"Ya kenal lah, gue itu kenal Fatih semenjak dia jadi Presiden mahasiswa sih, terus juga beberapa kali kerjasama sama dia dan ya dia orangnya seru juga, seru maksudnya itu bikin emosi ya Zi," ucap Tiara.
"Emosi kenapa Mbak?" tanya Zia.
"Ya, dia itu orangnya super duper cuek banget sama cewek, walaupun begitu tetep banyak yang suka sama Fatih karena dia itu sempurna gitu," ucap Tiara.
"Sempurna? maksud Mbak Tiara apa?" tanya Zia.
"Gini Zi, kalau kata anak-anak yang lain sih Fatih itu paket lengkap, ganteng iya, kaya iya, paham agama juga iya," ucap Tiara dan Zia pun hanya menganggukkan kepalanya.
"Tapi, kalau di pikir-pikir, Fatih ini cocok juga sama lo, Zi," lanjut Tiara.
"Apa sih Mbak Tiara ini," ucap Zia.
"Lah iya kan, maksud gue gini loh. Fatih paham agama dan lo juga paham agama, Fatih ganteng lo juga cantik," ucap Tiara.
"Tapi, kalau seandainya Zia gak jodoh sama Kak Fatih gimana?" tanya Zia.
"Ya, harus jodoh pokoknya btw lo terima Fatih?" tanya nya Tiara.
"Zia juga gak tau Mbak," ucap Zia.
"Kok lo gak tau?" tanya Tiara.
"Sebenarnya, Zia baru buka proposal ta'aruf nya Kak Fatih hari ini padahal Zia dapat proposal itu udah beberapa hari yang lalu. Setelah Zia buka dan Zia baca, Zia gak yakin Mbak," ucap Zia.
"Gak yakin kenapa?" tanya Tiara.
"Karena menurut Zia, Kak Fatih terlalu tinggi buat di capai apalagi Zia denger Kak Fatih juga banyak yang suka," ucap Zia.
"Astaga Zia, Fatih gak tinggi-tinggi banget kok, mungkin lo cuma sedadanya kali ya atau gak sepundaknya agak turun dikit tapi," ucap Tiara.
"Bukan itu maksud Zia Mbak, tapi dalam hal ekonomi," ucap Zia.
"Lo jangan mikir kayak gitu, buktinya Fatih suka sama lo. Gue juga jamin kalau Fatih bener-bener suka sama lo bukan karena faktor ekonomi atau yang lain oke, jadi saran gue, lo pikirkan baik-baik niat baik Fatih dan buang jauh-jauh pikiran negatif lo itu," ucap Tiara.
"Mbak Tiara yakin?" tanya Zia.
"Yakin banget Zi," ucap Tiara.
"Hem, Mbak Tiara jangan bilang-bilang ya masalah ini. Takutnya nanti pada heboh," ucap Zia.
"Siap, gue bukan orang yang suka koar sana sini kok," ucap Tiara dan diangguki Zia.
.
Besoknya, Zia sudah siap dengan peralatan tempurnya selama kelas nanti, "Bismillah, semoga Allah memberikan kelancaran untuk hari ini," gumam Zia lalu keluar dari kamar.
"Mbak Wulan, Zia duluan ya," pamit Zia.
"Okay, Zi. Hati-hati ya," ucap Wulan.
"Iya Mbak, Mbak Wulan juga sabar ya nunggu mbak Delia di dalam kamar mandi," ucap Zia.
"Iya Zi, gue udah sabar banget ini. Del, cepetan dong, gue juga mau mandi ini!" teriak Wulan.
"Sabar dong, Lan. Bentar lagi selesai kok," ucap Delia di dalam kamar mandi.
"Daritadi lo bilang bentar lagi selesai terus," ucap Wulan.
Zia yang melihat pertengkaran Wulan dan Delia pun tersenyum, lalu setelah itu Zia bergegas keluar kos dan berjalan menuju kampusnya.
Sesampainya di kelas, ternyata sudah ada Litha dan juga Ana, "Lama banget lo, Zi?" tanya Litha.
"Masa sih, kan masuknya jam 08.30 dan ini masih jam 07.15 berarti gak telat dong aku," ucap Zia.
"Iya deh terserah lo," ucap Litha.
Akhirnya mereka pun memulai kelas dengan mata kuliah kewirausahaan dan setelah kelas mereka pun keluar dari kelas tersebut.
"Kelasnya kan cuma satu dan gue mau pulang deh, kalian mau di kampus atau gimana?" tanya Litha.
"Gue juga mau pulang soalnya kan besok gue izin mau liburan ke luar negeri," ucap Ana.
"Kalau lo, Zi?" tanya Litha.
"Aku kayaknya mau ke kantin dulu soalnya mau beli lauk buat di kos nanti," ucap Zia dan diangguki Litha.
