"Koaaakkkk, koaaaarrrkkk...!!!"
Krosak krosak
Prak prak... gubrak
Satria terkejut setengah mati. Hewan bersayap lebar itu tiba-tiba menabrak batang pohon dan... jatuh terkapar tepat dihadapannya.
Ukurannya yang super besar bahkan nyaris menyamai tubuh Satria membuat pemuda 21 tahun itu mundur dan jatuh terjengkang di atas tanah merah yang becek.
"Koak, kekkekkek..."
Kelelawar besar yang menyeramkan itu tampak berlumuran darah di bagian mulutnya.
Matanya menatap tajam ke arah Satria. Seolah memberi kode meminta pertolongan.
Tetapi Satria terlalu takut hingga fikirannya langsung teringat kepada dua kawannya.
"Ja_jangan-jangan..., jangan-jangan Fajar dan Yusman... tidak, tidak mungkin!"
Ia mulai berfikir ke hal yang buruk.
Satria membayangkan kalau dua temannya itu baru saja dimakan oleh makhluk besar yang mirip vampir penghisap darah.
"A_aaa, tidak mungkin! Tidak!"
Satria yang terduduk di atas tanah mundur dengan mengesot.
Matanya tetap mengawasi makhluk yang kini juga terkapar tanpa daya walaupun masih terus menatapnya penuh iba.
Darah segar terus menetes membasahi bibir hingga dada si kelelawar yang ditumbuhi bulu-bulu hitam nan lebat.
Satria berhasil bangkit. Ia berlari sekencang-kencangnya menjauh dari tubuh kelelawar yang terkapar penuh darah.
"Hah hah hah, ya Allah ya Tuhanku! Ada apa ini! Dimana Aku ini! Dimana Fajar dan Yusman!? Hik hik hiks..."
Satria yang ketakutan sampai tak sadar terisak menangis.
Matanya nanar mencari pintu gerbang hutan Hitam dan lubang besar bening yang seperti cermin tembus pandang itu.
Dia berlari terus tak berani menoleh ke belakang.
Hingga sandal gunungnya tiba-tiba lepas sol-nya dan Satria kembali tersungkur jatuh terjelembab.
"Hik hik hiks... Tiooo, Tiooo!!! Fajaaaar, Yusmaaan!!!" pekik Satria meneriakkan nama ketiga temannya.
Satria yang kotor seluruh pakaiannya akibat jatuh beberapa kali di tanah becek bekas air hujan bangkit lagi dan berjalan cepat tanpa alas kaki.
Matanya menatap tajam ke arah bundaran besar bening yang tadi Ia lihat di awal.
"Ah, syukurlah! Lubang itu, lubang itu masih ada!" ujarnya dengan wajah sumringah.
Tetapi baru saja Ia bergembira tiba-tiba, ternyata ada dua bundaran bening yang sama. Satria menoleh kiri dan kanan. Ia sulit membedakan mana lubang besar yang tadi Ia lewati.
Hingga akhirnya Ia kembali menangis seperti anak kecil.
Tiba-tiba,
Jeleggerrr...
Petir besar menyambar satu pohon mahoni yang terbesar hingga memercikkan api dan membakar pohon tersebut.
Satria berteriak ketakutan.
"Ya Tuhaaan! Mamasa, Papaaa... Tolong Satriaaa!!! Hik hik hiks..."
"Seperti bocah yang tidak punya malu, Satria menangis dengan berjongkok. Kedua tangannya menutupi wajah dan sesekali melihat ke depan tepatnya pohon besar yang kini terbakar.
Satria kembali menoleh ke arah lubang besar, namun...
"Mana lubang besar tadi? Mana? Ehh?? Dua-duanya hilang!!!" pekiknya semakin ketakutan.
Satria kembali berdiri dan mundur beberapa langkah.
Diedarkannya pandangan. Berharap lubang besar yang tadi Ia lewati segera terlihat lagi.
"Please ya Allah! Tolong berikan aku jalan!!!" pintanya pada Sang Pencipta Alam Semesta.
Tapi setiap kali Ia berputar, bahkan sampai dilakukan beberapa kali, tetap saja lubang itu tak terlihat.
Satria mencoba mengucek-ucek matanya. Tak ada yang nampak. Hanya pohon-pohon besar yang berdiri kokoh dengan latar belakang daun rerumputan yang tinggi dan tumbuh tak beraturan.
Hari mulai sore. Matahari pun semakin tenggelam kembali ke peraduannya.
Satria semakin cemas dengan dirinya serta dua temannya yang tersesat dan belum Ia ketemukan.
Cit cit cit.
Satria menoleh ke arah suara itu.
Kelinci?
Satria teringat ucapan Tio. Fajar dan Yusman masuk hutan Hitam ini karena mengejar seekor kelinci Anggora jenis langka.
Dan kini Ia melihat kelinci bertubuh besar serta berbulu lebat warna putih polos.
Harapannya, semoga Ia bisa menemukan Fajar dan Yusman setelah berhasil mengejar kelinci tersebut.
Satria mengendap-endap.
Ia berjalan perlahan mencoba untuk menangkap kelinci yang sangat cantik tersebut.
Dan...
"Agh, hampir saja!" gumamnya kesal pada diri sendiri.
Satria tersadar, ternyata kini Ia telah berada di tempat yang berbeda dari yang sebelumnya.
Kini tempat yang Ia lewati jauh lebih hangat karena ada tanah lapang yang luas terhampar sehingga sinar matahari sore masih bisa terlihat dengan begitu indahnya.
Satria berdecak kagum. Senja mentari yang berwarna jingga merona begitu menakjubkan. Lupa pada kelinci yang tadi dikejarnya.
Tapi seketika Ia kembali terbelalak kaget mendengar suara erangan.
"Uhh uhh uhh... aaarrrggh!"
Matanya melotot tidak berani berkedip.
Ada sekitar lima makhluk kelelawar besar yang juga rebah tak berdaya di atas rerumputan dengan mulut penuh darah. Sama seperti yang tadi.
Kaki Satria seperti dipaku. Sehingga Ia tak mampu angkat kaki dan pergi dari tempat yang mengerikan ini.
Hingga tiba-tiba,
Satria melonjak kaget sekali.
Satu tangan memegang bahunya dengan kuat. Dan ternyata, satu spesies yang sama dengan makhluk aneh itu juga terhuyung dan mulut bercucuran darah.
Gubrak.
Makhluk itu jatuh dihadapan Satria sambil menggenggam tangannya erat. Hingga nyaris saja Ia ikut terjatuh.
Satria mundur beberapa langkah.
Tubuhnya bergetar hebat karena rasa takut yang besar.
Ia memegangi kepalanya.
"Tuhaaan!!! Bangunkan Aku dari mimpi buruk ini, ya Tuhaaan!!!" pekiknya sembari memukuli kepalanya berkali-kali. Berharap ini semua hanyalah mimpi. Dan Ia segera bangun dari tidur panjangnya yang mengerikan.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
merinding aku
2023-05-07
0
lina
kabuuuur ada hantu
2023-05-05
0
ExNiceBoy
novel baru bubun💪✍
2023-04-06
0