"Aaakkkhhhh.."
Kalea dan Viola berteriak saat batu besar kembali menghantam kaca kelas. Kali ini, kaca kelas mereka. Hingga kedua gadis itu berdiri di pojokan, menjauh dari kaca jendela.
Mendengar ada suara di dalam kelas, orang-orang yang melempari batu itu langsung menggedor pintu dengan keras.
"WOI, BUKA!" teriak seorang cowok.
Kedu gadis yang sedang ketakutan itu semakin merinding mendengar teriakan itu.
"Ini sekolah kayak miskin banget! Gak ada penjaga atay guru gitu yang jaga? Aneh banget bisa diserang gini. Padahal sebelumnya gak pernah!" ucap Viola kesal. Ia sangat kesal bercampur panik sekarang, Hero dan Elang tidak bisa dihubungi.
"Apa kita lari aja?" Tiba-tiba ucapan konyol itu terlontar dari bibir mungil Kalea. Sontak, gadis itu mendapat tabokan maut dari Viola.
"Lo mau m*ti?! Denger teriakan mereka aja gue merinding. Titisan setan kali, ya?" ucap Viola.
Kalea terdiam memikirkan sesuatu. Tak lama, ia menoleh ke arah Viola yang menatap ke arah luar.
"Viola? Kamu bisa bela diri, kan?" tanya Kalea tiba-tiba.
"Bela diri? Membela diri maksud lo? Gue mah bisa kalo itu! Membela negara juga gue sanggup! Apa lagi–"
"Iiihhh Viola! Bukan itu! Maksud aku itu silat!" kesal Kalea. Disaat seperti ini, sempat-sempatnya Viola bercanda.
"Yeee.. Bilang dong dari tadi!" ujar Viola ngegas.
"Jadi, bisa nggak?" tanya Kalea lagi.
"Yaa... Bisa, sih.. Hero ngajarin dikit-dikit," ucap Viola dengan nada ragu. Namun, Kalea bodoamat, yang penting, Viola bisa silat, kan?
"Ayo, kita lawan mereka." Kalea menarik tangan Viola menuju pintu kelas yang digedor dari luar.
"Heh! Apa-apaan lo?! Kalea, jangan gila, pliss!" Mending kita tunggu Hero sama Elang, deh!" Viola mencoba menahan Kalea yang terus menggeretnya.
Belum sempat Kalea menyahuti, pintu kelas sudah berhasil di dobrak. Tiga orang laki-laki bertubuh tinggi dengan jaket hitam yang membalut seragam sekolah mereka.
Viola melotot sedangkan Kalea menatap ketiga cowok itu dengan takut. Bukan apa-apa, wajah mereka sangat menakutkan, ya, meskipun wajah Elang tak kalah menakutkan, sih. Tapi, di situasi seperti ini, tentu saja Kalea takut.
"Lari gak sih? Lari," ucap Viola dengan pelan, berbisik pada Kalea. Seolah memberi aba-aba mereka harus lari saat ketiga cowok itu mendekat.
"Ceweknya Hero, nih," ujar salah satunya sambil tersenyum mengerikan.
Kalea langsung menatap Viola yang terlihat was-was. "Dia kenal kamu?" bisik Kalea.
"Iyalah! Orang Hero cowok gue," jawab Viola juga berbisik.
"Satunya cantik juga. Bawa dua-duanya aja, dah!" ucap cowok itu pada teman-temannya.
Viola dan Kalea saling senggol. Mereka seperti sedang merencanakan sesuatu. Untuk saat ini, memutar otak sangat penting.
Saat ketiga cowok itu berjalan mendekat, Viola reflek berteriak.
"Awas belakang lo!" teriaknya. Sontak ketiga cowok itu langsung berbalik badan. Namun, tidak ada siapa-siapa. Sedetik kemudian merek merasakan pukulan di kepala mereka masing-masing.
Viola dan Kalea langsung berlari setelah memukul ketiga pria itu. Balok kayu bekas bangku patah masih di tangan mereka.
"Aku kiri, kamu kanan!" teriak Kalea memberi aba-aba saat mereka hampir sampai di persimpangan koridor. Viola hanya mengangguk saja.
Sesekali mereka melihat ke arah belakang untuk melihat ketiga cowok itu. Ternyata jaraknya cukup jauh, ini kesempatan bagi kedua gadis itu.
Kalea dan Viola saling pandang lalu mengangguk, bersamaan mereka berpisah alur.
