Bab 11

Malam semakin larut. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tandanya, makan malam sudah lewat. Karena biasanya, Kalea makan malam jam delapan. Elang belum juga pulang. Para maid sudah pulang ke rumah mereka. Mendadak, Kalea tidak nafsu makan. Padahal ia sudah masak untuk Elang, tapi cowok itu tidak pulang.

Ting!

Bunyi ponsel Kalea, tanda ada pesan masuk.

Elang

Gak usah nunggu gue

Kalea menghela nafas. Sulit sekali berinteraksi dengan Elang. Kalea tidak yakin bahwa ia bisa merubah sikap Elang untuk menjadi lebih baik. Namun, Kalea tidak boleh menyerah, karena ini hanya awal dalam perjalan. Kita tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini.

****

Elang berjalan lunglai. Matanya sedikit menyipit karena sinar lampu yang menerangi jalannya. Cowok itu mulai membuka pintu rumahnya. Tangan kanannya mengurut pelipisnya dengan pelan. Pusing terus menderanya karena efek dari alkohol. Iya, cowok itu party dengan teman-temannya di club. Katanya untuk merayakan kemenangan mereka saat tawuran kemarin. Itu ide dari Wira.

Lampu rumah sudah padam semua. Elang meraba-raba dinding untuk mengarahkannya menuju sofa. Setelah sampai, ia menghempaskan tubuh lelahnya di sofa empuk itu. Sejenak ia meredakan rasa pusingnya.

Elang cukup kuat minum. Tapi, rasa pusing pasti menderanya. Sekarang, Elang hanya sedikit mabuk. 90% sadar.

Beberapa menit meredakan pusing. Ia berjalan pelan menuju dapur untuk mengambil air hangat. Biasanya, setelah minum alkohol, Elang akan minum air hangat.

Matanya melirik meja makan. Keningnya mengerut bingung. Elang berjalan menuju meja makan, lalu membuka tudung nasi.

"Dia... Belum makan?" gumam Elang. Semua makanan terlihat sudah dingin dan tak tersentuh, masih terlihat rapi.

Elang meremas rambutnya. Cowok dengan seragam sekolah yang dibaluti jaket kulit hitam itu berlari menuju kamar, tepatnya menghampiri Kalea.

Sedikit ada rasa bersalah dalam hatinya. Pasti gadis itu menunggunya pulang. Sedangkan dirinya malah senang-senang bersama teman-temannya. Melupakan Kalea yang setia menunggunya pulang.

Tangan berurat itu mengelus pelan surai hitam milik Kalea. Mata yang biasanya menatap tajam itu kini menatap lembut istrinya.

Elang tersenyum kecil melihat betapa polosnya wajah Kalea saat tidur, seperti anak kecil. Sedetik kemudian, Elang tersadar, cowok itu menggelengkan kepalanya dan langsung menarik tangannya yang tadi mengelus rambut Kalea.

"Gi*la lo, Lang," gumamnya menyadarkan dirinya.

"Tapi, dia belum makan. Ntar kalo sakit, gue yang disalahin kakek," ucap Elang dengan lirih. Ia bingung harus bagaimana. Ingin membangunkan Kalea tapi tidak tega, tapi, jika tidak dibangunkan, nanti Kalea kelaparan dan berakhir sakit.

Oke, ia sudah memutuskan, apa yang akan dirinya lakukan.

"Woi, bangun! Makan dulu. Lo mau ma*ti kelaparan?" Tangannya menggoyangkan lengan kecil Kalea agar gadis itu bangun.

Lenguhan kecil terdengar. Bukannya bagun, gadis ber piyama pink itu malah memeluk lengan Elang. Hal itu membuat mata Elang terbelalak kaget. Tangannya tepat di dada gadis itu. Hingga Elang bisa merasakan sensasi di sana. Mendadak Elang panas dingin.

"Heh! Bangun. Malah ngorok lo!" ucap Elang, kali ini dengan suara yang lebih keras. Ia berusaha menarik tangannya yang didekap Kalea.

Kening Kalea mengerut. Perlahan, matanya terbuka. Agak linglung karena kepalanya agak nyut-nyutan. Setelah sadar, gadis itu menatap Elang yang membungkuk di sampingnya. Lalu matanya turun menatap lengan kekar yang ia peluk. Reflek Kalea langsung duduk.

"Shhh.." Ringisan keluar dari bibir mungil Kalea. Tangannya memegang kepalanya yang terasa sakit.

