"Tidak perlu," kata Pangeran Alzan menjawab kesal.
Pangeran Alzan benar-benar dibuat Kesal oleh tingkah laku dari Ruby yang sedari tadi menawarkan bantuan. Pangeran merasa terhina dengan bantuan tersebut, apalagi wanita yang ada di hadapannya ini yang belum dipercaya oleh pangeran dan merasa jika wanita itu adalah pembohong.
"Lalu malam pertama kita bagaimana?" tanya Ruby yang sangat senang melihat Pangeran Alzan kesal terhadap dirinya.
Ruby tahu dan sadar jika Pangeran tidak menyukai dirinya dan bahkan kesal dengan segala tindakannya, dia pun curiga terhadap dirinya. Hal itu membuat Ruby pun menggoda Pangeran dan senang membuat Pangeran kesal.
"Pergi kau menjauh dariku, tidak perlu kau dekat-dekat dengan ku," kata pangeran yang mana masih belum percaya pada Ruby jika melihat dari kecantikannya Pangeran memang merasa sangat tertarik tapi kalau melihat dari siapa dia yang sebenarnya tidak sempat Pangeran tidak percaya dengan kata-kata dari Sang Putri.
"Baiklah jika kau tidak mau dibantu oleh aku maka aku akan tidur," kata Ruby yang kembali ke tempat dan tidur di samping pangeran.
Pangeran melihat tingkah Ruby benar-benar di luar dugaan, yang sangat berani seperti itu mana ada putri Raja, memiliki keberanian seperti itu dan bahkan tidak tahu malu.
Wajah Pangeran Alzan memerah saat Ruby menanyakan tentang malam pertama.
"Bisa-bisanya seorang wanita menanyakan hal itu padaku," batin Pangeran Alzan yang masih duduk dan berusaha untuk berbaring.
Melihat Pangeran yang kesulitan Ruby segera bangun dan ingin membantunya.
Tapi Pangeran melarang Ruby melakukan hal itu, hingga Pangeran memanggil pelayan untuk membantunya dengan lonceng yang disimpan di dalam jubahnya.
Dua orang pelayan pun langsung datang setelah pengaruh membunyikan lonceng tersebut dan membantu Pangeran untuk berganti pakaian dan juga membantu Pangeran kembali.
Melihat hal itu membuat Ruby memperhatikan betapa repotnya orang-orang itu, padahal tinggal bilang iya saja sangat sulit.
"Dasar Pangeran keras kepala," batin Ruby kesal.
Malam penuh kewaspadaan Ruby, tidur cepat karena lelah. Pangeran menyuruh orang kepercayaannya untuk menyelidiki tentang Putri Ruby yang sebenarnya dan meminta laporan itu secepat mungkin. Ia ingin mendapatkan laporannya pagi hari.
Saat Ruby tertidur lelap, Pangeran Alzan pun tidak bisa tidur sama sekali. Kenyataan bahwa dirinya telah ditipu oleh Raja dari kerajaan Teratai dan tidak mendapatkan gadis impiannya membuat kepala Pangeran Alzan pusing. Hatinya harap-harap cemas sambil menunggu pagi, Pangeran Alzan gelisah masih menunggu informasi jelas tentang Putri Ruby.
Sepanjang malam Pangeran Alzan tidak bisa memejamkan matanya, sampai orang kepercayaannya datang membawa kabar yang sangat ia tunggu. Ternyata memang benar, orang yang menikah dengan pangeran adalah Putri Ruby yang selama ini diasingkan.
Mendengar hal itu, Pangeran makin tidak percaya jika Sang Putri memiliki kekuatan seperti yang dikatakannya kemarin. Ia juga berpikir, untuk apa sang raja menyembunyikan Putri, padahal Sang Putri terlihat begitu cerdik dan juga lincah, jauh dari kata jelek dan bahkan lebih cerdik dari dugaan Pangeran.
"Pangeran sudah menyelidiki ku?" tanya Ruby yang baru bangun dari tidurnya dan meluruskan punggungnya.
"Kau baru bangun tidur dan beraninya langsung bertanya padaku?" sahut Pangeran Alzan.
"Ahh, kalau begitu sebaiknya aku mandi saja," kata Ruby sambil menggeliat manja.
