Saat ini, keluarga besar Kalea dan Elang sudah berkumpul di mansion Raden. Kalea pikir, keluarga Elang tidak suka padanya. Ternyata, mereka sama seperti Raden yang menginginkan dirinya mengubah Elang untuk menjadi pria yang baik seperti dulu.
Ayah Elang juga hadir, meskipun beliau terpaksa. Pria paruh baya itu tersenyum paksa saat menanggapi lelucon yang disampaikan keluarga besar. Kalea menyadari itu. Dan Kalea pastikan, bahwa Elang tidak memiliki hubungan yang baik dengan Ayahnya.
Kalea hanya berharap, semoga ia benar-benar bisa membuat Elang berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan juga, semoga ia menjadi istri yang baik untuk Elang
"Besok, kalian langsung pindah atau—"
"Langsung pindah," sambar Elang dengan cepat, memotong ucapan sang Kakek.
Semuanya terlihat bersorak ketika mendengar ucapan Elang. Pikiran mereka mengarah pada pengantin baru yang pasti ingin berduaan. Namun, berbeda dengan Elang.
Elang ingin cepat-cepat keluar dari mansion itu, agar tidak mendengar ocehan sang Kakek. Meskipun Elang belum cukup mapan, tapi ia yakin, bahwa dia bisa menafkahi sang istri.
"Udah gak tahan, ya, Lang?" celetuk sepupunya yang seumuran dengannya.
Elang hanya diam tak menanggapi ocehan keluarganya. Jika di tanggapi, pasti akan semakin rame. Dan Elang tidak suka hal itu. Bahkan, Gio dan Meira yang merupakan mertuanya juga ikut-ikutan menggoda. Padahal mereka tau, kalau dirinya dan Kalea menikah karena terpaksa.
"Gue nitip keponakan yang lucu, ye, Lang! Kalo bisa sepasan, sih," celetuk sepupu Elang lagi. Hal itu membuat kondisi semakin ramai.
Sedangkan Kalea, gadis itu sangat malu dengan candaan para orang tua disekitarnya. Dan bagaimana bisa Elang tidak menampilkan reaksi apa-apa, padahal pembahasannya sangat sensitif untuk pengantin baru.
"Sudah-sudah, pengantin baru kita nanti malu," ujar Raden menghentikan ocehan keluarganya.
Emang udah malu! Batin Kalea berteriak.
*****
Keesokan harinya.. Setelah berpamitan pada Raden dan yang lainnya. Sepasang pengantin baru itu sedang berada di apartemen Kalea. Hari ini, mereka akan pindah ke rumah yang sudah dibelikan oleh Raden.
Sekarang, jam menunjukkan pukul 2 siang. Mereka akan berangkat sebentar lagi. Setelah memastikan barang-barangnya lengkap, Kalea segera menggeret kopernya keluar dari apartemennya. Di sana sudah ada Elang yang menunggunya sambil bersedekap dada.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Kalea. Itu pertanyaan bodoh yang ia lontarkan. Jelas mereka akan langsung berangkat, kenapa ia malah berbasa-basi. Tapi, pertanyaan itu hanya untuk mengurangi kecanggungannya saja.
Elang mengangguk, ia mengambil alih koper milik Kalea, lalu segera berjalan menuju lift. Diikuti gadis lugu itu.
Selama di dalam lift, keduanya tidak terlibat pembicaraan. Elang hanya berdiri tegak di depan pintu lift, sedangkan Kalea, gadis itu meringkuk di sudut lift. Menempelkan tubuhnya di dinding sambil memainkan hp. Hanya buka tutup aplikasi saja sebenarnya.
Sebenarnya, Kalea cukup sedih, karena orang tuanya yang sudah pulang menuju rumah mereka. Seharusnya, kan, mereka bisa menetap disini sementara. Tetapi, Ayahnya yang super sibuk itu pasti mempunyai alasan yang masuk akal. Katanya, sang Ayah ada meeting penting dengan klien. Bagaimana Kalea bisa melarangnya? Ayahnya sangat bekerja keras, ia tidak mau jika perusahaan Ayahnya dalam masalah kembali.
Ting!
Pintu lift terbuka. Mereka segera melangkah menuju parkiran.
Kalea segera masuk ke dalam mobil. Diikuti Elang yang duduk di kursi kemudi setelah memasukkan koper milik Kalea ke dalam bagasi.
