Bab 3

Seperti apa yang Ibu Kalea katakan, beliau benar-benar datang ke apartemen Kalea bersama sang Ayah. Tentu saja dengan senang hati Kalea menyambut keduanya.

"Tumben banget kesini. Biasanya sebulan sekali doang jenguk Kalea," cibir Kalea seraya meletakkan nampan berisi teh untuk orang tuanya.

"Oh, ya udah. Yuk Yah, kita pulang aja," ajak Meira pada suaminya. Hanya candaan semata. Mana mau ia jauh-jauh ke sana, tetapi, hanya sebentar saja. Minimal menginap lah.

"E-eh! Mama, mah, gitu. Aku bercanda doang tadi," ujarnya memelas sambil menahan tangan sang Ibu.

Ayahnya—Gio hanya terkekeh melihat keduanya.

"Kamu betah di sini?" tanya Gio sambil menatap isi apartemen anaknya yang sangat sederhana. Saat ini saja, mereka duduk lesehan di karpet berbulu.

"Kalo gak betah, udah dari dulu aku pulang ke rumah," jawab Kalea. Ayahnya itu ada-ada saja.

"Oh, iya, kalian kenapa mendadak jenguk aku? Biasanya tanggal muda gini, Ayah sibuk sama pekerjaan kantor," ujar Kalea mengingat kesibukan sang Ayah.

Sejenak ada keheningan diantara mereka. Kalea menatap bingung kedua orangtuanya yang kini saling menatap. Ada apa?

Meira terlihat gugup, Kalea tau itu. Tapi, Ayahnya hanya memasang wajah biasa saja.

"Kami akan menjodohkan kamu dengan cucu Pak Raden," kata Gio sembari menatap sang anak yang terlihat shock.

Kalea terdiam sejenak, ia meresapi kalimat yang terlontar dari bibir ayahnya. Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan yang tak mungkin Kalea tolak.

"Kamu tidak bisa menolaknya, Kalea. Kamu tau kan, kalau pak Raden sangat berperan penting dalam perusahaan Ayah?" Gio kembali mengungkit permasalahan yang terjadi pada perusahaannya kala itu, dan dengan lapang dada, Raden membantu untuk perkembangan perusahaan Gio kembali. Jika tidak ada beliau, mungkin perusahaan Gio akan bangkrut dan berakhir gulung tikar.

Saat itu, Raden tak ingin imbalan apa-apa, tetapi, kemarin, pria tua itu menghubungi Gio dan meminta untuk menjodohkan cucunya dengan Kalea. Pria itu juga mengungkit jasa-jasanya saat membantu perusahaan Gio dalam masalah.

Gio yang memang merasa tidak enak pun, mengiyakan tentang perjodohan itu. Awalnya ia ingin menolak, tapi, mengingat jasa Raden yang begitu besar, membuatnya tak ingin mengecewakan pria tua itu.

Kalea menatap Ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah..." lirihnya.

"Ayah tau ini berat untuk kamu. Tapi, Ayah mohon, untuk tidak membuat Pak Raden kecewa," iba sang Ayah.

"Tapi, kenapa tiba-tiba, Yah?" tanya Kalea dengan raut wajah sendu.

Gio menghela nafasnya. "Pak Raden ingin kamu membimbing cucunya, agar menjadi pria baik."

Seharusnya itu tugas suami. Membimbing istri menuju jalan yang benar. Tapi, mengingat cucu Raden yang memang terkenal brandal itu membuat Kalea sadar. Bahwa ia benar-benar harus membuat brandal itu menjadi orang baik dan bertaubat. Kalea tidak kenal dengan sosok brandal itu, tetapi, sang Ibu pernah menceritakannya. Hanya saja, Kalea tak tau wajahnya.

Kalea mengangguk samar. Rasanya tidak ada udara yang bisa ia hirup. Sesak sekali.

Meira segera memeluk anaknya untuk menenangkannya. Meira hanya berharap, semoga lelaki yang menjadi suami Kalea, tidak akan kasar terhadap anaknya. Setidaknya, lelaki yang akan menjadi suami anaknya itu tidak kasar dan bermain tangan, walaupun dia brandal.

"Kalau kamu ada masalah, Mama siap untuk memeluk kamu, Kalea. Mama akan mendengarkan keluh kesah kamu. Jangan sungkan untuk mengubungi Mama. Apapun yang terjadi. Mama akan datang saat itu juga." Wanita paruh baya yang terlihat awet muda itu mengecup kening anaknya.

****

"AKU GAK MAU!"

Teriakan itu menggema seisi mansion yang ditempati sekarang. Itu teriakan Elang.

Raden–sang kakek menghela nafasnya. Cucunya itu semakin kasar. Dulu, Elang tak pernah menolak perintahnya. Bahkan, Elang tidak akan berubah berteriak pada orang yang lebih tua. Namun, sekarang sudah berbeda.

