Bab 14

Elang mendadak khawatir dengan keadaan Kalea. Hari sudah malam. Cowok itu menuju rumah terlebih dahulu untuk melihat Kalea sudah pulang atau belum.

"Kalea udah pulang?" tanya Elang pada salah satu bodyguard yang berjaga di depan gerbang. Ia tidak turun dari mobilnya.

"Nona Kalea belum pulang dari tadi sore, tuan," jawab salah satu bodyguard.

Elang langsung tancap gas menuju jalan yang tadi ia lalui saat menurunkan Kalea. Apakah gadis itu masih ada di sana?

Urat-urat tangan Elang makin menonjol, karena cowok itu mencengkeram erat setir mobil. Tadi, Elang dikuasai emosi, cowok itu tak berpikir jernih, hingga menurunkan Kalea di tempat yang sepi. Mendadak, Elang mengingat perkataan Kalea yang menyuruhnya hati-hati. Lalu, bagaimana keadaan gadis itu sekarang? Bisa mampus Elang, jika ketahuan kakeknya.

Elang memelankan mobilnya saat hampir dekat dengan jalan tersebut. Matanya menatap kanan kiri untuk mencari Kalea. Semoga gadis itu masih berada di sana dengan keadaan baik-baik saja.

Namun, harapan Elang pupus begitu saja, saat melihat siluet perempuan yang terbaring di sebuah gubuk yang hampir roboh, jaraknya agak jauh dari jalan, sekitar lima meter. Elang langsung keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri Kalea. Elang sangat yakin jika itu Kalea, karena gadis itu masih memakai seragam sekolah.

"Kalea, hei." Cowok itu menepuk-nepuk pelan pipi istrinya.

Mata Kalea terbuka. Mata sayu itu langsung menatap mata tajam milik Elang. Kalea tidak pingsan. Gadis itu kelelahan karena tidak sampai-sampai di jalan ramai. Alhasil, Kalea memilih singgah di gubuk tua untuk rebahan untuk menghilangkan penatnya.

Elang langsung menggendong Kalea ke dalam mobil. Udara malam sangat dingin, bagaimana bisa gadis itu tidak takut di sana? Untung ada cahaya lampu jalan yang lumayan terang, dan menyinari sampai gubuk itu.

"Minum," ujar Elang. Cowok itu menyodorkan sebotol air mineral ke depan bibir Kalea. Juga membantu gadis itu untuk minum.

"Makasih.." gumam Kalea. Ia mengeratkan jaket Elang yang membalut tubuh kecilnya.

Elang mengangguk. Ia menjalankan mobilnya menuju rumah mereka. Kalea pasti kelaparan. Jujur, Elang agak menyesal meninggalkan Kalea sendirian di sana. Harusnya, sebagai suami, ia bisa melindungi istrinya. Ya, harusnya begitu. Tapi, jika diri sudah dikuasai emosi, maka semuanya tidak berjalan dengan baik. Mungkin, mulai sekarang, Elang akan mengontrol emosi nya.

Tidak ada percakapan diantara mereka. Hanya suara mesin mobil yang menghiasi jalanan sepi itu. Keadaan canggung karena ulah mereka sendiri, karena perdebatan kecil mereka tadi. Lalu, bagaimana cara memulihkannya? Lihat saja nanti. Mereka pasti akan kembali seperti semula alias damai.

****

Makan malam kali ini para maid yang memasak. Dan sekarang, Kalea dan Elang sudah duduk di kursi meja makan, di depan mereka sudah tersaji makanan yang siap disantap.

"Mau apel?" tawar Elang. Sekarang mereka sudah selesai makan malam, tapi masih duduk di kursi meja makan.

Kalea hanya mengangguk. Ia sedang meminum susu coklat yang tadi dibuatkan oleh Elang sebelum makan. Heran? Tentu saja. Sebelumnya, Elang tidak pernah seperti ini. Sekalipun perhatian kecil, Elang tidak pernah melakukannya. Sekarang, cowok itu seperti dapat pencerahan. Apakah karena nasehat dari Hero tadi?

"Gak mau nambah?" tanya Elang.

"Ini udah cukup," jawab Kalea.

Elang mengangguk. Ia menyeruput coklat panas yang tadi ia buat sendiri.

Perbincangan singkat nan canggung. Agak berbeda dari biasanya.

Setelah selesai. Mereka berdua langsung masuk kamar. Bukannya langsung tidur, mereka malah duduk di atas kasur sambil bersandar di kepala ranjang.

Kalea memainkan jari-jari mungilnya. "Aku... Aku... Minta maaf. Maaf kalau selama ini aku terlalu mengatur-atur kamu," ucap Kalea. Ia enggan menatap Elang.