Nafas Kalea terengah. Jalur kiri adalah jalan menuju toilet. Jika sampai ke ujung jalur, maka akan langsung tembus ke belakang sekolah yang penuh rumput liar, tapi, keadaannya sangat gelap jika sampai ujung.
Tangan Kalea merogoh saku jas yang ia kenakan untuk mengambil ponselnya, segera gadis itu menyalakan senter. Namun, naasnya, ia tergelincir dan ponselnya terjatuh tak tentu arah.
"Akh.." Kalea meringis kesakitan karena kakinya terasa sakit. Matanya melotot ketika melihat dua orang pria yang kini sudah berada di dekatnya. Mungkin yang satunya mengejar Viola.
Dengan sekuat tenaga Kalea bangkit, meskipun kakinya sangat sakit. Untuk sementara, ia tidak memikirkan ponsel, yang penting keselamatannya.
"Lemah!" ejek salah satu cowok itu.
Disaat seperti ini, kemana perginya orang-orang? Ah, Kalea baru ingat, murid-murid telah dibubarkan dan sisanya pasti meladeni orang-orang jahat ini di depan gerbang. Mungkin Elang juga ikut?
"Mau kemana lo?!" gertak cowok itu.
Kalea melempar balok kayu yang sedari tadi ia pegang ke arah dua cowok itu. Segera Kalea berlari menjauh meskipun agak pincang. Melihat sebuah drum air yang tak terpakai, Kalea segera bersembunyi di baliknya. Gadis itu berusaha menahan nafas agar nafasnya yang memburu tidak terdengar oleh mereka.
"Mana tuh cewek?" Samar-samar, Kalea mendengar suara kedua cowok tadi. Ia semakin memepetkan tubuhnya.
"Lo coba cari ke sana, gue ke sana," ucap salah satu cowok memberi perintah.
Kalea berdoa dalam hati agar mereka tidak menemukannya. Matanya terpejam saat mendengar langkah kaki mendekat.
"Kagak ada siapa-siapa. Cabut aja. Bos udah nunggu di depan," ujar cowok yang berjarak jauh dari Kalea.
Sedangkan cowok yang tadi hendak mendekati Kalea langsung menghentikan langkahnya dan berbalik.
Kalea langsung menghela nafas lega saat mendengar langkah kaki yang mulai menjauh. Cukup lama Kalea berdiam di belakang drum air untuk memastikan keadaan. Di keadaan hening seperti ini, Kalea bisa mendengar suara teriakan dari jauh. Ia yakin, di depan sana, orang-orang saling adu jotos. Kalea khawatir jika Elang ikut-ikutan.
"Oh iya! Viola kemana?!" ucap Kalea mendadak teringat sahabatnya. Apakah Viola tertangkap?
Saat sudah berdiri hendak berjalan, tiba-tiba tangannya ditarik dengan kasar. Reflek Kalea memekik, namun sebuah tangan besar langsung membekap mulutnya.
"Ssttt.. Ini gue," celetuk orang yang membekap mulut Kalea.
Kalea menoleh sedikit kebelakang untuk memastikan.
"Elang?!" pekik Kalea lirih. Reflek tubuhnya langsung memeluk tubuh tegap suaminya itu. Merasa lega karena Elang telah datang.
Elang mengelus surai lembut itu. "Maaf telat."
Kalea mengangguk. Ia melepaskan pelukannya, ia menatap wajah Elang yang terdapat beberapa memar, terutama sudut bibir cowok itu yang sedikit berdarah.
"K-kamu..."
"Kita pergi sekarang," ucap Elang menyela ucapan Kalea.
"Tapi Viola..."
"Udah sama Hero," ujar Elang seolah paham dengan kekhawatiran Kalea.
Kalea menghela nafas lega. Tangannya menyeka keringat yang di pelipis Elang, takut-takut mengenai lukanya, nanti akan perih.
Elang tersenyum tipis. Dalam sekali sentakan, Kalea sudah berada di gendongannya ala bridal style. Mereka terkekeh kecil. Kalea mengalungkan keduanya tangannya ke leher Elang. Gadis lugu itu menatap memuja ke arah suaminya yang terlihat sangat tampan ketika dilihat dari bawah seperti sekarang ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
wkkwwkwkk..jd flashback zaman q, tawuran. tp ga disekolah yoo..
kita mah, ramah di dlam tp brutal diluaran..
2024-12-05
0
Mamah Kekey
kok di sekolah ada tawuran sih...ktnya sekolah elite
2024-07-24
0