Episode Ketujuh Belas (Keberhasilan Menjalankan Misi)

Malam itu, kesepakatan pun didapat.

Satria boleh mengawasi jalannya pengiriman senjata pamungkas yang dikirimkan pihak prajurit keamanan Kota Gaib kepada para pengikut klan Jin yang menunggu di pintu perbatasan portal.

Tidak semua prajurit bisa melewati pintu dimensi dunia lain meskipun sebenarnya mereka masihlah makhluk sejenis. Yakni makhluk yang tak kasat nyata.

Begitu pula dengan pengikut Angku yang tidak banyak makhluk jin dan siluman yang bisa keluar masuk dari alam lelembut ke kota gaib, begitu sebaliknya.

Otomatis hanya beberapa saja diantara mereka yang bisa menjadi perantara pembawa senjata pamungkas untuk melawan iblis dalam peperangan kudeta kepemimpinan yang terjadi di alam lelembut.

"Ratu, izinkan Aku ikut menjadi kurir pembawa senjata. Kumohon, Ratu Nicaula!" pinta Satria dengan suara merendah.

"Tidak. Aku sudah bilang, kamu hanya jadi pengamat saja!" tolak Nicaula dengan wajah serius.

"Ratu. Bagaimana mungkin Aku tega melihat pasukan Angku bekerja bolak-balik tanpa turun tangan membantu mereka meskipun hanya sebentar?"

"Tunggu! Kamu sudah berjanji akan menjadi pasanganku, Satria!" sela Nicaula dengan suara lantang.

"Ratu..., ini hanyalah sebagai sebuah balas budiku pada Angku jin keturunan Azzazil. Sekali ini saja."

"Apa kamu tidak akan mengkhianatiku?"

Satria tergagap.

Ia adalah pribadi yang jujur meskipun kadang agak lumayan bandel dan suka hal-hal yang melenceng.

"Baiklah, Aku izinkan. Tapi..., kamu sudah kutandai dan tak akan bisa lepas dari ku wahai anak manusia!"

Satria tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Ia segera mengambil beberapa pucuk senjata mirip pistol laras panjang tapi kedap suara dan tampilan yang lebih canggih karena baru akan ada di abad ke-22 nanti.

Satria pura-pura membantu para prajurit dengan kesungguhan hati.

Tetapi dibalik itu, ada niatan tersembunyi yaitu kabur melarikan diri dari pernikahan yang akan digelar antara dirinya dengan ratu Iblis itu.

Satria tidak ingin menikah dengan makhluk halus yang diingatannya itu adalah makhluk menyeramkan. Meskipun di kota gaib semua terlihat cantik dan menawan, tetapi Satria bukanlah manusia yang lemah iman sampai terbawa dan tertarik pada dunia kota gaib yang misterius dengan kecanggihan serta kehebatan teknologinya yang luar biasa.

Dengan segenap kekuatan yang Satria miliki serta bantuan doa yang Angku berikan, Satria bolak-balik keluar masuk lorong portal teleportasi dimensi dunia lain.

Berkali-kali masuk lorong labirin yang mirip gorong-gorong berwarna-warni itu sempat membuat Satria oleng dan nyaris pingsan tak sadarkan diri. Hingga,

Satria! Satria! Bersiaplah! Fokus, fokus! Aku akan menarik rohmu dengan kekuatan supranatural yang sangat besar agar tersedot dari lorong labirin kota gaib. Sehingga kau bisa bebas keluar dari kota itu.

"Ah!?!"

Satria kembali kuatkan diri dan hatinya dengan keinginan terlepas dari kungkungan Ratu Iblis bernama Nicaula.

Sekali putaran lagi.

Nicaula yang awalnya sempat mencurigai Satria kabur, sedikit lengah karena pria yang disukainya itu bolak-balik keluar masuk sambil membawa serta senjata-senjata yang diberikan estafet kepada Angku jin keturunan Azzazil dan pasukannya di pintu perbatasan portal.

"Tapassa Lalacibolala! Tapassa Lalacibolala! Tapassa Lalacibolala!!!"

Duarrr duarrr duaarrr

Bledarrr

Srelek srelek srelek...

Kerlap!

Kerlap.

Bledarrrrrr

Ledakan hebat tak bisa dihindarkan.

Pintu portal yang berbentuk seperti lingkaran raksasa besar itu seperti longsor dan tertutup semua lubangnya. Tiada yang tersisa. Hanya Satria yang termangu dengan kedua pangkal lengan dipegangi oleh Batomen dan makhluk siluman sebangsanya.

"Hurreaa! La sussa Fabiola!!! Hurreaa! (Horeee! Pintu portal tertutup tepat pada waktunya!!! Horeee!)"

Sorak-sorai pasukan makhluk siluman kelelawar dan jin-jin keturunan Azazil melihat ledakan terakhir yang paling besar berhasil menghancurkan pintu labirin portal penghubung alam lelembut dengan kota gaib.

"Selamat tinggal, Nicaula! Maaf, maaf. Kita berbeda alam. Kau dan aku, tidak akan pernah bisa bersatu apalagi menikah!" ujar Satria pada dirinya sendiri.

Satria dipangku sejumlah makhluk siluman yang bereforia bahagia penuh kemenangan laksana Satria adalah pahlawan perang padahal semuanya itu belum dimulai.

Dengan senyuman lebar, pemuda yang aslinya adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas swasta ternama di Ibukota berumur 21 tahun itu diarak pulang oleh pasukan makhluk tak kasat mata pro jin Angku.

Para siluman kelelawar yang dipunggungnya terikat senjata-senjata pamungkas itu bersiap pulang ke kumpulan mereka.

Wuuuss

Wuuuss

Sleberrrr

Wusss

Satu persatu dari mereka menjadi pembuka jalan menuju markas besar mereka yang dijaga seorang makhluk tinggi besar, tegap dengan wajah laksana singa Jantan bernama Angku.

Angku menyambut Satria beserta pasukannya.

Misi mereka berhasil.

Ribuan senjata pamungkas yang akan jadi hadiah istimewa peperangan mereka melawan prajurit iblis, setan dan demit di perang kudeta telah berada di tangan.

Setidaknya mereka masih bisa menjaga agar kiamat tidak secepat itu juga datang meskipun esok atau lusa pasti datang. Sebab kiamat hanyalah Allah SWT yang tahu kapan waktunya tiba.

Angku sangat berperan penting dalam menjaga kestabilan hidup serta keseimbangan dunia nyata dan dunia alam gaib agar terus terjaga kerahasiaannya.

Ada banyak juga kekesalan Angku kepada pihak Raja Satan yang tetapi membenci manusia, namun mereka juga dengan gampang dan mudahnya memberikan gambaran serta rahasia alam gaib yang seharusnya terus jadi misteri sampai akhir dunia nanti.

Iblis sangat labil dan tidak konsisten ditengah-tengah keinginannya berkudeta menggulingkan kekuasaan jin tertinggi yakni Azzazil agar turun tahta dan golongan iblis setan menggantikan kedudukannya itu hingga kiamat segera tiba.

Iblis juga merasa pasukan jin terlalu lembek mengamankan dunia alam lelembut sehingga para manusia kian arogan membabi-buta membumi hanguskan tempat-tempat tinggal mereka yang aslinya jauh dari pemukiman penduduk manusia.

Jika hal ini dibiarkan, kemungkinan klan setan akan kesulitan berkembang biak dan perlahan musnah.

Itu sebabnya, ada alam lain yang sebagian mereka bangun, seperti kota gaib yang dibangun untuk komunitas para makhluk bunian. Makhluk setengah manusia setengah setan yang memang lebih memilih kebebasan hidup tanpa terikat hukum serta peraturan Tuhan dalam menegakkan syariat agama yang menurut mereka adalah aturan yang sangat ketat juga membosankan.

Sebenarnya kota gaib ini awalnya dibangun untuk kepentingan bangsa alam lelembut dalam hal memerangi kaum manusia agar punah keturunannya berganti menjadi kaum iblis setan dengan wujud sempurna para manusia yang pro dengan kebebasan iblis dan setan tanpa batasan.

Tapi nyatanya, kebebasan itu memang bablas tanpa batasan.

Setelah kota gaib jadi dan dihuni kaum makhluk astral milenial, mereka justru cenderung memajukan teknologi untuk kebebasan tanpa batas hidup mereka yang lebih hakiki tanpa memihak peperangan.

Mereka membuat pintu portal yang sewaktu-waktu bisa dibuka tutup dari pihak kota gaib. Dan hanya orang-orang yang memiliki kemampuan lebih yang bisa melihat dan masuk kedalamnya.

Serta hanya segelintir orang berkemampuan yang bisa kembali keluar dari sana. Bahkan beberapa puluh tahun belakangan ini, nyaris tidak ada.

Satria tertawa bahagia, Angku memeluknya erat-erat karena keberhasilannya.

"Selamat! Kamu benar-benar manusia pilihan yang hebat! Tidak salah Aku memilihmu menjadi utusan pembawa misi!"

Satria menyeringai.

"Terima kasih juga, Angku! Telat sedikit saja, hancur lebur jiwa ragaku menjadi pasangan Ratu Nicaula di kota gaibnya yang luar biasa. Hehehe..."

"Aku sempat berfikir kalau kau sama seperti manusia muda pada umumnya. Yang pastinya tertarik dengan keindahan mata yang sempurna. Ternyata, Aku telah salah menduga. Terima kasih, Satria!"

Keduanya saling berangkulan lagi.

Hingga tiba-tiba,

Bledarrrrrr

Bledarrrrrr

Petir menyambar bersahutan.

Satria menoleh ke atas langit malam yang gelap gulita tanpa bintang-bintang.

"Perang sudah dimulai! Bersiaplah untuk misi selanjutnya, wahai Anak Muda yang gagah perkasa!"

"Bagaimana jika Aku mati dimedan pertempuran, Angku?" tanya Satria cemas juga

Gelengan kepala Angku si penguasa kegelapan alam lelembut membuat hati Satria yang meremang agak lega.

"Disini kamu tidak bisa mati. Kecuali kalau kau memang ingin mati seperti dua kawanmu yang menolak kembali ke alam dunia!"

"Fajar dan Yusman??? Mereka telah meninggal dunia karena keinginan sendiri? Aku lihat Fajar dibunuh oleh makhluk seram yang sepertinya sebangsa dengan siluman kelelawar!"

"Dia adalah Tapassa, siluman kelelawar yang membelot demi sebuah jabatan penguasa di daerah bagian kawasan hutan Hitam!"

Satria lemas lutut mendengar Fajar yang lebih dulu di bunuh dan Yusman ternyata telah meninggal dunia tanpa sempat Ia tolong.

Lesu lemah lungkai seketika.

To be Continued

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!