Padahal, selama ini, Kalea tidak pernah mengatur-atur Elang. Apalagi setelah Elang mengucapkan peraturan konyol itu.

Elang menghela nafas. Seharusnya dirinya yang minta maaf. "Lo gak salah. Gue sadar, gak seharusnya gue kayak gitu. Lo berhak ngatur-ngatur gue."

Kalea mendongak menatap mata tajam itu. Sepertinya, Elang bersungguh-sungguh. Ia tidak melihat adanya kebohongan di mata Elang.

Kalea mengangguk. Ia bingung harus berbicara apalagi. Masalah mereka sudah selesai, tapi, canggungnya masih ada.

Elang menggaruk lehernya yang tak gatal. Berusaha mencari ide agar mereka tidak terlalu hanyut dalam kecanggungan.

"Lo lagi pengen sesuatu nggak? Pentol bakar gitu?" tanya Elang sekaligus menawarkan.

Kalea melirik jam dinding. "Udah malam."

"Gak papa, bisa delivery. Bilang, lo mau apa. Mumpung gue lagi baik," ujar Elang.

Kalea tampak berfikir. Kebetulan ia sedang ingin ngemil sesuatu.

"Aku pengen siomay aja," ujar Kalea.

"Oke." Elang mengotak-atik ponselnya.

"Gue beli cake juga buat lo," ujar Elang setelah meletakkan ponselnya di atas nakas dekat ranjang.

"Kenapa? Kamu gak mau?" tanya Kalea. Masa Elang hanya membelikan untuknya saja?

Elang menggeleng. Ia menarik lengan Kalea agar lebih dekat dengannya. Setelah itu ia merangkul bahu kecil istrinya itu.

"Biar lo gendut," ucap Elang.

Kalea melotot. "Aku gak mau gendut! Nanti jelek!"

"Sok tau! Lebih baik lo gendut daripada kurus kering. Biar orang-orang tau kalo lo hidup tentram sama gue," ucap Elang dengan bangga, seolah selama ini sudah menjadi seorang suami yang benar untuk Kalea.

Kalea cemberut. Jujur saja, ia tidak ingin menambah bobot lagi. Kalea pikir, kalau dirinya lebih berisi, ia akan terlihat jelek. Karena menurutnya, ia lebih cocok seperti ini dari pada tambah berisi.

"Udah gak usah banyak mikir. Lo tinggal turutin apa kata gue," ucap Elang.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar diketuk dari luar. Sepertinya bodyguard yang mengantarkan makanan mereka.

Elang berjalan membuka pintu, lalu menerima nampan berisi pesanan Kalea. Elang memang delivery, tapi yang menerima di luar adalah bodyguard, lalu ia meminta agar langsung di masukkan ke dalam wadah. Jadilah mereka berdua tinggal makan saja.

"Nih. Makan yang banyak. Cake nya gue kasih sepotong aja. Sisanya buat besok. Nanti lo sakit gigi kalo makan manis malam-malam," ujar Elang.

Kalea cemberut. "Tuh tau kalau bakalan bikin sakit gigi, kok kamu beli seloyang?"

Elang terkekeh. "Udah gue bilang, supaya elo makin gembul. Gue gak sabar liat pipi lo yang bakal jadi bakpao."

Kalea mulai mencicipi siomay dengan saus tomat itu. Nampan yang tadi Elang bawa, diletakkan di atas pangkuannya.

"Enakk.." Mata Kalea berbinar. Rasa dari daging ayamnya begitu terasa. Ia menusuk siomay nya pakai garpu lalu dicocol di saus, lalu ia menyodorkannya pada Elang.

Elang hanya menurut. Cowok itu membuka mulutnya menerima suapan dari Kalea. Sedangkan Kalea menunggu reaksi yang diberikan Elang. Namun, cowok itu hanya menampilkan raut biasa saja.

"Enak gak?" tanya Kalea penasaran.

"Biasa aja," jawab Elang setelah menelan habis siomay nya.

Kalea cemberut, harusnya Elang memberikan reaksi yang antusias supaya Kalea puas.

Dan selanjutnya mereka melanjutkan makannya hingga kekenyangan.

***

Terpopuler

Comments

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

yahhh..
tp syukurlah ga kenapa2..

sama kyk suami q, ga ada kt enaknya..lempeng, tp kl ga biasa br komentar 😐🤨😐🤨😏🙄

2024-12-05

0

Mamah Kekey

Mamah Kekey

Alhamdulillah kalea tidak apa,,..takut ada yg orang jahat...

2024-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!