hampir

Rehan melihat sekeliling kamar yang ditempati Jihan saat ini sangat kecil. Kamar ini memang khusus kamar pembantu sehingga ukurannya juga kecil termasuk tempat tidurnya. Rehan yang melihatnya merasa kasihan pada Jihan yang sedang hamil muda.

‘Kalau Jihan dipindahkan ke kamar tamu di lantai dua juga kasihan karena Jihan harus naik turun tangga sementara di kamar pembantu ini kamarnya sangat sempit. Atau Jihan biar tidur di kamar aku aja dan aku yang akan tidur di kamar tamu di lantai dua.

Aku kasihan melihat Jihan tidur di kamar yang sangat kecil ini,’ batin Rehan sambil memperhatikan wajah Jihan yang tampak polos dan lugu.

Setelah diam beberapa saat sambil memperhatikan wajah Jihan, kemudian Rehan membangunkan Jihan yang sedang pingsan.

“Jihan.... Jihan, bangun...” ucap Rehan sambil menepuk pipi Jihan.

Tidak lama kemudian perlahan Jihan membuka matanya.

Saat dilihatnya Rehan sedang duduk di sampingnya Jihan buru-buru bangkit dari tidurnya tapi karena badannya masih lemas dia terjatuh lagi ke tempat tidur.

Melihat hal itu Rehan langsung membantunya. Rehan langsung mengulurkan tangannya ke belakang tubuh Jihan dan mengangkat tubuh itu sehingga bersandar di dinding tempat tidur. Tumbuh Jihan masih lemah.

Setelah Rehan menyandarkan tubuh Jihan di dinding tempat tidur, dia kembali memperhatikan wajah Jihan yang tampak pucat.

Saat melihat ke arah Jihan manik bola mata mereka saling beradu membuat Jihan merasa malu dan langsung memalingkan pandangan ke arah lain.

Sedangkan Rehan tiba-tiba merasakan getaran di dadanya yang berbeda dari biasanya.

Buru-buru Rehan menarik tangannya yang masih merangkul tubuh Jihan.

‘Kenapa aku deg-degan seperti ini,’ batin Rehan dalam hati.

Keduanya tampak canggung karena baru saling mengenal.

“Jihan kenapa Om?” tanya Jihan yang merasa heran karena saat membuka matanya tadi Rehan sedang duduk di sampingnya.

“Kamu tadi pingsan di depan ruang mushollah,” jawab Rehan sambil memperhatikan wajah ayu Jihan.

Hati Rehan berbunga-bunga ketika menatap wajah Jihan. Setelah berpikir beberapa saat Jihan baru ingat kalau tadi dia sedang sholat tahajud.

“Terima kasih ya Om. Oh ya, Om kok bisa tau kalau Jihan tadi pingsan?” tanya Jihan lagi.

Rehan langsung tersenyum pada Jihan.

“Kamu jangan panggil om, ya?” ucap Rehan sedikit malu.

“Kenapa memangnya Om?” tanya Jihan heran.

Sambil tersenyum Rehan menatap dalam-dalam wajah Jihan.

“Kesannya saya tua kali. Jadi mulai sekarang panggil aja say, mas ya?” Tatapan Rehan yang begitu dalam membuat Jihan merasa malu.

“Iya, Om...” Kemudian Jihan menundukkan kepalanya.

Rehan hanya tersenyum melihat Jihan yang tampak malu.

“Oh ya Jihan, mulai besok kamu tidur di kamar Mas aja ya?” ucap Rehan pada Jihan.

Mendengar perkataan Rehan, Jihan sontak terkejut.

“Tidur di kamar Mas?” tanya Jihan seperti tidak suka.

Rehan yang melihat reaksi Jihan seperti tidak suka langsung tersenyum lagi.

“Kamu jangan negatif thinking seperti itu donk. Maksudnya kamu tidur di kamar mas dan mas yang akan tidur di kamar tamu di lantai dua biar Siti kembali ke kamarnya,” jelas Rehan.

“Memangnya kenapa Mas kalau Jihan tidur di kamar ini aja.”

“Kamu kan sedang hamil. Mas nggak mau terjadi apa-apa atas kehamilan kamu. Di kamar ini kan sempit dan nggak ada ac-nya pasti kamu kepanasan,” ucap Rehan khawatir.

‘Kenapa mas Rehan tampak sangat khawatir sekali. Dia sepertinya sangat peduli padaku.

Sepertinya mas Rehan orangnya penyayang. Buktinya baru kenal aja sama aku perhatiannya sudah sangat besar. Bukan saja sama diriku, tapi sama bayi yang kukandung juga sangat perhatian.