"Kamu tidak bisa menolak. Ini keputusan kakek, demi kebaikan kamu!"

"Demi kebaikan kakek! Bukan aku! Aku gak akan mau menerima perjodohan konyol itu!" Elang menatap tajam sang kakek yang tengah duduk dihadapannya. Sedangkan dirinya berdiri dengan nafas memburu.

"Selama ini, kakek tidak pernah melarangmu ini itu. Bahkan, ketika kamu ikut geng motor, kakek tidak melarang, meskipun kakek tidak suka. Sekarang, kakek ingin, kamu menikah dengan gadis itu. Anggap saja, ini adalah imbalan atas jasa kakek yang selama ini merawatmu dengan penuh kasih sayang," ujar Raden dengan wajah tanpa berdosa.

Elang terkekeh sinis. "Kasih sayang?"

"Kakek bahkan gak tau makanan yang aku suka dan gak aku suka. Kakek selalu maksa aku melakukan semuanya tanpa persetujuan aku. Ini tubuh aku, dan akulah hak atas semuanya!"

Raden tersenyum miring. "Sayangnya, kamu tidak bisa menolak. Kamu tahu kan resikonya?"

Jika Elang menolak perjodohan itu, Raden akan menghancurkan perusahaan milik Ayahnya yang sudah beliau bangun dari hasil jerih payahnya. Dan Elang tak tega jika melihat Ferdi akan bersedih dan hancur. Meskipun terkadang Ferdi berprilaku kasar padanya, Elang tetap menyayangi Ayahnya.

Raden tersenyum puas ketika melihat Elang tak berkutik. Pria tua itu berdiri dari duduknya, dan menepuk-nepuk pundak Elang.

"Besok, akan ada makan malam dengan calon istrimu. Sambut dia dengan baik," ucap Raden sebelum pergi meninggalkan Elang yang ingin meluapkan amarahnya.

****

Selama ini, Kalea memang tau kalau Raden berjasa besar bagi keluarganya. Ia juga tau kalau pria yang sudah tak tua lagi itu memilik cucu yang terkenal brandal. Namun, selama ini Kalea tidak tau seperti apa rupa si brandal itu. Karena, Kalea tak pernah bertemu dengan cucu dari Raden. Menurutnya, itu tidak penting.

Hari ini, hari di mana makan malam itu diadakan. Sekarang, Kalea beserta kedua orangtuanya akan berangkat menuju kediaman Raden.

Malam ini Kalea memakai dress berwarna lilac yang sederhana namun elegan. Dress itu baru saja dibelikan Meira tadi siang. Seharusnya ibunya itu tak perlu repot-repot membelikan dress baru.

Mansion megah milik Raden terpampang jelas ketika mobil yang dikendarai Gio memasuki gerbang nya. Kalea sampai berdecak kagum. Beberapa pria berbadan besar menjaga di setiap sudut mansion. Dan ketika mereka masuk kedalam mansion besar itu, terdapat beberapa pelayan yang menyambut mereka.

"Selamat datang di mansion ku," celetuk seseorang dari arah tangga. Itu Raden. Pria tua itu menghampiri Kalea dan kedua orangtuanya. Lalu memeluk Gio sekilas.

Kalea nampak gugup ketika Raden menatapnya.

"Kamu cantik sekali. Cucuku pasti tidak akan menyesal aku menjodohkannya denganmu," ujar Raden sambil tersenyum.

Segera gadis itu menggapai tangan keriput Raden dan menyalaminya dengan sopan. Hal itu membuat hati Raden tenang. Tak salah jika dirinya menjodohkan cucunya dengan putri cantik Gio ini.

"Ayo. Kita langsung makan malam saja," ajak Raden. Pria itu berjalan terlebih dahulu lalu diikuti Kalea dan kedua orangtuanya.

Dalam hati, Kalea tak henti-hentinya berdecak kagum akan kemegahan mansion yang sekarang ia kunjungi itu.

Tak lama setelah mereka duduk di kursi meja makan, Elang datang dengan memakai kemeja biru tua dan celana bahan berwarna hitam. Tampan sekali.

"Maaf jika menunggu lama," ujarnya dengan suara berat khas Elang, seraya menarik kursi untuk ia duduki.

Kalea menoleh melihat wajah tampan itu. Matanya membelalak kaget. Itu bukannya teman Hero? Batinnya bertanya-tanya. Kalea terlihat shock.

***

Terpopuler

Comments

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

ihhhsss.. namany mamany ila persis bgt sama nama adik q, meira puspita sari lengkapnya
😘😍😘

2024-12-05

0

Mamah Kekey

Mamah Kekey

pertemuan pertama tapi pernah bertemu.,😂

2024-07-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!