"Kalau gitu, gue balik duluan ya," pamit Litha.
"Gue juga deh," ucap Ana.
"Iya, hati-hati ya kalian," ucap Zia yang diangguki Litha dan Ana.
Zia pun berjalan sendirian menuju kantin yang tidak terlalu jauh dari fakultasnya, "Sebenarnya aku pengen cerita ke Litha dan Ana, tapi kayaknya mereka terlalu sibuk jadi kapan-kapan aja deh aku cerita. Aku nanti biar ketemu gak ya sama Kak Fatih buat ngasih ini," gumam Zia.
Sesampainya di kantin Zia pun membeli beberapa lauk yang ada di kantin Ter serta beberapa cemilan untuk dinikmati bersama penghuni kos lainnya.
Saat tengah menunggu pesanannya tiba-tiba netranya tidak sengaja melihat Wilma bersama dengan teman-temannya yang juga tengah berada di kantin dan jarak mereka pun tidak terlalu jauh.
Dengan inisiatif Zia, ia pun menghampiri Wilma, "Wilma kan?" tanya Zia.
Wilma yang awalnya fokus mengobrol dengan teman-temannya pun menatap wajah cantik Zia, "Eh, Mbak Zia kan, ada apa Mbak?" tanya Wilma.
"He-hem, i-ini. Titip buat Kakak kamu ya," ucap Zia gugup karena ia takut teman-teman Zia curiga padanya.
"Hah Kakak? Wilma gak punya Kakak Mbak," ucap Wilma.
"Gimana ya, itu loh yang kemarin kamu kasih ke aku," ucap Zia.
"Yang mana?" tanya Wilma yang masih belum mengerti maksud Zia.
"Itu loh yang proposal," ucap Zia.
"Astaghfirullah maaf Mbak, Wilma lupa. Terus ini apa Mbak?" tanya Wilma.
"Nanti kamu kasih ke Kakak kamu aja biar dia yang buka," ucap Zia.
"Oke Mbak, maaf ya Mbak. Wilma tadi belum ngerti maksud Mbak Zia," ucap Wilma.
"Iya, gapapa kok. Kalau gitu aku pergi dulu," ucap Zia.
"Loh Mbak Zia gak mau makan dulu?" tanya Wilma.
"Enggak kok, aku udah beli buat dimakan di kos nanti," ucap Zia.
"Iya Mbak kalau gitu hati-hati ya," ucap Wilma dan diangguki Zia.
"Iya, assalamualaikum," pamit Zia.
"Waalaikumsalam," jawab Wilma.
Setelah itu, Zia pun keluar dari kantin, "Bismillah, semoga keputusanku udah bener. Allah gak mungkin gak ngasih petunjuk yang tepat untuk aku selama satu Minggu ini dan aku yakin mimpi ini memang benar adanya," gumam Zia.
Saat Zia keluar dari kantin dan melewati fakultas teknik, ia tidak sengaja bertemu dengan Fatih bahkan mereka hampir bertabrakan karena Fatih yang terlalu fokus pada berkas-berkasnya.
"Ma-maaf Kak," ucap Zia dengan menundukkan kepalanya.
"Eh, iya, harusnya saya yang minta maaf," ucap Fatih yang berusaha untuk menahan senyumnya saat tahu jika Zia lah yang hampir ia tabrak.
"Istighfar Tih," ucap Roy yang merupakan sahabat dari Fatih.
"Tau nih orang, belum halal gak boleh lihat-lihat gitu. Tapi, kalau lo mau senyum ya senyum aja gak usah di tahan kayak gitu," ucap Cakra yang juga sahabat Fatih.
Zia pun sadar akan keberadaannya, "Kalau begitu saya permisi, assalamualaikum," pamit Zia lalu pergi meninggalkan ketiga pria tersebut.
"Kalian ngelihatin apa?" tanya Akbar yang baru saja datang.
"Cakra," ucap Roy.
"Astaga, untuk gue sabar," ucap Akbar.
"Alhamdulillah kalau lo sabar orangnya," ucap Roy.
"Roy, kayaknya lo harus segera hapalin dia kalimat syahadat deh," ucap Cakra.
"Kenapa emang?" tanya Roy.
"Lo itu non muslim, tapi makin hari lo makin lancar aja jadi orang muslim," ucap Cakra.
"Ya, gimana gak lancar orang temen gue modelannya kayak kalian gini, mana ada Gus lagi," ucap Roy.
Fatih pun menatap Roy, "Kalau mau ngucapin dua kalimat syahadat, lo telepon gue aja nanti gue bawa lo ke masjid pondok," ucap Fatih lalu pergi meninggalkan ketiga sahabatnya itu.
"Emang sahabat gue ini gak ada yang bener semua," ucap Roy.
.
.
.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments