🍂🍂🍂🍂🍂
"SenSen sudah pulang dari rumah sakit, Ra?" tanya Appa Reza pada Khumairahnya yang baru saja masuk kedalam kamar mereka.
"Sudah, sore tadi." Melisa menjawab sambil memeluk suaminya dari belakang, punggung itu selalu nyaman untuknya meski kini keduanya sudah memiliki cucu hasil dari ketiga cebong semburan belalai gajah.
"Aku takut SenSen trauma sama kejadian ini, Mas."
"Tentu, Ra. Ini tak mudah. Kita harus mendampingi anak itu," ujar Appa Reza yang tak kalah khawatir nya.
Sebagai cucu paling kecil, tentu pria baya itu sangat cemas dengan psikologis Senja. Ia memang tak terlalu manja bahkan mandiri dan bisa menjaga diri tapi jika di hadapkan dengan kasus tabrakan hingga menewaskan korbannya tentu ini adalah hal luar biasa bagi gadis itu.
Meski semua sudah di urus dengan sangat baik secara kekeluargaan tapi bukan berarti luka kehilangan pihak keluarga korban akan hilang, dan semua paham akan hal itu. Senja pun pasti demikian, ia akan terus dibayangi rasa bersalah seumur hidupnya.
"Untung ada pria baik, teman Senja yang nolong ya, Mas."
"Hem, anak keturunan Bramasta, Pangeran," jawab Appa Reza sambil memutar tubuhnya agar ia bisa mendekap tubuh yang selama ini selalu menghangatkan malam harinya di atas ranjang.
"Aku dari pertama denger kaya gak asing nama Pangeran, Mas. Kaya gimana, gitu ya?" tanya Melisa yang masih sangat penasaran seperti ada sesuatu dalam hatinya tapi entah apa hingga ia tak bisa mengungkapkannya hingga detik ini
Appa Reza hanya tersenyum kecil, ia ciumi pucuk kepala istrinya berkali-kali dengan penuh rasa cinta yang luar biasa hebat.
Cek lek
"Appa Dede.... " panggil Samudera yang di tarik tangannya oleh Air
"Papahnya PapAy ya!" oceh Bayi Buaya cengeng kesayangan Jan Hujan deres takut petir.
"Bodo! yang penting itu Appanya Dede. PapAy gak punya ya? kasian deh," ledek Tutut markentut yang hanya bisa membuat Appa dan Ammanya menggelengkan kepala.
"Pah, bangunin Singa dong. Ngeledek nih anak!" pinta air yang kesal karna Oppanya sudah lama tak ada.
"Yakin bangunin? bersin nih bentar lagi," jawab Appa Reza yang langsung membuat Air dan Samudera terlonjak karna takut.
.
.
.
Ketiga pria tampan beda generasi itu pun kini duduk di sofa dengan Samudera tetap dalam pelukan Sang Gajah seperti biasa padahal jelas putra mahkota itu susah punya anak dan istri.
"Pangeran itu temen sekolah SMA SenSen sama Awan, Appa. Pernah di ceritain kok," jelas Samudera.
"Dia baru pulang dari luar negeri. Setelah lulus sekolah ia langsung kuliah dan mengurus perusahaan Bramasta yang ada disana. Pangeran masuk jajaran pengusaha muda sukses, Pah." sambung Air yang sudah tahu tentang pria yang kata adiknya selalu menemani Senja selama di rumah sakit.
"Dia juga baru pulang kesini, kurang lebih dua bulanan," tambahnya lagi dengan tangan tetap melipat di depan dada.
Reza masih bergeming, ia memang sudah tahu akan hal itu bahkan lebih dari yang anak dan cucunya sampaikan barusan. Tapi belum bisa ia utarakan karna ini menyangkut tentang sebuah Rasa di masa lalu.
"Yakin Pangeran dan SenSen cuma berteman?" tanya Appa Reza pada putra sulungnya.
"Hem, kata Abang Langit sih gitu, tapi dulu Pangeran sempet suka sama SenSen," jawab Air yang mendapat cerita tersebut dari adik iparnya.
"Oh, tapi sekarang enggak kan?"
"Entah," sahut Samudera.
"Emang kenapa? lagian kata Abang sama Adek kayanya Pangeran masih suka, SenSen juga ngerespon baik. Jodohin aja, Pah," saran Air.
"Apa yang di jodohin, orang Pangeran----," ucap Appa Reza yang seakan enggan meneruskan perkataannya barusan.
"Kenapa sama Pangeran? jangan macem-macem bilang Mak Othor, Pah. Nanti Papah makin gak mau cium," kekeh Air dan juga Samudera bersamaan.
.
.
.
Justru itu, ini tuh Pilihan yang sulit antara SenSen dan sebuah ciuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
DESNELLY
kok kurang faham maksut ceritanya ,,,🙏🙏
2024-01-26
3
Yuli Indri
masih kurang ngerti sih peran² yg ada d keluarga sensen,aku msh ngrasa pabeulit aja gitu
2023-09-01
0
Happyy
😚😚
2023-07-02
2