Sekarang, Elang dan Kalea sudah berada di dalam mobil. Menuju pulang ke rumah mereka.
Elang melirik ke arah Kalea yang sibuk memakan pentol bakar. Sebelum mereka masuk mobil, Kalea dengan beraninya, meminta uang pada Elang untuk membeli pentol bakar yang berada di seberang sekolah.
"Selain cerewet, lo suka makan, ya," ucap Elang. Ujung bibirnya tertarik sedikit.
Kalea menoleh dengan pipi mengembung dan tatapan polos. Gadis itu mengangguk cepat. Ia menelan pentolnya dulu sebelum berucap.
"Selagi bisa aku makan, ya aku makan." Kalea kembali memakan pentol bakarnya yang ditusuk seperti sate.
Elang terkekeh, namun terkesan meremehkan. "Suka makan, tapi badan segitu-gitu mulu. Kayak bocil SD," ucapnya. Merasa puas karena telah membuat Kalea cemberut.
"Badan kamu aja yang kayak raksasa. Coba liat..." Gadis meletakkan plastik pentol bakarnya di pangkuannya, lalu menarik tangan Elang yang berada di paha cowok itu. Karena Elang memang menyetir dengan satu tangan.
Kalea menyandingkan tangannya dengan tangan besar milik Elang. Terlihat sekali perbedaannya. Tangan Kalea terkesan mungil, sedangkan tangan Elang terkesan lebih besar dan kekar.
"...Tuh! Dasar raksasa," ujar Kalea sambil menatap sinis Elang. Matanya kembali menatap tangan mereka yang masih bersanding. Ia malah salfok dengan warna kulit mereka.
Kalea terkekeh. "Lihat, kopi... Susu." Ia menunjuk tangan Elang lalu tangannya sendiri.
Elang tersenyum simpul melihat perbedaan tangan mereka. Terlihat kontras sekali kulit mereka. Sangat cocok. Sedetik kemudian, raut wajah Elang kembali datar.
"Lo ngatain gue item?" Mata tajam bak elang itu menatap mata polos Kalea yang juga menatapnya.
Kalea menarik tangannya. Ia berdehem singkat. "E-enggak! Kan istilahnya emang gitu!" Ia memakan pentol bakarnya sekaligus dua dan mengunyahnya dengan cepat. Matanya menatap ke arah depan. Enggan menatap mata tajam milik Elang.
Mata Elang menyipit curiga. Merasa tidak puas dengan jawaban istrinya.
"Elang, fokus nyetir aja. Aku belum siap bertemu Tuhan, dan gak siap jadi janda," ucap Kalea dengan santai. Seolah apa yang ia ucapkan tidak dipahami Elang.
"LO DOAIN GUE MA*TI?!" seru Elang.
Mendadak Kalea panik sendiri. Dia salah berucap, Ya Tuhan...
"E-enggak, kok!" Tangannya melambai-lambai.
"Lo bilang, lo gak mau jadi janda, itu artinya lo doain gue ma*ti, kan?!" ujar Elang. Ia masih fokus menyetir, namun mata tajamnya sekali-kali menatap Kalea.
Kalea menggigit jari telunjuknya. Mencoba mengelak. "Maksud aku..."
"Diem lo!" kesal Elang. Wajahnya sudah merah menahan marah dan kesal.
Alhasil, keheningan dan kecanggungan menerpa mereka. Dan itu semua karena Kalea yang suka asal ceplos.
***
"Eh eh! Kamu mau kemana? Kok langsung pergi? Gak makan dulu? Ganti baju juga." Kalea menjulurkan kepalanya ke dalam pintu mobil bagian kaca yang terbuka.
Elang menatap Kalea dengan sinis, ingat, dia masih sebal dengan gadis itu.
"Bukan urusan lo. Ngerti? Lo pikun, hah?" ketus Elang. Ia sudah siap untuk kembali melajukan mobilnya.
"Iiihh tunggu!" Kalea kembali masuk ke dalam mobil. Tolong ingatkan Kalea bahwa ia adalah gadis pemalu dan penakut. Bagaimana bisa gadis itu bersikap layaknya mereka sudah lama dekat?
Mata Elang melotot. "Ngapain lo masuk lagi?! Keluar!" Dia mendorong kecil tubuh Kalea.
"Aku mau ikut kamu!" Kalea mengunci pintu mobil di sampingnya.
"Gak gak! Enak aja! Keluar! Gue mau ke basecamp!"
"Kut ikut!"
