BAB 3

Malam hari, Rama kembali pulang dari bekerjanya, ia melihat sang istri tengah melipat pakaian dan tak melihat ke arahnya ketika Rama masuk ke dalam kamar mereka.

"Yesha, dimana pakaian gantiku?" Tanya Rama pada Ayesha.

Tanpa banyak bicara, Ayesha segera mengambilkan pakaian ganti milik Rama dan memberikannya pada suaminya itu.

Rama menatap lekat Ayesha yang sedari tadi hanya menunduk, kemudian Rama menarik lengan Ayesha yang ingin melangkah pergi. Ayesha masih menunduk, Rama semakin lekat menatapnya dan satu tangan Rama terulur untuk mengangkat dagu Ayesha.

Rama mengernyitkan dahinya ketika melihat wajah Ayesha, mata sembab dengan dahi yang terdapat luka lebam juga sudut bibir yang terluka dan pipi yang masih merah.

"Siapa yang melakukannya?" Tanya Rama dengan geram.

Namun Ayesha hanya diam tidak menjawab.

"Katakan padaku siapa yang melakukan ini padamu?"

Ayesha menatap kedua mata Rama, "Apa perdulimu?" Tanyanya dengan sengit. "Kamu sendiri yang meninggalkanku dalam kondisi keluargamu yang sedang marah padaku." Kata Ayesha dengan mata merah menahan air matanya.

"Yesha, maafkan aku." Lirih Rama.

Yesha melepaskan cekalan tangan Rama dan perlahan menjauh ke tempatnya semula melipat pakaian. Ia memilih diam dan tidak ingin bicara apapun.

Rama berjalan mendekat ke arah Ayesha, "Yesha..."

"Pergilah, Mas. Biarkan aku sendiri." Kata Ayesha menahan gemuruh di dadanya."

Namun bukannya pergi melainkan Rama menarik tangan Ayesha dan keluar dari kamarnya, ia menghampiri Ibu dan Kakaknya yang sedang menonton televisi bersama.

"Siapa yang melakukan hal ini pada Ayesha?" Tanya Rama dengan nada membentak.

Ratna yang tak terima hal itu segera berdiri dari duduknya sambil bertolak pinggang, sementara Mira berdiri di belakang Ratna sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa apaan kamu Ram?" Tanya Ratna.

"Siapa yang memukuli istriku, Bu?" Tanya Rama dengan marah.

"Istrimu sekarang pintar mengadu ya? Lima tahun menikah bukannya segera melahirkan anak untukmu malah semakin pintar mengadu rupanya."

"Hentikan, Bu." Sentak Rama.

"Rama, berani sekali kau membentak Ibu hanya karena wanita miskin ini." Sahut Mira membela sang Ibu.

Rama mengusap wajahnya kasar, ia selalu saja kalah jika berhadapan dengan sang Ibu. Namun Rama tidak ingin lagi Ibu dan Kakaknya menyiksa Ayesha, karna itu Rama harus bertindak keras.

"Jika Ibu dan Mbak Mira terus menyakiti Ayesha, aku akan membawa Ayesha untuk pindah dari sini dan aku tidak akan lagi membiayai lagi kebutuhan rumah ini." Ancam Rama dengan tegas.

"Mana bisa seperti itu, Rama. Ibu ini tanggung jawabmu sebagai anak laki laki." Kata Ratna tidak terima.

Rama mengangguk, "Kalau begitu bersikaplah baik pada Ayesha." Rama melihat ke arah Mira. "Dan Mbak Mira, Mbak Mira disini hanya menumpang karena aku yang membiayai seluruh kebutuhan rumah ini termasuk makanan yang Mbak Mira dan suami juga anak Mbak Mira makan, jadi Mbak Mira jangan bersikap seenaknya sama Ayesha, Ayesha tidak ada kewajiban mencuci pakaian Mbak dan keluarga Mbak, jika Mbak tidak terima silahkan Mbak keluar dari rumah ini." Tegas Rama lagi.

"Berani sekali kamu sama Mbakmu ini, Ram. Ingat Ram, darah itu lebih kental dari pada air, hubunganmu dan Ayesha akan ada bekasnya sementara hubunganmu dengan Mbakmu ini tidak akan pernah ada bekasnya." Bela Ratna pada Mira.

"Aku tidak perduli hal itu, Bu. Aku tidak suka Ayesha mencucikan baju Mbak Mira dan keluarganya, jika Mbak Mira masih menyuruh Ayesha seperti itu, aku akan menyuruh Mbak Mira keluar dari rumah ini atau aku dan Ayesha yang keluar dari rumah ini dan tidak lagi membiayai rumah ini." Tekan Rama kemudian Rama menarik lengan Ayesha untuk kembali ke kamarnya.

