“Dari mana kamu?”
Pandangan Chesy tertuju ke sumber suara, menatap Yunus yang baru saja keluar dari ruangan sebelah. Lelaki berkopiah putih itu membawa segelas kopi. Seperti biasa, ia membuat kopi sendiri. itulah yang ia lakukan semenjak istrinya meninggalkannya untuk selama- lamanya. Ia tidak pernah merepotkan Chesy dan meminta putrinya itu untuk membuatkan kopi, ia lebih suka melakukannya sendiri. cita rasa kopi buatannya lebih nikmat.
“Aku dari …”
“Kamu dari luar dalam kondisi begini?” Tatapan lelaki paruh baya yang rambutnya sebagian sudah memutih itu melebar ke arah betis Chesy.
“Abi, ini… ini…” Chesy malah jadi gugup gara- gara mendapat tatapan tajam dari ayahnya.
“Bagaimana bisa kamu keluar rumah malam- malam begini hanya memakai kimono, Chesy? Malu! Kamu perempuan! Ndak elok berperilaku begini?” Yunus tampak frustasi. Pasalnya, putrinya itu memang pecicilan dan suka bikin masalah. Sering melakukan hal- hal yang di luar nalar. Malas shalat, malas mengaji, malas memasak dan suka bangun kesiangan. Shalat subuh pun mesti dibangunin terus.
Setiap kali Yunus menceramahinya, ia hanya akan cengengesan dan menghambur pergi. Meski pun begitu, Chesy tetap melakukan apa saja yang diperintahkan ayahnya. Tidak perah sekali pun ia membantah meski mengerjakannya dengan malas- malasan.
Bahkan dulu juga kabur dari pondok dan pulang dengan kaki nyeker. Pokoknya tingkah Chesy benar- benar telah membuat Yunus kehabisan kesabaran. Yunus mengira kesalahan Chesy kemarin yang telah membuat telur dadar menjadi gosong karena ditinggal main game itu adalah kesalahan terakhir, tapi ternyata Chesy membuat ulah lagi.
“Abi tidak pernah mengajarkanmu kelayapan malam- malam, apa lagi pakai pakaian begini. Duh, gusti pangeran! Masuk sana!” titah Yunus menunjuk pintu kamar Chesy.
Gadis cantik itu melompat dan langsung mengejar pintu kamarnya. “Nanti aku jelasin, Abi!”
Chesy berteriak sambil masuk kamar. Ia langsung menukar kimono dengan memasang baju tidur.
Setelah itu Chesy buru- buru keluar kamar untuk menemui abinya. Ia sudah tidak sabar ingin menceritakan fakta amazing yang baru saja dia saksikan di rumah Cazim. Bisa- bisa abinya itu akan pingsan karena saking kagetnya.
"Abi, abi harus mendengar ceritaku. Ini sesuatu banget, Bi." Chesy melompat dan duduk di sofa sisi ayahnya. Raut wajahnya menggebu- gebu.
"Jadi tuh gini ...."
"Lebih baik kamu pakai dulu jilbabmu itu!" potong Yunus yang melihat putrinya menghambur keluar kamar tanpa hijab. Rambutnya yang hitam dan berkilau bak model shampo itu pun tergerai indah sekali, menambah kesan cantik di wajah gadis dua puluh tiga tahun itu.
Chesy sontak mengangkat tangan dan meraba kepalanya yang ternyata tanpa hijab.
"Abi kan sudah selalu bilang ke kamu, jangan pernah melepas jilbab meski kamu berada di rumah. Kecuali di kamar. Rumah ini kan ada Mang Darel yang bekerja sebagai asisten rumah tangga, dia bukan mahram kamu, jangan biarkan Mang Darel melihat auratmu. Jika dalam kondisi kamu tidak menutup aurat dan itu mengundang kejahatan lelaki terhadapmu, maka jangan salahkan orang lain," tegas Yunus, sama seperti kalimat yang kerap ia ucapkan sebelumnya.
"He he... Buru- buru, Abi. Lupa jadinya." Chesy ngibrit masuk kamar dan kembali ke menemui abinya sambil memasang jilbab. "Ada informasi mengejutkan, abi pasti kaget kalau mendengar ini. Jadi begini..."
"Ngomongnya pelan- pelan, Chesy. Muncrat semua ini!" Yunus mengelap keningnya dengan tisu.