Kini, Elang duduk menghadap Kalea. Tangannya bersedekap dada. "Ohh gue tau. Lo mau ganjen ke temen-temen gue, kan? Ngaku lo! Sadar! Lo tuh jelek, gak ada yang mau! Temen-temen gue sukanya sama yang dewasa, bukan bocil SD kayak lo!"
"Aku takut di rumah sendiri," ujar Kalea menyangkal ucapan Elang.
"Konyol! Di rumah banyak pengawal sama maid. Alasan lo basi banget," ucap Elang.
Kalea menghela nafas. Memang dasarnya Elang itu keras ya keras. Sulit membujuk pria seperti Elang ini. Akhirnya Kalea mengalah, dari pada membuat perdebatan mereka semakin runyam. Gadis itu kembali keluar mobil. Membiarkan mobil yang dikendarai Elang melaju.
****
Sore harinya, Kalea sedang bersantai di belakang rumah. Gadis itu menggelar karpet, seperti sedang piknik, namun nyatanya, hanya dirinya sendiri yang ada di sana. Ah, juga ada para bodyguard yang sedang berjaga. Beberapa dari mereka menatap sang Nona untuk mengawasi.
"Kalea baik, Ma. Mama jaga kesehatan juga loh. Gak usah ikut-ikutan Ayah," ucap Kalea. Ia sedang telponan dengan sang Mama.
Di seberang sana, Meira terkekeh. "Iyaaa. Bawel banget! Kalau ada apa-apa, langsung hubungi Mama, ya?"
Kalea mengangguk walaupun Mamanya tak melihat. "Iyaaa."
"Ya sudah, Mama mau masak buat Ayahmu dulu."
"Okeeee. Bye, Mama.."
"Bye, sayang.."
Panggilan terputus. Wajah Kalea berseri-seri. Meskipun orang tuanya penyebab dari pernikahannya dengan Elang, Kalea merasa tenang saat orang tuanya masih peduli. Ia pikir, nasibnya seperti di novel-novel yang pernah ia baca. Dimana pemeran utama akan dibuang oleh orang tuanya setelah menikah, apalagi karena perjodohan atau nikah paksa. Ternyata, orang tua Kalea masih sangat menyayanginya.
Kalea kembali menyusun makanan ringan yang tadi ia bawa. Ada pula cookies yang baru saja ia buat tadi. Suasananya benar-benar seperti piknik. Andai ada Elang yang menemani, pasti akan lebih seru.
Langit telah menampakkan warna jingga. Tapi, Elang belum pulang juga. Segera Kalea membereskan peralatan yang tadi ia susun.
"Mari saya bantu, Nona," ucap salah satu maid yang sedari tadi memperhatikan Kalea dari teras belakang.
Karena merasa lelah, Kalea membiarkan maid itu membereskan semuanya. Tak lupa Kalea mengucapkan terimakasih. Gadis dengan dress simpel berwarna putih itu berjalan memasuki rumah sambil menyapa para bodyguard yang sedang berjaga, meskipun yang ia dapatkan hanya anggukan singkat dari mereka.
Kalea memutuskan untuk memasak terlebih dahulu, baru nanti ia akan mandi. Ayam kecap sepertinya bukan ide yang buruk. Gadis itu juga menggoreng nugget ayam.
"Selesai!" serunya. Ia menatap bangga hidangan yang telah ia susun di meja makan. Gadis itu menoleh ke arah para maid yang sedang berdiri di pojok dapur. Memang, untuk urusan masak, Kalea yang mengerjakannya. Jadilah para maid hanya menonton sang Nona.
"Kalian makan dulu gak papa. Kalau nunggu Elang, dia kayaknya pulang larut," ucap Kalea pada para maid.
"Eitss.. Jangan nolak. Kalian makan dulu. Di dapur udah ada kok khusus buat kalian sama penjaga di luar. Nanti suruh mereka makan, ya. Aku masak banyak," lanjut Kalea saat melihat para maid akan menolak.
Mau tidak mau, mereka mengangguk patuh. Beruntungnya mereka mendapat majikan baik hati seperti Kalea.
Kalea berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Namun, sebelum masuk ke kamar mandi, Kalea menyempatkan diri untuk membuka ponsel. Ia akan menghubungi Elang.
^^^Kalea^^^
^^^Masih lama?^^^
Tidak ada balasan dari Elang. Pesannya pun hanya centang satu. Tandanya, cowok itu tidak aktif. Kalea jadi khawatir.
Segera gadis itu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Mungkin setelah ia mandi, pesannya dibalas oleh Elang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
hehehehh black n white ya lea
2024-12-05
0