"Kamar mandi di sana, jangan lupa tutup pintu. Jangan sampai urat malu mu putus!" seru Pangeran, meski kesal pria itu tetap bersikap baik pada Ruby.
Ruby tidak peduli dengan perkataan Pangeran Alzan, dengan santainya ia bangun dari tidur dan segera mandi. Setelah selesai mandi Ruby mencari baju, ia lupa sejak kemarin dirinya memakai baju Sang Pangeran.
"Apa di istana ini tidak memiliki baju wanita? Pangeran, kenapa sampai sekarang masih belum menyediakan baju untukku? Bagaimana aku bisa berpakaian?" tanya Ruby yang hanya menggunakan handuk dan sedang sibuk mencari baju.
"Kau ini," kata Pangeran menarik nafas kesal.
"Pakai bajuku saja seperti semalam, aku akan menyuruh orang menyiapkan baju untukmu," kata Pangeran Alzan mendengus kesal."Kau benar-benar seperti putri yang dibuang saja," sambungannya.
Sontak Ruby menoleh dan menatap tajam pada Pangeran Alzan."Memang benar aku Putri yang dibuang. Apa kau merasa kecewa sudah menikahiku?" tanyanya.
Tidak enak hati melihat wajah Ruby yang bersedih, Pangeran Alzan memilih diam tidak menjawab. Mau bagaimanapun dirinya berkeras hati, nasibnya dan Ruby tetap sama yaitu terasingkan. Juga diperlakukan berbeda, meski mereka memiliki kekuasaan sebagai anggota kerajaan.
Pangeran Alzan memanggil seorang pelayan dan meminta pakaian juga keperluan Ruby. Tak berapa lama pelayan pun datang membawa baju untuk Ruby. Gadis itu sangat senang melihat pakaian mewah yang ada di hadapannya, sesuatu yang belum pernah ia dapatkan dan rasakan.
.
"Kau ini menganggapku apa dari kemarin? Kau mau ganti baju di depanku, apa kau tidak malu sama sekali?" tanya Pangeran dengan nada sinis.
"Aku menganggap Pangeran itu adalah suamiku. Jadi, tidak masalah jika aku berganti baju di depan Pangeran," jawab Ruby dengan berani, ia tahu pangeran yang kepadanya dan tidak mungkin menggodanya.
Ruby berpikir bahwa ia tidak memiliki perasaan apapun pada Pangeran dan pria itu tidak mungkin tertarik padanya. Ia hanya ingin membantu Pangeran, agar bisa berjalan dan bisa membantunya untuk membalas dendam. Tapi Ruby masih kesulitan dengan keras kepala pangeran, yang tidak mau menerima bantuan darinya sedikitpun, hingga membuat Ruby bingung ingin melakukan apa.
"Tugasku apa? aku sudah rapi?" tanya Ruby pada Pangeran dan mendekati Pangeran dan duduk di samping Pangeran sambil menatapnya sedang menuliskan sesuatu.
"Tidak ada, bersantailah, aku tidak membutuhkanmu," jawab Pangeran.
"Serius, aku ingin menyembuhkanmu," kata Ruby membuat Pangeran tidak merespon apapun.
Ruby melihat Pangeran dan mendekatinya, merasa tidak dibutuhkan bahkan sudah berulang kali menawarkan bantuan membuat Ruby ingin keluar dari kamar.
"Jangan keluar, aku penasaran kenapa kau selalu bilang ingin menyembuhkan?" tanya Pangeran Alzan penasaran.
"Karena aku bisa, itu kalau kau percaya," jawab Ruby lagi mengabaikan Pangeran dan mencoba mencari bacaan yang ada di kamar karena Pangeran Alzan melarang untuk keluar.
Waktu berjalan begitu cepat, hingga siang hari dan Ruby masih berada di dalam ruangan. Ruby memanfaatkan waktu dengan membaca di sana, ruangan itu benar-benar luas bahkan makanan pun bisa diantar ke sana.
Walaupun Ruby tidak keluar, ia tidak merasa bosan karena membaca buku yang ada di sana dan bersantai. Pangeran hanya duduk diam di meja tempatnya bekerja, memeriksa dokumen apa yang sedang diteliti. Pelayan bergantian masuk ketika Pangeran membutuhkan sesuatu.
“Menyebalkan sekali bahkan aku tidak melakukan apapun di sini,” keluh Ruby yang sudah mulai bosan.
