Selamat baca guyss
❤️❤️
***
Ibra masih berbaring terlentang di ranjang. Menatapi bola lampu yang masih hidup tergantung di langit-langit kamar. Sesekali ia menoleh ke arah Fatih yang sudah tertidur memunggunginya.
Rasa keingintahuannya tentang kedatangan Fahmi terus membuih hebat. Namun ia merasa, Fatih akan marah dan mengingatkan tentang kesepakatan kemarin malam.
"Kenapa aku ingin tahu sekali tentang hidup kamu ?"
Ibra pun mulai memiringkan tubuhnya untuk menatap jelas punggung kepemilikan Fatih. Piyama yang tipis, masih terlihat tidak ada kain pengikat bra disana.
Ia masih menatapi wanita ini yang belum ia kenal sama sekali. Lalu menikah dan tidur seranjang. Tidak melakukan aktivitas apapun, kecuali hanya saling diam. Mereka tidak saling benci, namun mereka masih belum bisa menerima kehadiran masing-masing.
Tak lama kemudian, Fatih memutarkan tubuhnya ke belakang tepat dihadapan Ibra yang masih menatap Fatih dengan tangan melipat dibawah pipi. Fatih hanya bergumam tidak jelas, ia tetap memejamkan matanya dan kembali tertidur pulas.
"Cantiknya kamu.."
Dengan leluasa Ibra melihati wajah Fatih dalam-dalam. Wajah polos yang sudah bebas dari serangkaian make up menghiasi.
"Wajahnya halus, bersih dan putih.."
"Bulu matanya lentik sekali.."
"Hidungnya kecil, tidak terlalu mancung.."
"Bibirnya tipis..."
Ibra terus mengabsen bentuk indera yang terdapat dalam wajah Fatih. Ia memuji-muji sedari tadi.
Ibra adalah lelaki normal, apalagi umurnya sudah terbilang tidak muda lagi. Sebelumnya ia pernah mengarungi bahtera rumah tangga bertahun-tahun dengan Jihan. Tentu ia tahu perasaan apa yang sekarang sedang muncul didalam jiwanya.
Seketika tubuhnya menegang. Lebih tepatnya inti dalam tubuh Ibra begitu saja naik dan bangun. Apalagi tanpa sengaja, Ibra melihat belahan dada Fatih yang tersembul sedikit dari dalam piyama dan ujung buah dada yang terlihat samar-samar merengkuh pandangannya.
Ibra mengerjipkan kedua matanya. Untuk berhenti berfikir kearah sana. Ia tidak akan menyentuh Fatih.
"Tapi kenapa aku tidak boleh menyentuh kamu? Bukannya kamu sudah menjadi istriku?"
Sulutan panas meraung-raung dalam benaknya. Apa yang ia fikirkan sungguhlah benar.
"Tapi tidak! Kita tidak saling mencintai, hubungan kita ini hanya seperti pelarian saja!"
"Aku dan kamu ingin melupakan masalah kita berdua dimasa lalu. Jika kita sudah sembuh, maka kita bisa berpisah untuk mencari kebahagiaan masing-masing."
Lalu.
"Kamu belum tidur, Mas?"
Suara Fatih yang tiba-tiba saja muncul sontak membangunkan Ibra yang sedang menatapnya dalam lamunan.
Ibra langsung salah tingkah.
Tanpa menjawab ia langsung membaringkan tubuhnya kembali terlentang. Menaruh kedua tangannya diatas dada. Kemudian memejamkan matanya dengan terpaksa.
Tiba-tiba, kedua matanya kembali terbuka. Ketika tangan kanan Fatih begitu saja terayun diletakan diatas perutnya.
"Kenapa?" tanya nya.
"Pijitin, Mas. Tangan aku keram. Seharian banyak mengetik!"
Ibra pun menuruti permintaan sang istri. Tunggu! Bagaimana bisa disebut istri. Jika Ibra saja belum mengenal sama sekali tentang Fatih. Wanita yang baru ia temui di hari bertepatan akad nikah mereka.
Walau kata ibu-ibu mereka. Ibra dan Fatih sudah saling mengenal walau dalam masa lampau. Masa anak-anak yang sudah terlupa dalam memori mereka.
Fatih membuka kedua matanya kembali.
"Kok berhenti Mas?"