"Kita tinggal di rumah?" tanya Kalea penasaran. Karena sebelumnya, ia memang tidak tau akan tinggal di mana. Kakek hanya menyuruh mereka tinggal berdua. Tapi, Elang pasti tau.
"Menurut lo?" Elang malah balik bertanya.
Kalea mengulum bibir. "Emmm.. Di apartemen?"
"Kakek udah beliin rumah," kata Elang. Menjawab rasa penasaran Kalea.
Kalea hanya menganggukkan kepalanya. Tidak masalah, sih. Selagi ia sanggup mengurus pekerjaan rumah.
Seketika Kalea ingin bertanya lagi. "Sekolah kita gimana?"
Elang menoleh sekilas, lalu fokus ke depan lagi. "Ya gitu. Mau gimana emangnya?"
"M-maksud aku... Kalau murid-murid tau kita udah nikah gimana?" tanya Kalea sedikit gugup.
Elang menghela nafas. "Gak gimana-gimana. Kalaupun mereka tau, gue gak masalah." Elang berkata begitu enteng.
Kalea tersentak. Gadis itu menunduk lalu memilin ujung bajunya. Sebenarnya ia juga tak masalah. Tapi, Elang ini memiliki fans di mana-mana, terlebih sekolahannya. Bagaimana jika Kalea dibully?
"Gak ada yang berani nyentuh lo, selagi lo sama gue," ucap Elang seolah tau apa yang Kalea pikiran.
Itu bukan gombalan atau semacamnya, tapi entah kenapa, pipi Kalea terasa panas dan jantungnya berdegup kencang. Ia merasa kalau Elang akan melindunginya. Meskipun pria itu tak mengatakan secara langsung.
"Gak usah geer," celetuk Elang. Lagi-lagi, pria itu seolah tau apa yang sedang Kalea pikirkan.
Kalea mengerucutkan bibirnya, lalu menatap jalanan yang cukup padat di depan sana. Ternyata, Elang banyak bicara juga, ya. Ia kira, Elang adalah tipe cowok yang dingin dan cuek.
"Oh iya, di rumah yang baru, udah ada bahan makanan?" tanya Kalea setelah beberapa menit mereka terdiam. Perjalanan dari apartemen Kalea menuju rumah baru mereka memakan sekitar 1 jam.
"Lo ngeraguin Kakek gue?" Huh! Sepertinya, Kalea harus mempunyai stok kesabaran yang banyak. Ucapan Elang membuatnya tak berkutik. Ditanya malah balik tanya.
Kalea menatap sebal suaminya itu. "Aku cuma nanya doang! Kalau belum ada, kan, kita bisa langsung beli!" Kini Kalea sudah berani bersuara tinggi pada suaminya. Namun, Elang tidak masalah.
Pria yang kini sudah menjadi seorang suami itu mengendikkan bahunya. "Pertanyaan lo aneh. Seolah-olah gak tau siapa Kakek gue. Dia bisa beliin kita rumah. Lo yakin kalau dia gak mampu beliin kita bahan makanan? Bahkan pelayan sama bodyguard aja udah stand by di sana," ujar Elang panjang lebar supaya istrinya lebih tau siapa Kakeknya sebenarnya.
Kalea menganga sambil menatap Elang. Pria itu santai sekali dan masih fokus dengan jalanan padat di depan sana. Dalam hati Kalea mencibir. Ucapan Elang selalu membuatnya terdiam. Baru menikah saja sudah seperti ini, apalagi jika sudah lama nanti. Bisa habis stok kesabaran Kalea.
Kalea tau siapa itu Kakek Raden. Lelaki dengan segala kekuasaannya yang tak pernah berkurang. Meskipun usianya sudah lebih 60 tahun, semua orang sangat segan pada beliau. Mendadak Kalea menyalakan dirinya yang bertanya tentang hal konyol seperti itu. Ia yakin, kalau di dalam rumah itu sudah terdapat benda-benda yang melengkapi. Ibaratnya, mereka berdua tinggal menempati, tak perlu membeli ini itu untuk melengkapinya. Semuanya sudah diatur oleh Kakek Raden.
Lebih baik Kalea diam. Gadis lugu itu memandang kedepan. Merasa jalanan semakin padat, Kalea memutuskan untuk tidur saja. Mengabaikan jika nanti Elang merasa kesal karena ia tidur dalam mobil.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Mamah Kekey
semoga mereka bahagia
2024-07-24
0