BAB 11

Suasana sarapan pagi hari di rumah Rama terlihat sepi. Ratna malas jika harus masak sarapan dan memilih makan bubur seorang diri di depan komplek. Begitupun dengan Mira, ia memilih membeli sarapan di luar bersama suami dan anaknya sekalian mengantar anaknya sekolah.

Sementara itu Tiara bangun karna perutnya merasa lapar. Kehamilannya membuat dirinya mudah sekali lapar. Tiara keluar dari kamar tamu dan tidak melihat ada satu orangpun berada di dalam rumah itu, lalu Tiara mendekat ke arah kamar Rama untuk mengetuk pintunya.

"Ram.. Rama..." Panggil Tiara sambil mengetuk pintu kamar Rama.

Rama yang baru memejamkan matanya jam dua pagi, terpaksa membuka matanya dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa?" Tanya Rama dengan malas.

"Aku lapar."

"Masak sendiri." Jawab Rama ketus.

"Inikan bukan rumah aku, mana berani aku lancang masak begitu saja di dapurmu. Lagi pula aku juga tidak bisa masak."

Rama memijat pelipisnya, "Minta saja sama Ibu dan Mbak Mira."

"Tidak ada orang di rumah, Ram. Ayolah aku lapar, anakmu membuatku lapar sekali." Kesal Tiara membuat Rama mendengus kesal juga.

Rama berjalan ke arah dapur, dipikirnya mungkin sang Ibu atau kakaknya sudah menyiapkan sarapan. Namun Rama tak menemukan satu piringpun tersaji di atas meja makan. Rama menghembuskan nafas kasarnya, ia kembali melihat ke arah Tiara.

"Tidak ada apapun disini." Kata Rama.

"Lalu aku bagaimana?"

"Aku akan membelikanmu makanan di luar, tunggu saja dulu di rumah."

Dengan terpaksa Rama keluar mencari makanan untuk Tiara, jika bukan karena Tiara sedang hamil, Rama malas menuruti permintaannya. Rama melakukan hal ini hanya semata mata karena anak yang sedang Tiara kandung itu adalah darah daging Rama.

Rama berjalan keluar rumah karena rumahnya berada di blok depan dan dekat dengan para penjual yang sedang mangkal.

"Bang bubur satu." Kata Rama pada penjual bubur.

"Rama..." Ratna yang hendak membayar satu mangkok bubur melihat Rama.

"Ibu, ngapain disini?"

Sarapanlah, masa jualan." Jawab Ratna sekenanya.

"Ya sudah karna ada kamu disini, bayarin bubur Ibu sekalian, Ibu pulang duluan." Ucap Ratna tanpa rasa bersalah kemudian meninggalkan Rama di tukang bubur.

Selesai membeli bubur, Rama bergegas kembali pulang. Hari ini ia akan kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan Ayesha. Hatinya sungguh tidak karuan apalagi setelah tau jika Ayesha mengalami keguguran. Bahkan Rama belum membuat perhitungan dengan Mira karena pagi pagi Mira sudah berangkat mengantar anaknya sekolah.

"Ini, makan." Kata Rama memberikan plastik berisikan bubur.

"Mangkuknya dimana?"

"Di dapur ada rak piring, carilah disana." Kesal Rama kemudian Rama ke kamar untuk membersihkan diri untuk pergi ke rumah sakit.

Tiara mencoba mencari mangkuk dan menemukannya, ia segera menuangkan bubur ke atas mangkuk dan melahapnya. Setelah makan bubur, Tiara meninggalkan mangkuk kotornya begitu saja di atas meja makan dan hendak kembali ke kamar, namun ia melihat Rama yang sudah bersiap akan pergi.

"Kamu mau kemana, Ram?"

"Melihat keadaan Ayesha."

"Untuk apa lagi dilihat?" Sahut Ratna, "Sudah Ibu bilang anak itu bukan anakmu."

Rama memejamkan matanya menahan emosi, ingin rasanya menceritakan asal usul Ayesha sebenarnya, namun Rama tidak mengatakannya karena merasa semua akan percuma. Apalagi dirinya belum bisa memastikan nasib pernikahannya bersama Ayesha, masih lanjut atau memang tidak dapat di pertahanlan lagi. Namun sebisa mungkin, Rama akan mempertahankan rumah tangganya bersama Ayesha.

"Ram, lalu kapan kita menikah? Kandunganku akan semakin kuat dan membesar, jika memang kamu tidak mau menikahiku, lebih baik gugurkan kandunganku, aku tidak mau terbebani oleh anak ini nantinya." Kata Tiara mengancam.