Dia nggak mau kalau aku tidak nyaman tidur di kamar ini. Tapi sayang sekali mas Rehan yang tampak baik bercerai dengan istrinya,’ batin Jihan dalam hati.

“Nggak apa-apa Mas. Jihan merasa bersyukur karena diberi tumpangan di rumah ini,” ucap Jihan.

“Tapi kamu juga harus memikirkan bayi yang ada di dalam kandungan kamu, Jihan.”

“Tinggal di kamar ini sudah lebih dari cukup Mas jadi nggak perlu harus pindah ke kamar Mas.”

“Ya udahlah kalau memang itu kemauan kamu. Sekarang kamu tidur ya dan jangan banyak pikiran.

Ingat kesehatan kamu lebih utama.” Rehan pun bangkit dai duduknya.

“Terima kasih banyak ya Mas.”

Kemudian Rehan keluar dari kamar Jihan dan hendak kembali ke kamarnya. Ternyata mamanya Rehan sedang memperhatikan anaknya. Sejak tadi bu Renggo merasa curiga saat melihat Rehan keluar dari kamar Jihan.

Kemudian bu Renggo mendekati Rehan saat akan masuk ke kamarnya.

“Kamu dari mana Rehan?” tanya bu Renggo pura-pura tidak tau kalau Rehan baru saja keluar dari kamar Jihan.

“Barusan Jihan pingsan Ma,” ucap Rehan.

“Jihan pingsan?” tanya bu Renggo seperti tidak percaya.

“Tadi saat Rehan akan minum ke dapur melihat Jihan baru selesai sholat tahajud dan terjatuh di depan mushola. Kemudian Jihan, Rehan angkat dan Rehan bawa ke kamarnya,” jelas Rehan.

‘Pantas saja tadi Rehan keluar dari kamar Jihan. Aku pikir Rehan mempunyai hubungan spesial dengan Jihan tapi ternyata tidak. Aku telah berburuk sangka pada anakku sendiri. Ternyata Rehan hanya membantu Jihan,’ batin bu Renggo.

“Jadi gimana keadaan Jihan sekarang?”

“Alhamdulillah udah sadar Ma dan sekarang dia udah tidur kembali,” jawab Rehan.

“Syukurlah kalau gitu...”

“Oh ya Ma, gimana kalau besok Jihan kita bawa ke dokter saja biar kita periksakan kesehatannya.”

“Memangnya kenapa dengan Jihan?” tanya bu Renggo heran.

“Rehan perhatikan Jihan sangat lemas. Kasihan nanti bayi yang ada di dalam kandungannya.”

Rehan sangat mengkhawatirkan kesehatan Jihan.

“Besok mama tanya dulu dia, mau apa nggak. Tapi kalau dia nggak mau gimana Rehan?” tanya bu Renggo lagi.

“Kalau dia nggak mau, ya udah kita panggil aja bidan ke rumah biar meriksa kandungan Jihan. Karena bagaimana pun Jihan harus segera mendapat penangannan khusus dari dokter atau bidan Ma,” jelas Rehan begitu khawatir.

Tampak Rehan dan mamanya sangat perhatian pada Jihan yang baru saja mereka kenal. Rehan yang awalnya tidak sepenuhnya percaya pada Jihan karena baru dikenal, tapi ketika melihat Jihan sholat tahajud perasaan Rehan berubah. Dia mulai percaya sepenuhnya pada Jihan kalau yang diceritakan Jihan adalah benar.

Dari sikap Jihan, Rehan bisa membaca kalau Jihan adalah anak yang baik dan soleha bahkan saat berada di dekat Jihan tiba-tiba Rehan merasakan getaran yang berbeda dari biasanya.

“Rehan, besok atau lusa kalau Jihan sudah tenang, kita antarkan dia pulang ke rumahnya ya?”

“Kalau dia nggak mau gimana Ma?” tanya Rehan lagi.

“Pasti dia mau. Orang tuanya juga pasti akan mencarinya.”

Mendengar perkataan mamanya Rehan merasa bingung. Dia merasa berat harus memulangkan Jihan ke rumahnya karena Rehan sudah mulai nyaman berasa di dekat Jihan.

Terpopuler

Comments

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

ngopi author

2023-05-20

0

Teh Yen

Teh Yen

ini knp tokohnya jd berubah jihan.smaa.rehan trus Bu Renggo ,,,gmn sih Thor apa ada yg kelewat aku bacanya yah 🤔🤔🤔jd bingung gini

2023-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!