Ruby tidak mengerti sama sekali kenapa Pangeran tidak mengizinkannya untuk melihat istana. Padahal saat ini seharusnya Pangeran memperkenalkan lagi dirinya pada semua penghuni istana bahwa dia adalah permaisuri. Semakin ia berpikir serius semakin ia merasa curiga dengan Pangeran yang terus melarangnya untuk keluar.
"Aku bosan," keluh Ruby.
"Batu aku bangun, aku ingin istirahat sebentar karena aku belum tidur semalam," kata Pangeran.
Ruby bangkit lalu membantu Pangeran pindah dari meja kerja ke tempat tidur. Tubuh pangeran begitu berat, hingga membuat Ruby kelelahan menopang tubuh pria itu. Meski akhirnya Ruby bisa menempatkan Pangeran ke ranjang dengan posisi yang nyaman. Ruby duduk di samping Pangeran, ditatapnya pria itu lekat, Ruby berpikir ingin segera mencari cara menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan Pangeran.
"Aku akan menyembuhkanmu, aku tidak bisa melihatmu seperti ini," kata Ruby lalu bangkit dari tempat duduknya.
Pangeran memperhatikan Ruby yang berkata demikian. Entah apa yang akan dilakukan oleh Ruby dengan ingin menyembuhkannya. Sebenarnya Pangeran juga ingin tahu sekaligus heran dengan kata-kata Ruby yang terus diulang.
Ruby bangkit dan mengambil pisau kecil yang ada di meja dan menyayat tangannya lalu memasukkan darah ke dalam gelas. Pangeran sangat kaget melihat apa yang dilakukan oleh Ruby, karena hal itu benar-benar jauh di luar dugaannya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Pangeran khawatir dan juga panik dengan apa yang sedang dilakukan oleh sang putri. Segera saja Pangeran memanggil Pengawal untuk mencegah Ruby.
“Pengawal!” seru Pangeran.
Dengan cepat dua orang Pengawal Bayangan langsung mencegah apa yang dilakukan oleh Ruby. Jelas hal itu membuat Ruby tidak bisa melakukan apa yang ia inginkan dan ia pun gagal.
“Cob kemarikan tanganmu,” kata Pangeran Azlan yang melihat ela Ruby menyayat Tangannya meski belum ada darah yang menetes, tapi terlihat jelas di pisau yang digunakan oleh Ruby masih ada bekas darahnya.
“Aku tidak apa-apa jangan berlebihan,” kata Ruby menunjukan tangannya yang tidak ada luka sama sekali.
Pangeran yang memberikan kode pada kedua Pengawalnya itu pun dimengerti dan dua orang pengawal itu langsung pergi.
Ruby yang makin berpikir keras, karena tahu bisa saja dia dianggap gila, dan dikurung di ruang rahasia seperti apa yang dilakukan oleh keluarganya. Hal itu membuat nya pun berpikir keras mencari cara, agar Ruby bisa menyembuhkan Pangeran, tanpa di cugai.
“Sepertinya ini akan sulit, bagaimana cara ku menyembuhkannya. Kalau dia tidak percaya jika darahku bisa menyembuhkan segala penyakit. Bahkan luka sayat sekalipun,” batin Ruby yang makin kesulitan setelah Melihat Pangeran makin mencurigainya.
“Coba ambil pisau itu,” kata Pangeran Azlan yang jelas melihat noda darah.
Dengan cepat ruby mengambilnya dan menghilangkan Noda darah itu dengan kain secara diam-diam.
“Aku hanya bercanda, tidak ada yang terluka dan di sini tidak ada darah,” kata Ruby memperlihatkan pisau itu.
Pangeran Azlan yang masih tak percaya dan masih bingung dengan apa yang sebenarnya Ruby lakukan, Ruby yang terus merengek ingin menyembuhkannya dan bahkan sampai mengancam menggunakan Pisau untuk Bunuh diri.
“Apa yang sebenarnya Putri Ruby lakukan, aku makin tidak mengerti dengan sikapnya,” batin Pangeran Azlan yang semakin menambah kecurigaan.
“Jangan pernah lakukan hal seperti itu lagi, jika kau bosan mari kita keluar,” kata Pangeran Azlan yang pada akhirnya membawa Ruby berjalan-jalan ke luar.
