Bertemu

Seminggu telah berlalu. Di karenakan ini hari libur, maka Erlangga hanya bersantai di rumah saja. Ia hanya memainkan beberapa aplikasi sosial media yang sebelumnya telah ia download. Sampai hari ini, ia tak juga menemukan gadis yang bernama Nala.

"Sudah lama aku mencari, tapi tidak juga aku temukan. Sepertinya aku tidak perlu mencarinya lagi." Erlangga menghembuskan nafas pelan.

Ia pun memilih untuk berjalan-jalan sebentar ke taman kota. Menyegarkan pikiran, dan mungkin saja ia bisa menemukan teman baru di sana.

Ia memarkirkan sepeda motornya, lalu berjalan duduk di sebuah bangku taman. Dengan setelan kaos oblong dan celana jeans panjang, tentu tidak akan ada yang curiga bahwa dia adalah seorang Armadja.

"Mas, silakan dibeli untuk pacarnya." Seorang penjual bunga menghampiri Erlangga dan menawarkan sekuntum bunga padanya.

Meski ragu karena tidak punya pacar untuk diberikan bunga, Erlangga tetap membelinya karena merasa kasihan pada penjualnya. Ia meletakkan bunga itu di sampingnya, lalu kembali berfokus pada ponselnya.

Hingga tiba-tiba, tanpa sengaja, ia melihat seorang gadis yang membawa koper besar berjalan di trotoar dekat taman tersebut dengan keadaan yang amat sangat lemah.

Erlangga langsung pergi menghampirinya. Ia tidak memperdulikan lagi bunga yang baru saja ia beli. Karena wanita itu tak lain adalah Nala, gadis yang ia cari selama ini.

"Hei, kau Nala, kan?" Erlangga menatap Nala antusias. Betapa senangnya ia dapat bertemu dengan Nala.

Nala yang sudah terlalu lemah dan pucat, akhirnya pingsan. Erlangga dengan sigap menangkapnya. Ia pun menyetop taksi yang lewat. Menggedong Nala masuk ke dalam taksi.

"Pak, ke klinik terdekat," ujar Erlangga.

Sang sopir mengangguk. Mereka pun segera pergi ke klinik terdekat. Terlihat Erlangga begitu cemas dengan keadaan Nala yang seperti kelaparan dan kelelahan.

Ia meninggalkan sepeda motornya di taman, berharap saat ia kembali, sepeda motor itu masih ada. Tentu saja, ia sudah memberi sepuluh gembok yang dipasang di jari-jari ban sepeda motornya. Dan gembok itu bukan gembok biasa yang bisa dengan mudah dibuka dengan palu. Produk itu ia dapat dari salah perusahaan papanya. Berharga mahal, namun terlihat sederhana sehingga bisa mengecoh maling yang seakan menganggap bahwa gembok itu akan dengan mudah dibuka. Padahal harus menggunakan kode sandi.

Sesampainya di klinik, Nala langsung mendapatkan perawatan. Erlangga menunggu dengan harap-harap cemas. Tak lupa ia membayar biaya pengobatan Nala.

Dokter mengatakan pada Erlangga bahwa Nala mengalami dehidrasi dan kelelahan sehingga pingsan.

Erlangga menunggui Nala di sebelah ranjang pasien. Dan benar saja, tak berselang lama, Nala membuka matanya. Orang yang pertama ia lihat adalah Erlangga.

"Nala, kau sudah sadar?" tanya Erlangga dengan senyuman di wajahnya.

"Angga? Kenapa aku ada di sini? Dan bersamamu?"

"Tadi kita bertemu di taman, dan kau pingsan." Erlangga menjelaskan.

"Maaf, aku sudah merepotkan mu."

"Tidak apa-apa. Kau mau kemana dengan koper besar itu?" Erlangga menunjuk koper yang berada di sudut ruangan.

"Aku ingin mencari tempat tinggal."

"Tempat tinggal? Ada apa dengan tempat tinggal dan pekerjaan mu?"

"Aku tidak jadi bekerja sehingga pemilik kontrakan langsung mengusirku karena tidak bisa membayar dimuka."

"Astaga, kenapa nomormu tidak bisa dihubungi? Kau bisa meminta bantuan ku tanpa harus mengalami semua ini."

"Tidak, kita baru kenal, lagipula ponsel ku hilang."

"Oh, pantas saja aku tidak bisa menghubungi mu."

"Jadi kau menghubungi ku selama ini?" Nala menatap serius.

"Ya, aku kira kita bisa berteman setelah pertemuan di bus itu."

"Maaf."

"Setelah ini kau mau kemana?"

Nala menggeleng lemah. "Aku tidak tahu."

"Bagaimana kalau kau tinggal bersama ku saja." Erlangga menawarkan.

"Tidak, aku tidak ingin merepotkan dirimu. Lagipula, bagaimana kau tinggal bersama seorang perempuan. Itu salah."

"Kau benar, tapi dimana lagi kau akan tinggal?"

Nala terdiam sejenak. Ia sebenarnya sangat membutuhkan tempat bernaung dan bersembunyi saat ini.

"Oh, aku baru ingat! Di samping rumah ku, ada rumah kosong yang mungkin saja di kontrakan. Aku akan menanyakannya malam nanti. Kau istirahat saja. Kau istirahat saja, aku akan menjemputmu besok, sepulang bekerja." Erlangga memberi saran.

"Ya sudah, aku setuju. Maaf, sekali lagi aku merepotkan mu padahal kita baru kenal."

"Tidak apa-apa, aku pergi dulu. Cobalah untuk tetap di sini dan jangan pergi lagi."

"Baik." Nala mengangguk.

Erlangga pun segera berpamitan. Ia pun mengambil sepeda motornya yang masih berada di taman. Kemudian, ia mendatangi pemilik rumah kosong yang berada di samping rumahnya.

Dan ternyata rumah itu memang dikontrakkan. Erlangga langsung membayar untuk tiga bulan ke depan. Berkurang lagi uang tabungannya, tapi ia merasa senang karena bisa berdekatan dengan Nala, gadis pertama yang ia temui tanpa memandang fisik.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

kira kira siapa yang bakal meluluhkan hati Angga apa Nala atau Alana ....

2023-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!