"Beri aku waktu, Ra. Dan jangan gugurkan kandunganmu." Pinta Rama.

Rama tidak ingin kehilangan calon dua anaknya sekaligus. Rama tetap akan membujuk Ayesha untuk kembali dan menerima pernikahannya dengan Tiara juga menerima bayi yang di kandung Tiara. Rama yakin ketulusan hati Ayesha akan membuat Ayesha bisa menerima semuanya.

"Sampai kapan, Ram?"

"Aku bilang beri aku waktu." Tegas Rama kemudian Rama segera pergi dengan mobilnya untuk menemui Ayesha.

"Kandunganmu memang sudah berapa minggu?" Tanya Ratna setelah Rama pergi.

"Belum tau, Bu. Baru tespek saja belum periksa." Jawab Tiara.

Tiba tiba perhatian Ratna dan Tiara tertuju pada sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya, lalu terlihat empat orang pria dengan pakaian serba hitam turun dari mobil suv berwarna hitam. Salah satu dari mereka dikenali oleh Ratna, yakni Egi karna hanya Egi yang tau bentuk tas milik Ayesha, karena itu Egi rela ikut untuk mengambil langsung tas milik Ayesha, meski Egi heran mengapa Ayesha masih memikirkan tasnya, bukankah nanti saat bertemu orang tuanya lagi Ayesha dapat memiliki banyak tas dengan berbagai nama brand terkenal? Egi hanya berpikir jika tas itu memiliki arti kenangan, karna tas itu Ayesha bawa dari rumahnya dulu saat pergi lima tahun yang lalu.

"Ngapain kamu kesini?" Sentak Ratna.

Egi tidak menggubris pertanyaan Ratna, ia mengedarkan matanya mencari letak kamar Ayesha dulu.

"Berpencar dan cari." Kata Egi dengan tegas kepada tiga anak buahnya.

Masing masing mereka masuk ke dalam kamar dan mengumpulkan tas yang berwarna hitam dari setiap kamar.

"Apa apaan kamu!!"

Egi mengeluarkan pistol dan mengarahkannya pada Ratna. "Diam kau!!" Sentak Egi dengan garang dan membuat nyali Ratna menciut seketika.

Tiara mendekat ke arah Ratna dan mereka saling berpelukan karna ketakutan.

"Gimana ini, Bu?"

"Ibu juga gak tau, Ra."

Tidak lama kemudian ketiga anak buah Egi mendatangi Egi kembali dan membawa dua buah tas berwarna hitam.

"Yang mana Bos?" Tanya Edo, salah satu anak buah Egi.

Egi langsung mengenali tas milik Ayesha dan mengambilnya satu dari tangan Edo. "Ayo..." Kata Egi kemudian Edo melempar tas yang bukan menjadi targetnya.

Tiara yang melihatnya hanya melongo saja, jelas itu bukan sembarang tas, tas keluaran lima tahun yang lalu dan limited edition, hanya ada 10 di seluruh negara dan Ayesha menjadi pemilik salah satu dari 10 tas itu.

Egi dan anak buahnya segera meninggalkan rumah Ratna dan kini Ratna bisa bernafas lega.

"Cuma ngambil tas aja sampai bikin jantungan." Kesal Ratna.

"Tapi tas itu bukan sembarang tas, Bu. Itu tas seri limited edition, jika dijual harganya bisa ratusan juta."

"Masa??"

"Iya, Bu. Rama hebat sekali bisa membelikan istrinya tas mahal." Kata Tiara mencebik, dalam pikirannya ia juga nanti akan meminta tas seperti itu pada Rama.

"Bisa aja itu KW beli di pasar senen seperti yang kamu beri ke Ibu."

Tiara hanya menghela nafasnya, sebagai seorang wanita karier dan mempunyai pergaulan sosialita pinggiran, ia cukup tau jika tas milik Ayesha itu Original.

Namun, ada pertanyaan mengganjal di hati Tiara, Siapa Ayesha sebenarnya?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aku tuh semangat kalo lihat komentar Rame kayak kemarin 🤗

Terpopuler

Comments

Yani Maria Hadiansyah Yani

Yani Maria Hadiansyah Yani

Ak jdi penasaran sama merck tas ayesha🤭

2024-04-23

1

MakBarudakh

MakBarudakh

Sosialita pinggiran
😂😂😂

2024-03-24

2

Bunda Titin

Bunda Titin

klo tau Ayesha anak orang kaya nyesel loe Bu Ratna udh memperlakukan Ayesha kyk pembantu.........🤨😤

2024-02-25

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!