Kembali ke rumah

"Angga, terima kasih karena kau telah menyelamatkan aku. Aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku jika kau tidak datang dan menolongku." Nala memeluk Erlangga sambil menangis.

"Tenanglah, semua sudah berakhir, mereka tidak akan lagi mengganggumu."

"Tapi, Pak Adnan adalah orang yang sangat kejam dan tidak akan melepaskan siapapun yang diinginkannya."

"Percayalah padaku, dia tidak akan mengganggumu." Erlangga mengusap kepala Nala dan mencium keningnya.

Sementara itu..

"Berapa hutang gadis yang bernama Nala?" tanya seorang pria yang merupakan pengacara Erlangga.

"Apa? Kau mau melunasinya? Jadi keluargamu yang telah ikut campur dalam penculikan calon istriku?" ucap Adnan dengan tatapan tajam.

"Katakan berapa hutang orang tuanya dan kami akan membayar beserta bunganya."

"Tidak, berapapun kau membayarku, aku akan tetap mengejarnya. Karena dia harus menjadi milikku."

"Kalau begitu, terimalah ini, Tuan." Pengacara Erlangga menyerahkan sebuah amplop pada Adnan.

Adnan pembukaan amplop itu dan melihat isinya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat isi dari amplop itu adalah semua saat melakukan bisnis.

"Bagaimana kalian…."

"Kami sudah meminta dengan cara baik-baik. Sekarang anda hanya perlu menuliskan nominal angka hutang gadis itu dan kami akan menganggap semuanya impas. Anda hanya cukup menjawab sekali. Jika anda tidak bersedia, maka saat ini juga laporan di tangan saya akan sampai ke polisi." Mengambil laporan bukti itu dengan kasar seperti merampas.

"Dasar licik!" Adnan mengambil pena dan menulis nominal hutang orang tua Nala.

Pengacara Erlangga langsung membuka kopernya dan menunjukkan sejumlah uang yang dikurangi beberapa.

"Sekarang tanda tangan dan hutang gadis itu lunas."

Adnan berdecak kesal sambil menandatangani materai yang berisi dokumen penyelesaian hutang orang tua Nala.

"Sekarang hutangnya lunas, jangan pernah mengganggu gadis itu lagi atau anda akan melihat salinan laporan ini sampai ke tangan polisi."

Pengacara Erlangga langsung pergi meninggalkan rumah Adnan. Tak lupa dia mengirimkan pesan pada Erlangga dan mengatakan bahwa urusannya sudah selesai. Makanya Erlangga bisa mengatakan bahwa Nala tidak perlu khawatir terhadap Adnan karena pria tidak akan pernah mengganggunya lagi.

"Ayo, sekarang kita kembali ke kontrakan kita. Aku sangat rindu bekerja."

"Ayo," Erlangga mengangguk sambil tersenyum. Mereka pun bergegas pergi ke kota yang berjarak jauh itu.

Mereka tiba saat hari sudah malam. Kejadian tadi siang membuat Nala ketakutan hingga tercipta lah sebuah pertanyaan gila.

"Angga, bisakah malam ini kau tidur di kontrakan ku?"

"Apa? Tidur di kontrakan mu? Maksudnya tidur di dalam bersamamu?"

"Iya, aku takut, Angga. Bagaimana kalau mereka datang lagi?"

"Nala, aku tidak bisa. Apa kata tetangga nanti? Bagaimana kalau kita digrebek oleh warga?"

"Ya gampang, kita hanya tinggal menikah saja. Aku tidak masalah menikah sekarang denganmu. Kau menunjukkan padaku bahwa kau sangat mencintaiku." Nala mendekati Erlangga dan memegang tangannya.

Erlangga sangat gugup, sebenarnya dia mau mau saja kalau disuruh menikahi Nala. Tapi, itu artinya dia harus membongkar identitasnya dan Nala akan membencinya seumur hidup.

"Aku belum bisa sebelum kita sukses."

"Untuk apa sukses? Itu hanya akan membuat kita kaya. Aku tidak mau jadi kaya. Aku ingin hidup kita seperti ini saja. Hidup sederhana namun sangat bahagia."

"Nala, aku kira sekarang sudah malam. Sebaiknya kita masuk. Aku berjanji akan memasang telingaku untukmu. Berteriak lah yang kencang jika ada sesuatu."

Erlangga langsung masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Nala yang mengerucutkan bibirnya karena Erlangga telah membuatnya kecewa.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***