Beda

Seminggu kemudian.

"Hah?!!"

Orang tua serta kakak kembar Erlangga terkejut melihat penampilan Erlangga saat ini.

"Bagaimana? Sudah aku bilang kan kalau kalian tidak akan mengenaliku," ucap Erlangga dengan bangganya.

"Apa ini yang dinamakan merubah penampilan? Kau sangat jelek." Alezha menatap Erlangga dari atas ke bawah dengan tatapan aneh.

"Terima kasih, Kak." Erlangga tersenyum sembari mengangguk.

"Aku baru saja menghinamu."

"Aku tidak pernah marah pada siapapun yang menghinaku, asal mereka tidak menghina keluarga ku. Dan sudah aku bilang, bahwa Allah yang akan membalasnya." Tersenyum manis.

Alezha semakin menatap heran.

"Sudahlah, Al, biarkan saja. Ini hanya dua tahun, dan setelahnya dia akan kembali tampan seperti dulu."

"Ma, tidakkah Mama merasa aneh melihatnya?" Alezha mengarahkan tangannya ke wajah Erlangga.

"Dia memakai kacamata, wajahnya penuh jerawat palsu, dan model rambutnya sangat jelek, tidak cocok dengan wajahnya."

"Tidak apa-apa, dia hanya ingin memerankan perannya dengan serius." Reyza menambahkan.

"Ah, ya, baiklah, maaf, aku hanya sedikit terkejut melihatnya." Alezha memilih mengalah.

"Benar, setidaknya, di keluarga kita, sekarang akulah yang paling tampan." Rayden memegangi dagunya dengan gaya sok kerennya.

Alezha memutar bola matanya. Rasanya ia ingin muntah mendengar ucapan Rayden.

"Ya sudah, Ma, Pa, Kedua Kakakku, aku harus pergi karena busnya akan segera berangkat. Ingat pesanku tentang jangan memberiku bantuan apapun atau aku akan menambah masa kebebasan ini."

"Iya, Mama mengerti." Alea mengangguk. Ia pun memeluk Erlangga, putra bungsunya yang sangat ia sayangi itu. Ia tahu bahwa Erlangga sedang memperingatkan dirinya.

Setelah berpamitan, Erlangga pun pergi ke terminal bus dengan taksi.

Kepergiannya diselingi isak tangis Alea, sang mama.

*****

"Ayo, Mbak, Mas! Bus mau berangkat, jangan sampai ketinggalan!" seru seorang konduktor bus.

Erlangga yang sudah berada di dalam bus hanya melihat ke luar jendela. Banyak sekali orang lalu lalang di luar sana. Ada yang mengantar kepergian sanak saudara, atau bahkan suami dan anaknya. Terlihat mereka saling memeluk dan menangis.

Erlangga menyeka air matanya. Sejak dari rumah ia sudah menahan agar air matanya tidak tumpah. Memang berat meninggalkan keluarga yang sangat ia cintai, apalagi dalam kurun waktu yang sangat lama. Tapi, ini sudah menjadi keputusannya yang tidak akan ia rubah. Ini adalah impiannya sejak dulu, yaitu menjadi orang biasa.

Bus pun mulai berjalan, Erlangga langsung membenarkan posisi duduknya. Namun, beberapa detik kemudian, bus tiba-tiba berhenti. Terdengar suara konduktor yang memanggil seseorang.

"Ayo, Mbak, aduh, lama bener, untung nggak ketinggalan!"

Tak berselang lama, naiklah seorang wanita dengan tas besar di tangannya. Wajahnya terlihat basah oleh keringat, sepertinya ia mengejar bus dari jarak yang cukup jauh.

Erlangga memerhatikan wajah gadis itu. Sangat cantik, begitu pikirnya.

Gadis itu mencari tempat duduk, namun ternyata sudah penuh. Terpaksa ia berdiri dan memegangi pegangan di tengah-tengah ruang dalam bus itu.

Erlangga tidak suka melihat pemandangan itu. Ia pun berdiri dan mempersilakan gadis itu untuk menempati posisinya.

Awalnya gadis itu menolak, tapi, karena Erlangga memaksa, maka ia pun mengalah.

Sepanjang perjalanan Erlangga hanya memainkan ponselnya dengan satu tangan. Sedangkan tangan lainnya masih menggantung memegangi pegangan di atasnya.

Beberapa pasang mata memerhatikannya. Erlangga tahu, pasti mereka memerhatikan penampilannya yang sangat jelek itu.

Ia tidak peduli, ia masih terus memainkan ponselnya. Tidak ada yang menarik, karena yang sedang ia mainkan adalah game. Itu karena ia tidak memiliki sosial media. Ponselnya hanya digunakan untuk membuka aplikasi video dan game saja.

Tiga puluh menit sudah ia berdiri di sana. Kakinya sudah sangat pegal.

Namun, beberapa saat kemudian, bus berhenti saat ada mobil yang menghadang. Mobil itu terlihat sangat mewah.

Terlihat beberapa orang berpakaian rapi masuk dan mencari seseorang di dalam bus.

Setelah memastikan orang yang mereka cari tidak ada, orang-orang itu pun pergi.

Erlangga memerhatikan semua penumpang yang terlihat biasa saja.

"Astaga, di sini ternyata." Suara gadis yang menduduki bangku Erlangga terdengar.

Erlangga menoleh. Terlihat gadis itu habis mengambil sesuatu dari kolong bangku.

Bus pun melaju lagi. Rasa lelah semakin menguasai Erlangga, terlebih lagi saat ini mereka sedang berada di jalanan yang banyak terdapat lubang-lubang kecil.

"Maaf, kita berganti saja, aku lelah karena terus-menerus duduk," ucap gadis itu. Entah sejak kapan tiba-tiba ia sudah berdiri di samping Erlangga.

"Lelah?" Erlangga mengernyitkan dahinya.

"Iya, aku ahkk."

Tiba-tiba saja tubuh gadis itu terhuyung ke tubuh Erlangga karena bus baru saja melewati lubang yang cukup besar.

Erlangga dengan sigap menangkapnya. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.

Gadis itu mengangguk. "Terima kasih."

"Sekarang duduklah lagi, aku tidak masalah, di jalanan seperti ini, duduk akan semakin membuat tubuhku pegal."

"Ya sudah, kalau begitu kita berdiri sama-sama saja, aku juga merasa pegal dengan jalanan ini," ujar gadis itu.

Erlangga mengangguk mengerti.

"Namaku Nala." Gadis itu mengulurkan tangannya.

"Aku Er,,,namaku Angga."

"Kau mau kemana?"

"Aku akan pergi ke kota B tepatnya di daerah x."

"Wah, tujuan kita sama," sahut Nala.

"Apa kau akan bekerja di sana?" tanya Erlangga.

"Emm, ya, aku memang akan berkerja di sana."

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

2 orang yang sepertinya Tengah kabur🤭🤭🤭🤭

2023-05-03

0

Amira08

Amira08

Eeemmmm sepertinya Nala juga dlm misi yg sama kyk Erlangga dehh 😁🤔🤔

2023-04-23

1

jaran goyang

jaran goyang

awal mula yg bgs er❤💪💪❤❤😀😀

2023-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!