Rama mendudukan Ayesha di tepi ranjang kemudian mengambil kotak obat. Ia mengoleskan salep untuk memar di dahi Ayesha dan luka di sudut bibir Ayesha.

"Maafkan aku belum bisa membahagiakanmu, Yesha." Lirih Rama.

Ayesha hanya diam, ia terlalu lelah untuk menanggapi permintaan maaf dari Rama, Permintaan Ayesha hanya satu, ia ingin keluar dari rumah mertuanya itu dan hidup tanpa tekanan dari mertuanya itu, namun Rama terlalu pengecut untuk melakukan hal itu dengan alasan jika tidak ingin meninggalkan rumah peninggalan mendiang ayahnya.

Waktu berlalu, Mira tidak lagi berani menyuruh Ayesha macam macam, tetapi Yesha tetap mencucikan baju milik mertuanya dan mengurus segala kebutuhannya itu.

Pagi ini Ayesha akan bersiap ke pasar karena akan membeli sayur mayur yang sudah habis, tiba tiba saja dirinya merasa mual dan pusing. Namun karena tidak ada yang memperhatikannya, Ayesha tetap berangkat ke pasar.

"Ayesha, Rama memberimu uang lebih ya?" Tanya Ratna dengan sengit.

Ayesha diam tidak membalas, Rama memang memberikan Ayesha uang lebih untuk membeli keperluan pribadinya.

"Mana sini uangnya, Ibu butuh untuk membayar hutang Ibu, nanti akan ada penagih hutang dan Ibu tidak pegang uang." Kata Ratna sambil menengadahkan tangannya.

"Tidak ada, Bu. Ini hanya uang untuk belanja saja." Jawab Ayesha menahan dompetnya.

"Jangan bohong kamu." Ratna menarik paksa dompet milik Ayesha. Dilihatnya uang yang lebih dari biasanya dan Ratna mengambilnya.

"Jangan diambil, Bu."

"Diam." Ratna mendorong tubuh Ayesha hingga Ayesha terduduk di sofa.

Ratna melempar kembali dompet milik Ayesha setelah dirasa uangnya hanya cukup untuk belanja kebutuhan dapur di pasar.

"Bu tolong kembalikan." Kata Ayesha memelas.

"Diam kau!!" Sentak Ratna. "Kau tidak ada hak untuk memegang apa lagi memakai uang putraku. Aku yang membesarkannya, aku yang menyekolahkannya hingga sampai seperti ini, kau dengan enaknya masuk ke dalam hidup Rama dan membuat Rama memberikan semuanya padamu." Ucap Ratna berapi api.

Ayesha hanya mengusap dadanya mendengar setiap kalimat menyakitkan dari mulut mertuanya itu. Dengan tertatih, Ayesha berdiri dan memungut dompetnya yang berada di lantai kemudian pergi ke pasar menggunakan ojeg langganannya itu.

"Mertua Mbak Ayesha galak ya." Egi mencoba memancing Ayesha untuk mengatakan hal jujur tentang keluarga suaminya.

Ayesha hanya tersenyum dan tidak menjawabnya. Lagi pula menurut Ayesha, sudah bukan rahasia umum jika mertuanya itu terkenal galak dan memiliki hutang dimana mana. Itulah sebabnya Rama tidak bisa meninggalkan rumah orang tuanya, Rama hanya ingin memantau terus ibunya yang suka berhutang atau bahkan berharap bisa menghentikannya. Namun nyatanya membawa Ayesha tinggal bersama ibunya membuat hidup Ayesha bagai di neraka dan menimbulkan masalah baru dalam rumah tangga mereka.

Ayesha sama sekali tidak mengatakan hal apapun pada Egi, baginya Egi hanya orang asing yang kini menjadi temannya, tetapi bukan berarti dengan menjadi seorang teman membuat Ayesha bisa terbuka meski hanya soal masalahnya sekalipun. Ayesha tetap menjunjung tinggi kehormatan keluarga suaminya itu.

Sebodoh itukah Ayesha? Ya, Ayesha memang bodoh karena bertahan sejauh ini dengan keluarga Rama.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aku masih tes pembaca dl ya, kalau responnya bagus, nanti senin mulai normal Dobel Up. Td nya mau di stop dl sampai abis lebaran baru di lanjut, tapi udah nanggung keluar 2 Bab 😁

Like, Koment, hadiah dan Vote sangat berarti untuk menaikan semangatku dalam menulis bab selanjutnya 🙏

Terpopuler

Comments

Syabariah BidolS

Syabariah BidolS

Esmosi aku loh othor dengan kelakuan mertuanya Ayesha. Pengen banget aku lempar ke panti jompo

2024-05-01

1

Gagas Permadi

Gagas Permadi

oon bin onon bgt si Ayesha sasssalaaaammm

2024-05-01

1

Yani Maria Hadiansyah Yani

Yani Maria Hadiansyah Yani

😡😡😡

2024-04-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!