"Masak sih, abi?" Chesy terkekeh. "Abi mau denger berita yang bakalan viral nggak? Siap- siap aja, jangan jantungan ya, Abi."
"Ya sudah, katakan!"
"Ternyata Mas Cazim, lelaki yang sering dipanggil ustad sama semua penghuni komplek ini tuh bukan ustad. Casingnya itu cuma kedok doang. Dia tuh aslinya preman."
"Dari mana kamu bisa bilang begitu?" Yunus meneguk minumannya dengan rileks.
"Abi nggak kaget?"
"Katakan saja dari mana kamu bisa bicara begitu? Apa kamu tadi tidur dan bermimpi?"
"Abi mengira semua yang aku katakan ini cuma mimpi?"
Yunus hanya memutar mata, menunjukkan sikap santai.
"Bi, aku tadi baru aja selesai mandi, baru pakai daleman, kimono juga masih melekat di badan. Lalu tiba- tiba ada orang menyusup masuk kamar, terus dia kabur karena aku teriak. Langsung aja aku kejar dia. Aku sampai lupa kalau aku masih pakai kimono."
"Lalu?" Yunus masih tampak santai sekali, tanpa ekspresi.
"Terus lelaki mes*m itu masuk ke rumah Mas Cazim, aku terus ikuti sampai nggak sadar kalau aku udah berada di rumah Mas Cazim. Di sanalah aku memergoki Mas Cazim tampil seperti seorang preman. Dia punya tato, dia merokok, kakinya naik ke atas meja. Pokoknya jauh bila dikatakan seorang ustad."
Yunus berdehem.
"Karena udah kepalang basah kepergok dalam posisi seperti itu, sikap Mas Cazim pun nggak menunjukkan sikap seorang ustad. Dia bicara dengan marah, dia kasar dan sangar. Nggak ada sopan sopannya seperti yang biasanya dia tampilkan di depan umum."
"Lebih baik kamu cuci muka dulu dan tidurlah. Kebanyakan mengarang cerita juga tidak bagus." Yunus melangkah pergi.
Yasalam, sudah sangat lelah lidah Chesy bicara panjang lebar, tapi ayahnya malah tidak mempercayainya. Sebegitu besar kepercayaan Yunus terhadap Cazim. Bagaimana tidak? Cazim selama ini memang terlihat sebagai pemuda yang berbudi baik, sopan dan pantas dijadikan panutan. Beberapa kali menggantikan Yunus menjadi imam masjid dengan bacaan yang fasih dan melantunkan ayat dengan irama merdu, membuat jamaahnya merinding dan kagum.
Ada banyak para ibu ibu berdaster yang mengagumi sosok Cazim dan mengharapkan pemuda itu menjadi mantunya. Cazim juga menjadi guru ngaji. Semua perilaku Cazim sudah cukup membuat Yunus meyakini bahwa pemuda itu adalah pemuda salih. Toh Yunus juga sudah sangat sering berinteraksi dengan Cazim, mengobrol mengenai keagamaan, ilmu Cazim cukup baik dalam hal agama.
Lalu bagaimana bisa Yunus akan mempercayai perkataan Chesy yang kesehariannya jelas- jelas terlihat sebagai anak bandel, nakal dan suka membuat ulah? Tidak hanya sekali saja Chesy membuat abinya kesal karena tingkahnya yang nyaris bikin kepala Yunus hampir pecah. Bahkan setiap dibangunin shalat subuh juga sulit sekali, pernah sampai disiram air baru bangun.
Kini, Chesy mengingat- ingat perlakuan Cazim terhadapnya tadi. Lelaki itu sudah membuatnya muak sekali. Ia tersenyum penuh akal.
Lihat saja nanti, akan aku bongkar kedokmu, Ustad gadungan! Akan kutunjukkan pada abi dan semua orang bahwa kamu tampil alim cuma kedok doang.
***
Bersambung..
Klik tombol subscribe supaya kalian mendapat notif saat cerita ini update,
klik like juga yah.
kalau mau minta update, silakan klik tombol permintaan update sebanyak- banyaknya biar Emma Shu tahu ada yg nungguin update 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Eylna Fadli
auhhh ahhh
2024-01-17
1
Cut Buleun Hwi Panton
semangat thorr
2023-10-07
0
bunda Thalita
selalu syukaaaa sama karyamu thooorrrrr
2023-08-27
0