Nadia pun maju dan saat sampai di depan Nadia menatap Zia dengan sinis, "Kamu ngapain masih disini, sana balik," usir Kevin.
Semua orang menatap Zia saat Zia menuju ke kursinya, "Kamu gapapa zi?" tanya Litha.
"Aku gapapa kok Tha, kamu gak perlu khawatir," ucap Zia.
Beberapa saat kemudian, Iqbal pun masuk, "Udah tandatangannya?" tanya Iqbal.
"Ini masih proses," ucap Kevin.
"Okeh, udah sekarang kamu bisa kembali ke tempat kamu," ucap Iqbal.
"Nama saya Nadia Kak," ucap Nadia.
"Saya gak tanya siapa nama kamu kok," ucap Iqbal.
Nadia pun kembali ke tempatnya dengan perasaan kesal karena tidak berhasil menarik perhatian seorang Iqbal si ketua Hima Progdi ilmu pendidikan.
"Oke sekarang saya akan panggil satu persatu nama kalian dan kalian bisa maju untuk mengambil berkas ini," ucap Iqbal.
Iqbal pun memanggil satu persatu nama calon mahasiswa fakultas pendidikan dan tibalah nama Zia di panggil, "Shazia Maira Amara!" panggil Iqbal.
Zia yang mendengar namanya dipanggil pun langsung maju dan memilih berkas orang lain yang akan menjadi anggota kelompoknya saat di depan Zia tidak berani memandang siapapun kecuali panita perempuan dan saat Zia akan beranjak pergi tiba-tiba Iqbal bertanya pada Zia.
"Kenapa kamu terus menunduk? apa ada uang yang jatuh dibawah sana?" tanya Iqbal.
Zia bingung jika ia menjawabnya secara langsung ia akan kembali diejek oleh orang lain lalu Zia mengambil buku dan pulpen yang ada di meja sana dan menuliskan sesuatu pada buku tersebut lalu menyerahkannya ke Iqbal dan Zia pun pergi dan Iqbal yang menerima tulisan Zia pun paham dan tidak menanyakan apapun setelah itu.
"Sekarang kalian buka berkasnya dan kalian sebutkan nama dari pemilik berkas tersebut jangan lupa sebutkan nama kalian lalu sebutkan nama pemilik berkasnya," ucap Iqbal.
Mereka pun menyebutkan satu persatu nama hingga tiba giliran Zia, "Shazia Maira Amara pemilik persyaratannya Alika Theana," ucap Zia dan Ana pun mengangkat tangannya yang menandakan mereka menjadi satu kelompok dan Zia satu kelompok dengan Ana, Bobby dan Kiki.
"Oke, saya harap kalian bisa mempersiapkan semuanya untuk masa orientasi kalian dengan kelompok kalian," ucap Iqbal.
Jam menunjukkan waktu sholat dhuhur, "Sekarang waktunya istirahat kalian mau makan ataupun santai-santai saja silahkan, sampai jam setengah 1," ucap Ayu salah satu panitia.
"Tha, kamu sholat gak?" tanya Zia.
"Oh maaf Zi aku gak sholat," ucap Litha.
"Kenapa?" tanya Zia.
"Aku katolik Zi," ucap Litha.
"Maaf Tha, aku gak tau," ucap Zia.
"Iya, gapapa kok. Kamu mau aku temenin sholatnya nanti biar aku tungguin di luar," ucap Litha.
"Gak usah deh Tha, aku bisa sendiri kok lagian kan pasti disini banyak yang sholat kan," ucap Zia.
"Yaudah deh kalau gitu aku tungguin kamu disini aja ya," ucap Litha dan diangguki Zia.
Namun sudah hampir 10 menit tidak ada perempuan yang berdiri mereka asik mengobrol dengan yang lain lalu Zia pun bertanya kepada perempuan disebelahnya.
"Kamu gak sholat?" tanya Zia.
"Gak, kalau mau sholat ya sholat aja sendiri gak usah ngajak-ngajak," ucapnya.
"Tapi kan sekarang waktunya dhuhur," ucap Zia.
"Berisik tau gak, tinggal sholat sendiri aja sih apa susahnya punya kaki sama mata kan," ucapnya lalu melanjutkan berbicara dengan temannya.
Zia pun memberanikan diri berdiri dan keluar dari ruang tersebut lalu menuju ke masjid yang masih berada di area kampus dengan berjalan sesampainya di masjid ia merasa prihatin karena area masjid yang kotor banyak daun yang tidak dibersihkan dan juga tempat sampah yang rusak.
Saat Zia masuk ke area masjid ia terkejut lantaran didalam masjid khusus pada barisan perempuan tidak melihat siapapun dan juga ia melihat etalase tempat Al-Qur'an yang berdebu yang lebih memprihatinkan adalah dimana kampus ini salah satu kampus terbaik, namun tempat ibadahnya kurang layak.