Mendengar itu, Elang berdecak. "Udah gue bilang, jangan tungguin gue. Jadi gini kan! Kenapa segala gak makan malam? Lo kangen sama gue atau gimana? Nyari penyakit aja!"

"Aku pengennya makan sama kamu, Elang," ucap Kalea dengan mata sayu.

Elang menghela nafas. Ia menarik pergelangan tangan Kalea agar gadis itu segera berdiri.

"Ayo makan. Gue gak mau lo sakit. Nanti gue yang dimarahin kakek!" ucap Elang.

"Hmm.." gumam Kalea. Gadis itu berdiri linglung. Hampir terjatuh jika Elang tidak menangkapnya. Nyawa Kalea benar-benar belum terkumpul.

Elang geleng-geleng kepala melihat tingkah gadis yang katanya pemalu itu. Segera ia menggendong istrinya menuju meja makan. Takut-takut jika Kalea terjatuh karena tidak fokus berjalan.

Kalea mengalungkan tangannya pada leher Elang, pipinya ia tempelkan di dada bidang cowok itu. Matanya terpejam, namun bibirnya tersenyum simpul. Merasa berhasil membuat Elang seperti saat ini. Jarang-jarang cowok itu perhatian padanya.

Setelah memanaskan makanan yang tadi sudah dingin, kini mereka duduk bersebelahan di kursi meja makan.

"Cepet habisin. Udah jam sebelas," ujar Elang. Pria itu meminum air hangat yang tadi ia ambil.

Kalea mengangguk. Segera gadis itu memakan makanannya dengan nikmat. Tentu nikmat. Siapa yang tidak senang di gendong oleh pasangan? Apalagi Elang tidak mengomel panjang lebar.

Selesai dengan makannya, Kalea menatap Elang yang memakan suapan terakhirnya. Kening gadis itu mengerut saat mencium bau aneh. Hidung mungilnya mengendus-endus layaknya kucing. Baju seragam Elang yang menjadi sasaran Kalea.

"Kok... Kamu bau aneh?" Tentu aneh bagi Kalea. Gadis itu tak pernah mencium bau orang habis minum. Jangankan itu, jenis alkohol nya saja Kalea tidak tau.

Elang terdiam kaku. Jangan sampai Kalea tau bahwa ia tadi habis minum alkohol. Bisa makin buruk kelakuannya di depan istrinya sendiri.

"O-oh.. Ini gue tadi.. Ah! Gue tadi deket-deket sama si Gepeng, makanya jadi bau aneh. Tuh anak baunya emang aneh," ucap Elang. Cowok itu menumbalkan kawannya rupanya.

Meskipun agak ragu, Kalea mengangguk tanda percaya. Memang seperti itu, kan? Istri harus percaya pada suami.

"Kamu mau coklat panas? Aku buatin, ya?" tawar Kalea. Ia berdiri untuk menumpuk piring kotor.

Elang menggeleng. "Udah kenyang. Gue mau mandi dulu."

Kalea mengangguk. Elang segera menuju kamar dan Kalea menaruh piring dan gelas kotor ke wastafel untuk dicuci oleh maid besok.

****

Kalea menatap Elang yang sudah tidur di sampingnya. Jika sudah terbangun, Kalea akan sulit untuk tidur lagi. Jadilah kegiatannya sekarang hanya menatap langit-langit kamar. Namun, di otaknya, ia sedang memilih cara untuk merubah sikap Elang, seperti apa yang dikatakan oleh Ayahnya. Itu adalah tugas utama Kalea.

Jujur saja, Kalea sebenarnya sangat canggung pada Elang. Pada dasarnya, Kalea adalah gadis pemalu, jadi, ia agak sulit dengan tugasnya untuk merubah Elang menjadi pria baik.

Perlu extra sabar untuk menghadapi Elang yang suka mengomel dan bermulut kasar. Sulit juga untuk mendekatkan diri pada cowok itu. Apalagi mereka jarang ada waktu berdua. Kalea tidak ingin berada di situasi seperti ini. Padahal mereka sudah menikah, ya.. Meskipun itu perjodohan. Bagi Kalea, pernikahan bukanlah hal yang main-main, karena itulah, Kalea bertekad untuk mempertahankan pernikahannya dan secepatnya merubah sikap Elang, dan satu lagi yang paling penting.. Tentu, membuat Elang jatuh cinta padanya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!