"Apa maksud abi?" Chesy menatap kaget.
"Sini duduk dulu." Yunus menarik lengan Chesy hingga tubuh mungil itu terpaksa menghempas duduk di sofa. "Tadi barusan abi telepon Cazim dan suruh dia kemari, lalu dia pun langsung kemari menemui abi. Padahal tadi Cazim di posisi sedang tidur saat abi meneleponnya, akhirnya tidurnya Cazim jadi terganggu gara- gara suara deringan telepon dari Abi yang membangunkan tidurnya. Kalau tahu Cazim sedang tidur, abi pun tidak mau mengganggunya."
Chesy masih belum mengerti arah pembicaraan abinya yang bicara ngalor ngidul.
"Sebegitu hormatnya Cazim sama abi sampai datang kemari meski sedang mengantuk." Yunus tersenyum sungkan ke arah Cazim. "Jadi, abi meminta Cazim kemari untuk membicarakan hal penting, yaitu supaya Cazim menjadi gurumu dan mengajarkanmu tentang keislaman, adab, akhlak dan pengamalan ayat dalam kehidupan sehari- hari."
"Plis, Abi. Nggak harus dia." Chesy menunjuk Cazim dengan telunjuknya, ia ingat pistol yang sempat dibawa oleh Cazim. Lelaki itu bukan orang baik, dia berbahaya dan tidak pantas dipanggil ustad. Masak ustad bertato, merokok, punya senjata api, melakukan transaksi rahasia yang membahayakan, bahkan juga menyimpan rahasia jahat. Makan pun tidak baca bismillah.
"Chesy!" tegur Yunus dengan tatapan tegas, memberi kode supaya Chesy bersikap sopan. Tatapan Yunus kembali tertuju pada Cazim dan melempar senyum sambil berkata, "Maaf, Cazim. Anak abi memang begini. Itulah sebabnya abi minta Cazim menjadi gurunya, mengajarinya tentang keislaman, tentang bagaimana adab dan akhlak, pokoknya semuanya."
Cazim tersenyum sopan dan mengangguk. "Tidak masalah. Saya paham. Tidak mungkin abi mencarikan guru untuk membentuk akhlak anak abi kalau kelakuannya tidak kelewat batas." Lirikan mata Cazim tertuju ke mata Chesy dengan senyum penuh arti.
Mata Chesy membelalak. Oh, hebat sekali dia! Secara tidak langsung ngata- ngatain Chesy.
"Chesy ini tidak memiliki sosok seorang ibu, jadi wajar saja kalau dia begini," imbuh Cazim dengan gaya bijaksana selayaknya seorang pemuka agama.
Chesy kemudian tersenyum miring. "Abi yakin mau menjadikan lelaki ini jadi guruku?"
"Tentu," jawab Yunus meyakinkan.
"Aku punya bukti akurat bahwa lelaki ini nggak pantas dijadikan guru agama, bahkan nggak pantas dipanggil ustad. Dia ini penjahat. Kalau perlu aku akan tunjukkan bukti ini ke semua warga biar dia diusir dari sini, dia membahayakan." Chesy menatap kesal.
"Chesy, hentikan ucapanmu!" gertak Yunus ingin membungkam mulut Chesy dengan tamparan. Sejak dulu, Chesy memang berani bertindak arogan pada orang yang tidak dia sukai, termasuk Mbak Mimin, janda yang mengaku cinta ke abinya. Chesy pernah mengusir wanita itu saat datang ke rumah mengantar rantang berisi rendang jengkol. Rantang dilempar dan terbang ke udara, berakhir di tanah. Sadis.
Yunus sudah sangat memahami sifat anaknya itu. Setelah Mimin, sekarang pun Cazim yang jadi korban.
"Aku punya bukti, abi." Chesy merogoh hape dari kantong celananya.
Wajah Cazim kini tampak serius, senyum yang sejak tadi mengembang pun memudar.
Chesy mengeluarkan hape nya, lalu membuka password hape dengan sentuhan jari lentiknya. "Di dalam hape ini udah ada bukti kuat yang menjelaskan siapa Cazim sebenarnya."
Melihat keantusiasan Chesy, Yunus pun jadi penasaran. Bukti apa yang akan ditunjukkan kepadanya. Ia menunggu hingga putrinya membuka galery dan menekan video terakhir hasil rekamannya yang direkam hari ini.
Bersambung
klik like plis 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
jangan sampai buktinya hilang dihapus Cazim
2023-07-27
3
bibi
next
2023-06-02
0
Enisensi Klara
pasti rekamannya udah hilang dari galeri ,cazim kan licik pasti pas saat chesy tidur dia hapus itu rekamannya 😳😳, duh chesy
2023-05-15
0