Zia pun melaksanakan sholat dhuhur, namun setelah sholat bukannya segera kembali ke ruang seminar, Zia terlebih dahulu membersihkan etalase tempat Al-Qur'an dan juga tempat mukenah setelah itu ia pun kembali.
Namun, saat Zia keluar dari musholla. Ia tidak melihat sepatunya, "Loh sepatuku mana kok gak ada?" tanya Zia.
Akhirnya Zia pun mencari sepatunya dengan mengelilingi musholla hingga akhirnya ia menemukan sepatunya yang berada di area laki-laki.
"Kok sepatuku ada di sana?" tanya Zia.
Zia pun menatap sekelilingnya dan saat tidak ada orang, Zia pun berlari untuk mengambil sepatunya. Namun, saat ia berhasil mengambil sepatunya dan akan kembali ke area perempuan tiba-tiba ia terkejut saat berbalik ternyata ia hampir saja bertabrakan dengan seorang pria yang entahlah Zia tidak tahu siapa itu.
"Astaghfirullah, maaf kak," ucap Zia dan menundukkan kepalanya.
"Kenapa kamu ada di area sini?" tanya pria tersebut.
"Maaf Kak, tadi sepatu saya ada di sini, kalau begitu saya permisi," ucap Zia pergi tanpa melihat siapa yang hampir aja aia tabrak tersebut.
Kurang 10 menit lagi Zia akan terlambat untuk ke fakultasnya Zia pun berlari hingga sampai di depan ruang seminar dan masuk saat Zia masuk semua yang ada disana melihat ke arah Zia.
"Nih anak telat Bal, loh harus hukum," ucap Kevin.
"Gak usah, lagian ini kurang 2 menit kok, dia gak telat kan. Kamu kembali ke tempatmu," ucap iqbal lalu Zia pun menuju ke kursinya.
"Zi kamu kok lama Zi?" tanya Litha saat melihat Zia yang baru saja kembali.
"Iya Tha, aku tadi hampir aja nabrak orang," ucap Zia.
"Kok bisa?" tanya Litha.
"Ya, mungkin karena aku buru-buru," ucap Zia.
"Ada-ada aja kamu Zi, untung tadi ada Kak Iqbal kalau gak, bisa-bisa kamu gak boleh masuk terutama kalo Kak Kevin, Zi," ucap Litha.
"Oke sekarang kalian kumpul dengan kelompok kalian," ucap Iqbal.
Zia pun berkumpul dengan kelompoknya, "Hei kenalin Ana," ucap Ana.
"Zia," ucap Zia.
"Kenalin gue Bobby," ucap Bobby dengan mengulurkan tangannya.
"Aku Zia," ucap Zia dengan menangkupkan tangannya.
"Oh iya lupa hehehe," ucap Bobby.
"Lo nih By," ucap Ana.
"Ki," ucap Bobby dengan menyenggol lengan Kiki.
"Kenapa sih lo By?" tanya Kiki.
"Kenalan sana kita kan satu kelompok," ucap Bobby.
"Males banget gue kenalan sama orang kayak dia," ucap Kiki dengan menunjuk Zia lalu memainkan ponselnya.
"Gak usah dipikirin Zi, Kiki emang gitu orangnya," ucap Bobby.
"Iya gapapa kok," ucap Zia.
"Alah sok suci lo," gumam Kiki, namun masih dapat di dengar Zia.
"Udahlah Ki, lo gak usah kayak gitu mending kita bagi tugas aja," ucap Bobby.
"Biarin lah yo terserah gue mau ngomong apa aja, gue pokoknya cuma bawa koran aja yang lainnya terserah," ucap Kiki.
"Gue bawa kardus deh," ucap Ana.
"Lo mau bawa apa Zi?" tanya Bobby.
"Hem aku bawa ini aja kertas karton sama spidol," ucap Zia.
"Oke kalau gitu gue bawa makanannya ya," ucap Bobby yang diangguki Zia dan Ana.
"Oh iya btw siapa nih yang mau jadi ketua kelompoknya?" tanya Ana.
"Gue sih terserah gimana kalau lo aja Zi," ucap Bobby.
"A-aku, tapi aku gak berpengalaman jadi ketua kayak gitu," ucap Zia.
"Yaudah Zi, kalau gitu Bobby aja, kan lo cowok sendiri disini By," ucap Ana.
"Nasib-nasib, kenapa gue cowok sendiri sih?" tanya Bobby dengan muka melasnya.
"Lo sih kenapa harus ngambil persyaratan gue sih?" tanya Kiki.
"Ya kan gue gak tau Kiki," ucap Kiki.
"Eh udik ambilin minum di panitia sana," ucap Kiki.
.
.
.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments