Bab 4

"Pernikahan kalian akan diadakan lusa," putus Raden yang tidak bisa dibantah. Setelah makan malam. To the point sekali pria tua itu.

"Kek!" seru Elang merasa tak terima dengan keputusan sang kakek. Itu terlalu cepat. Elang bahkan belum siap berumahtangga.

"Apa? Mau bantah? Ini sudah keputusan Kakek. Tidak bisa diganggu gugat," ujar Raden.

"Kalian tidak keberatan, kan?" tanya Raden pada Gio dan Meira.

"Tentu tidak, Pak. Lebih cepat lebih baik," jawab Gio dengan senyumannya. Meira hanya tersenyum menanggapi.

Elang mengumpat dalam hati. Seharusnya, yang Kakeknya tanyakan itu adalah dua sejoli yang akan menikah itu.

Kalea hanya bisa pasrah. Ia menatap wajah marah Elang yang kentara. Mata tajam itu semakin tajam ketika melihatnya. Hal itu membuat Kalea segera mengalihkan pandangannya.

"Kalea pasti tidak keberatan, kan?" Pertanyaan konyol pria tua itu lontarkan untuk sang calon menantu.

Kalea tergagap. Sudut matanya melihat wajah tak bersahabat Elang. Semakin bingung saja ia menjawab pertanyaan dari Kakek.

"Diamnya kamu, saya anggap 'iya'," kata Raden dengan senyumnya.

Terdengar Elang menghembuskan nafas kasar. Pria itu pasrah dengan keadaan. Ingin membantah pun, tidak akan bisa, kan? Seharusnya Elang sadar, bahwa dari dulu, Kakeknya itu keras kepala dan seenaknya sendiri.

"Mulai besok, biar Elang yang mengantar jemput mu, Kalea." Lagi-lagi, perkataan sang Kakek membuat kepala Elang mendidih.

"Eh, gak usah, Kek! Aku bisa naik bus, kok!" ujar Kalea berusaha menghindar.

"Tapi, Kakek tidak butuh penolakan mu."

Kalea menghembuskan nafasnya, ia mengangguk saja. Mimpi apa dia semalam sampai memiliki calon Kakek mertua seperti Raden ini.

Gio dan Meira terkikik dalam hati. Raut wajah anak dan calon mantu mereka sangat sayang jika dilewatkan. Mereka menahan emosi yang akan meletup-letup.

*****

Rasanya, hari sangat cepat berlalu. Hari ini adalah hari pernikahan Kalea dan Elang berlangsung. Pernikahan akan dilaksanakan secara privat. Hanya kerabat terdekat saja yang akan menghadiri. Serta teman-teman Kalea dan Elang, juga orang tua teman-temannya itu.

Viola sangat terkejut ketika mendengar kabar bahwa sahabatnya yang lugu itu akan melaksanakan pernikahan. Padahal, baru kemarin dirinya meledek Kalea bahwa hidup si lugu itu begitu kaku. Dan sekarang, Viola sampai berfikir ini hanyalah mimpi.

"Curang banget lo ngeduluin gue! Padahal gue yang pacaran!" ucap Viola memeluk Kalea sambil menangis keras. Bukan merasa tidak terima, tapi, tidak rela saja jika teman lugunya itu akan menikah.

"Gak usah lebay deh, La," kata Kalea sembari menepuk-nepuk punggung Viola.

Viola melepaskan pelukannya dengan kasar. "Lebay gimana?! Gue tuh sedih tau! Ntar lo gak polos lagi gimana? Pokoknya jangan mau diapa-apain Elang! Tendang aja anunya kalo dia macem-macem sama lo!" kata Viola masih sedikit terisak.

Kalea hanya geleng-geleng kepala. Jantungnya berdegup kencang kala kata 'Sah' terucap dari suara para tamu undangan. Artinya, ia sudah menjadi istri Elang, si brandal yang adalah ketua geng motor.

Tak lama, sang Ibu datang membuka pintu kamar tempat di mana Kalea di make up. Kalea dan Viola menoleh menatap Meira yang tersenyum sendu ke arah keduanya.

"Ayo, sekarang kita turun ke bawah," ajak Meira.

Kemudian, mereka bertiga keluar dari kamar, dengan Meira dan Viola yang berada di samping gadis yang baru saja menjadi seorang istri itu, sambil menggandeng lengan mungil milik Kalea.

Mereka bertiga menuruni tangga dengan anggun. Kalea memakai kebaya putih yang pas, juga dengan make up yang terkesan natural tapi wajahnya tetap cantik.

Sejenak, Elang melupakan jika ia terpaksa menikahi gadis cantik itu. Jujur, Elang terpesona akan kecantikan gadis lugu itu. Ia masih tak percaya jika dirinya benar-benar menikahi Kalea. Padahal, mereka baru kemarin bertemu di sekolah pada saat menemani Hero menemui pacarnya.

Di belakang, ada teman-teman Elang yang sedang terkikik geli melihat ketua mereka. Elang terlihat gugup ketika Kalea duduk di sampingnya.

"Kalea, cium tangan suamimu," kata Meira memberi instruksi. Makin ketar-ketir saja pasutri itu.

Dengan tangan sedikit gemetar dan dingin, Kalea meraih tangan besar nan berurat milik Elang, lalu menciumnya dengan lembut.

"Elang, cium kening istrimu juga dong," celetuk sang Kakek. Makin keras saja tawa teman-temannya di belakang sana.

Segera pria itu mencium kening istrinya. Sedikit kaku, tapi, lumayan lah untuk pemula. Karena memang Elang tidak pernah mencium gadis manapun.

"Akhirnya kita punya Bu Bos!" seru Wira dan Fendi yang begitu antusias.

*****

Hari ini begitu melelahkan. Setelah acara ijab kabul tadi, mereka duduk di pelaminan sambil menyalami tamu-tamu yang datang, meskipun hanya kerabat saja. Sahabat sang Kakek juga datang sebenarnya. Makin lelah pula sepasang pengantin baru itu.

Kalea sudah tak kuat berdiri, ia pun langsung terduduk sambil mengurut tumit kakinya yang terlihat memerah karena kelamaan berdiri.

Elang hanya menatap gadis itu. Ia tetap menyalami para tamu. Hingga bagian terakhir, terdapat para sahabatnya serta Viola yang mendatangi mereka. Viola langsung saja memeluk Kalea yang masih terduduk. Gadis cerewet itu tak lagi menangis histeris seperti tadi.

"Ini kado dari anggota kita. Terus yang ini dari sahabat-sahabat lo yang unyuk bin kiyowokk ini. Semoga you like it, ya, bos!" ujar Wira mewakili anggota The Lion.

Anggota The Lion yang lain memang tak berangkat, Elang yang melarangnya. Bukannya jahat atau apa, Elang hanya malu. Lihatlah, padahal hanya sahabatnya yang hadir hari ini, tetapi, mereka sudah meledeknya. Apalagi jika seluruh anggotanya, makin seru saja nanti. Namun, Elang melarangnya bukan embel-embel seperti itu.

"Kalian gak usah hadir. Kalian cukup jaga markas kita. Geng musuh sudah mulai bergerak. Jadi, jaga markas kita. Jangan sampai lalai. Lagian, pernikahan gue dilakukan secara privat. Kalau kalian hadir bukan privat namanya."

Begitulah kata pak ketu kita. Salah satu alasannya ya seperti itu.

"Jangan lupa live malam pertamanya, bos!" celetuk Wira sambil menepuk pundak kekar milik Elang.

"Nih, malam pertama!" ujar Elang seraya menunjukkan kepalan tangannya pada Wira. Hal itu membuat Wira cengengesan tak jelas.

"Sakinah mawadah warahmah!" ucap Hero saat dirinya memeluk Elang.

Elang hanya mengangguk sambil menepuk punggung Hero.

"Seharusnya gue dulu sih yang nikah," kata Hero.

"Itu artinya, yang pacaran belum tentu duluan nikah!" Fendi menyahuti.

"Makanya jangan songong! Mentang-mentang punya pacar, eh giliran di duluin temen malah sambat!" Wira ikut menyahuti.

Hero menatap sinis keduanya. "Iya, deh, yang jomblo!"

Makin panas saja perseteruan mereka saat Hero mengatakan hal itu. Tersinggung nih.

"Bukan jomblo! Tapi, single!" seru Wira tak terima.

***

...TBC...

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

makin seruu ceritanya bagus

2024-07-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Dasar temen2 Lu**ut..🤣🤣🤣

2024-07-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!