaf
98
98. Rencana pindah rumah
99
99. Takut tidak bisa hamil
100
100. Masa lalu orang tua
101
101. Pembicaraan dua kawan lama
102
102. Konspirasi
103
103. Diganggu Haris
104
104. Persiapan lamaran
105
105. Melihatnya bersama
106
106. Lamaran
107
107. Usai lamaran
108
108. Permintaan maaf Lusi
109
109. Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!