Lagi-lagi Ibra melihati wajah Fatih kembali dan ia pun terjerat dalam lamunan.
"Mas?"
"Eh---ii---yaa--" jawabnya terbata-bata lalu menolehkan kembali wajahnya untuk menatap lampu, kedua tangannya masih memijiti tangan Fatih.
"Kamu kenapa si, Mas? Nggak bisa tidur ya?Apa kamu lapar? Mau aku buatkan apa?"
Ibra hanya menggeleng terus memijiti tangan istrinya.
"Kamu jangan sungkan untuk memintaku dalam hal apapun, aku kan istrimu, sekarang." ucap Fatih dengan senyuman lembut, terus menikmati sensasi pijitan Ibra dipergelangan tangannya.
"Benarkah?" Ibra menimpali ucapan itu dengan reaksi berbinar.
"Iya, benar. Sekarang kamu mau apa?Aku akan membuatkannya untukmu!"
"Saya ingin spageti, apa kamu bisa--"
"Bisa! Tunggu sebentar, aku akan membuatkannya untukmu." Fatih memotong cepat ucapan Ibra, ia pun bangkit dari ranjang dan berjalan menuju dapur.
Ibra pun memilih untuk mengikuti langkah istrinya kesana. Ia memilih duduk di meja makan untuk melihati Fatih ketika memasak spageti untuknya.
"Kamu bisa juga memasak?" celetuk Ibra mengagetkan Fatih yang masih berlalu lalang didepan kompor untuk menyiapkan bumbu-bumbu.
"Loh Mas, kenapa kesini? Tunggu saja aku di kamar, apa kamu mulai rindu ya kalau ditinggal sama aku, hahahaha." Fatih menggoda Ibra.
Rindu? Mungkin, sebentar lagi.
"Bisa aja kamu. Saya cuman ingin memastikan supaya kamu tidak salah dalam menaruh bumbu-bumbunya nanti."
"Ahh...bumbu apa?Ini kan spageti instan, tinggal masak lalu taburkan bumbu jadi diatasnya---"
Kening Ibra kembali berkerut-kerut.
"Aneh ya, kenapa juga ada spageti instan dirumah, perasaan saya nggak membelinya."
"Aku yang membelinya. Sengaja aku stock, takut kamu ingin. Di kulkas juga sudah ku sediakan beberapa cemilan dan minuman segar. Sebelum pulang ke rumah aku berbelanja sedikit ke supermarket."
"Berapa total belanjanya, biar saya ganti."
"Nggak usah, Mas! Kita kan bisa gantian nanti,"
Ibra hanya mengangguk dan terus memperhatikan Fatih yang kembali sibuk memasak spageti untuknya.
Tanpa menunggu lama, spageti instan itu pun tersaji dengan cepat di hadapan Ibra saat ini.
"Hanya aku? Kamu nggak makan?" Ibra melihat hanya ada satu piring di meja.
"Makanlah Mas, aku sudah kenyang."
"Apa mau aku suapi?"
"Nggak Mas, kamu aja!"
Ibra mulai menikmati spageti nya suap demi suap. Fatih dengan sabar tetap menemaninya dimeja makan.
"Tuh kan kamu lapar, kenapa ketika sepulang kerja kamu bilang sudah kenyang?"
"Habis kamu juga tidak mau makan malam kan? Saya malas jika makan sendirian."
"Iya sih aku memang sudah kenyang, karena tadi siang terlalu banyak makan."
"Makan siang...dengan Fahmi?"
Jag.
Hati Fatih bergemuruh. Mengapa Ibra tiba-tiba menanyakan hal seperti ini. Kedua bibirnya terkatup sekejap.
"Jaga jarak dengannya, kamu sudah bersuami sekarang. Apa kata orang, jika melihat kamu dan dia berduaan diruang kerja!"
Fatih terus mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut Ibra. Terlihat lelaki itu mengucapkan dengan sedikit tekanan walau tidak dengan nada tinggi. Ibra terus mengoceh tak henti-henti.
"Ada yang aneh, dengan Mas Ibra !"
***
Like dan komen ya guys🖤❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
mas Ibra cemburu ya ? 🤭
2023-01-21
0
Putri Minwa
semangat terus thor jangan lupa mampir di
2022-10-14
0
Ika Sriwulandari
lanjutttt
2021-07-22
0