Pangeran Azlan yang masih curiga dengan Ruby dan khawatir jika Ruby akan membuat kekacauan di istana, apalagi data yang ia dapat dari pengawal, berbeda jauh dengan Ruby yang ada di hadapannya. Maka dari itu, pangeran masih tidak yakin jika Putri Ruby merupakan Putri kedua kerajaan Teratai yang merupakan Adik dari Putri Alinza.
“Bagaimana caranya bukanya kau tidak bisa berjalan?” tanya Ruby bingung.
Ruby melihat kaki Pangeran dan menatap dengan heran, bagaimana caranya Pangeran lumpuh mengajaknya berjalan-jalan
“Menggunakan kursi roda,” kata Pangeran Azlan yang menunjuk kursi yang terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan Roda.
“Waw, kreatif sekali, aku kira kursi roda yang sama dengan di rumah sakit. Tapi ini berbeda ternyata,” batin Ruby yang hanya bisa merasa heran.
Seketika itu Pangeran Azlan memanggil dua orang pelayan untuk membantunya dan sekarang benar-benar sudah duduk di kursi Roda.
Ruby yang sudah biasa dengan pemandangan itu, hanya bisa melihat. Ia yang sebenarnya merasa kesal kenapa pangeran tidak mau dia sembukan padahal berdiri saja tidak bisa. Ia yang hanya bisa menatap dengan miris Pangeran Azlan yang ada di hadapannya itu.
“Aku yang mendorongmu?” tanya Ruby melihat Pangeran yang sudah siap duduk di kursi Rodanya.
“Itu jika kau mau,” jawab Pangeran Azlan dengan santai seperti tidak mengharapkan Ruby mau membantunya.
Ruby yang sebenarnya kesal dengan pemandangan itu, tapi jelas ia tidak bisa membiarkan Pangeran keluar dengan Pelayan, jika dia memiliki istri. Jadi elas hal itu membuat Ruby memutuskan untuk membantu mendorong kursi roda Pangeran.
“Merepotkan,” keluh Ruby dengan suara pelan.
“Apa katamu?” tanya Pangeran Azlan yang mendengar itu dan merasa kesal juga saat Ruby terus mengeluh.
Padahal tindakan Ruby juga terlihat aneh, dan tidak mencerminkan seorang Putri sama sekali, Pangeran yang masih mencoba untuk menyelidikinya terus, yang jelas ia tidak percaya dengan semua perkataan Ruby, yang semakin hari semakin aneh.
Apalagi tindakan nya yang barusan ia lakukan juga terlihat begitu ekstrim, sehingga membuat Pageran khawatir. Untung saja Ruby tidak terluka, jika sampai Ruby terluka pangeran Azlan bisa saja menyalahkan Ruby atas tindakannya cerobohnya itu.
“Aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya bilang biar aku saja yang mendorong kursi roda mu, agar kita bisa berjalan-jalan bersama. Untuk memperlihatkan jika kita pasangan serasi,” ata Ruby yang jelas bukan perkataannya yang sesungguhnya.
“Jangan sembarangan, bahkan aku yang tertipu oleh ayahmu, dilihat dari mana pun kita tidak serasi, dan aku bisa saja menyerang kerajaanmu karena sudah melakukan penipuan,” kesal Pangeran Azlan.
“Benarkah, ayo kita serang bersama,” kata Ruby bersemangat.
Pangeran yang memandang Ruby dengan tajam, merasa heran dan tak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Ruby yang selalu saja membuat Pasangan merasa aneh dengan sikapnya itu. Mana ada seorang Putri yang bersemangat saat erjaan akan di serang.
Setelah pelayan membantu Pangeran akhirnya Ruby bisa keluar dari kamar, walau harus mendorong Pangeran Azlan yang merepotkan. Tapi setidaknya ia tidak terus berada di kamar.
Sedari awal ia sampai di sana Ruby ingin sekali melihat istana itu dan ingin tahu bagaimana istana kerajaan pada Zaman dulu, karena ia yang berasa dari dunia modern tetu sangat tertarik dengan bangunan kuno yang sudah tidak bisa dilihat di zamannya.
“Yes, akhirnya aku bisa keluar dan berjalan-jalan, meski bersama pangeran lumpuh ini,” batin Ruby senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Kania Rahman
👍👍💪💪
2023-08-04
0