Chesy memasang jilbab dengan asal setelah mandi sore itu. Ia berlari menghambur keluar rumah membawa tas berisi buku tulis Al Quran dan sebuah pena, meninggalkan aroma wangi khas yang menguar di setiap sudut ruangan. Beginilah ciri khas Chesy, meski sudah pergi, namun wanginya masih tertinggal.
"Mau kemana kamu?" tanya Yunus yang tengah memangkas bunga di taman dengan gunting kebun. Ia melongok melihat Chesy yang berjalan meninggalkan teras.
"Bukannya abi yang suruh aku mengabdi ke Cazim ya? Ya udah ini aku mau pergi ke rumahnya Cazim untuk belajar. Jangan cari aku kalau aku nggak balik- balik ya, Abi. Mana tahu aku kena sabit sama si Cazim dan nggak balik lagi," ucap Chesy sambil berjalan keluar halaman rumah.
Perkataan Chesy membuat Yunus geleng- geleng kepala.
Hanya dengan berjalan kaki, Chesy sampai ke rumah Cazim. Netranya yang cokelat mengawasi rumah mungil yang dijadikan tempat tinggal bagi Cazim, rumah minimalis yang klasik dan elegan dengan warna cokelat muda yang mendominasi.
"Chesy?"
Suara itu membuat Chesy terkejut, ia menatap Alando yang berdiri di ambang pintu. Ekspresi Chesy sontak menjadi tajam dan tatapannya sengit.
"Kamu yang kemarin kurang ajar kan?" Chesy menunjuk wajah Alando.
"Sabar, Chesy. Sabar!" Alando mengangkat dua tangan sebagai tameng untuk melindungi dirinya sendiri dari serangan Chesy.
"Beri aku alasan supaya aku bisa sabar menghadapi lelaki hidung belang sepertimu!" Chesy menyambar pot bunga dan mengangkatnya tinggi- tinggi bersiap melempar ke muka Alando. Percayalah muka Alando bisa gepeng jika dijatuhi pot berbahan keras itu.
"E e eeh... Tunggu, sabar dulu. Aku benar benar minta maaf, aku salah. Aku ngaku salah."
"Itu aja?" kesal Chesy.
"** ttt...."
Mendengar Alando yang tidak mengeluarkan kata- kata penjelasan dan malah yang keluar tat tit tat tid, Chesy pun jadi makin emosi. Lelaki yang baginya telah melecehkannya dengan masuk kamar yang merupakan privasi wanita itu kini tidak bisa menjelaskan apa pun.
Chesy angkat pot bunga dan melayangkannya. Prak! Pot bunga pecah mengenai lantai sesaat setelah ditampik oleh Cazim. Lelaki itu datang di waktu yang tepat. Pecahan pot bunga berserakan di lantai.
Netra Chesy bertukar pandang dengan mata biru Cazim. Mata tegas Cazim seakan memberi isyarat bahwa dia sedang tidak nyaman dengan kekacauan itu.
"Kau di sini datang sebagai tamu, juga sebagai muridku. Tidak seharusnya malah seperti preman begini," tegas Cazim dengan ekspresi dingin.
"Aku nggak akan begini kalau komplotanmu ini tahu diri."
"Kau yang seharusnya tahu diri, kay bertamu di rumahku. Kau tentu mengerti adab bertamu kan?" Cazim berkata dengan datar, wajahnya dingin bak es balok.
"Hei, sejak awal aku udah kasih tau kamu kalau temanmu ini menyusup masuk kamarku, tapi kami mengelak dan melindunginya. Dia ini mes*m dan berniat kurang ajar sama aku. Apakah aku bisa tinggal diam saat berhadapan dengan otak kotor seperti dia?" sengit Chesy menatap Cazim tajam.
Seketika itu, Cazim menghela napas dan ekspresinya pun berubah tampak rileks setelah tadi menegang. Ia seakan memahami perkataan Chesy.
"Kalau aja kamu jadi hakim, maka ketidak adilan bakalan merajalela, sebab hakimnya hanya berpihak pada orang dekat aja. Miris!" sambung Chesy makin muak.
"Sudah!" Cazim tampak memahami perasan Chesy. "Mengenai Alando, aku mengakui kesalahannya. Kau bisa menghukumnya nanti setelah urusan kita selesai."
Mendengar hal itu, Chesy baru sadar kalau Cazim kini memahami kekesalannya.
"Kau di sini sekarang adalah muridku. Patuhi aku!" tegas Cazim.
Wah berlagak sok jadi guru dia. Cih! Chesy muak sekali.
"Chesy, bereskan pecahan pot bunga itu!" titah Cazim. "Dan kau Alando, selesaikan tugasmu di belakang. Kau belum mencuci baju!"
"Baik, Bang!" Alando bergegas ke dapur.
Tatapan Cazim kembali pada Chesy. Gadis itu seakan mendapat perintah mutlak dari sang guru hingga refleks mengambil sapu dan membersihkan pecahan itu.
"Setelah itu duduk di kursi. Aku akan kembali lima menit lagi." Cazim melangkah pergi.
Chesy bergegas menyelesaikan tugasnya meski dengan muka cemberut dan menggerutu hebat.
"Duh, kebangetan! Cazim emang norak. Dan Alando, aku akan sunat kamu setelah ini!" Chesy membuang pecahan pot dan sampahnya ke tong sampah di depan. ia lalu kembali ke ruang tamu.
Sebuah buku di meja menarik perhatiannya. Ia mengambil buku itu dan membukanya. Apa ini?
Bersambung...
Makasih udah kasih hadiah, tonton iklan, koin dan poin ke cerita ini. 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
bibi
next next
2023-06-02
1
Umine LulubagirAwi
wah, bru jd tmu sdh usil chesy
2023-05-17
0
renita gunawan
sebenarnya buku apa yang dilihat oleh chesy 🤔🤔. waaah.. chesy keren juga.berani bersikap bar-bar untuk menghajar aliando dirumah cazim
2023-05-16
0