BAB 6

Rama segera membawa Ayesha ke instalasi gawat darurat dan di tangani oleh dokter. Rama terlihat panik dan penuh penyesalan, ia tersadar saat menggendong Ayesha tubuh Ayesha terasa ringan.

"Yesha, maafkan aku." Lirih Rama.

Rama menyadari jika dirinya terlalu lama mengabaikan Ayesha, Rama juga baru menyadari sikap sang Ibu yang tidak menyukai Ayesha.

"Suami Ibu Ayesha." Panggil suster dan Rama berdiri menghampiri suster.

"Silahkan menghadap dokter." Ucap suster dan Rama segera masuk ke dalam ruangan dokter.

"Pak Rama."

"Iya, dok. Istri saya sakit apa?" Tanya Rama.

"Istri anda dehidrasi dan saya lihat begitu banyak tekanan. Tolong hindari stres karena itu tidak baik untuk ibu hamil." Kata dokter membuat Rama mengernyitkan dahinya.

"Hamil, dok?"

"Iya, istri anda hamil. Apa anda tidak tau? Bahkan usia kandungannya sudah cukup besar, masuk delapan minggu atau hampir dua bulan."

Rama mencoba mengingat jika dirinya sudah satu bulan ini tidak berhubungan suami istri dengan Ayesha.

"Apa ada yang ingin bapak tanyakan?" Tanya dokter yang melihat guratan ketraguan di wajah Rama.

"Begini dok, saya dan istri saya sudah lima tahun menikah dan kami belum dikaruniai seorang anak. Dam selama satu bulan ini saya tidak berhubungan suami istri dengan istri saya, jika seperti itu apa istri saya tetap bisa hamil?" Tanya Rama mengeluarkan kebingungannya.

Dokter itu tertawa, "Anda dan istri anda hanya satu bulan tidak berhubungan?" Tanya dokter dan Rama mengangguk.

Dokter mengeluarkan hasil lab dan usg milik Ayesha, "Disini terlihat jika kandungannya sudah berusia delapan minggu, itu tandanya, bisa jadi terakhir anda berhubungan dengan istri anda, istri anda sedang dalam kondisi hamil sekitar dua minggu, dan kehamilan dua minggu itu biasanya belum terdeteksi dan belum menimbulkan gejala." Jelas dokter membuat Rama menghela nafas.

Rama merutuki dirinya karena meragukan Ayesha, padahal Ayesha adalah gadis yang baik juga lembut, tidak mungkin Ayesha bermain dengan pria lain selain dirinya.

Rama menunggui Ayesha hingga infusnya habis, dokter mengatakan Ayesha bisa bedrest dirumah dan tidak boleh melakukan pekerjaan berat. Rama pun memulai rencana untuk pindah rumah, ia akan meminjam uang ke kantor dengan sistem potong gaji untuk membeli rumah minimalis yang bisa ia beli dengan cara cash karena Rama tidak ingin terlibat dengan KPR bank. Rama pun akan mengakhiri perselingkuhannya dengan Tiara mengingat kini dirinya akan menjadi seorang Ayah dan Rama ingin menjadi Ayah yang baik untuk anak anaknya kelak.

"Mas..." Ayesha memanggil Rama dengan nada lirih.

"Yesh, kamu sudah bangun?" Rama dengan lembut mengusap kepala Ayesha.

"Aku kenapa, Mas? Mas tidak bekerja?"

Rama tersenyum, Ayesha masih saja mengkhawatirkan dirinya, Ayesha slalu mengingatkan Rama untuk bekerja dengan giat dan jujur, itulah mengapa Rama dengan mudah meraih jabatan sebagai manager pemasaran karena Ayesha yang slalu saja menyemangatinya. Dan karna hal itu pula Rama dapat membodohi Ayesha dengan mengatakan lembur bekerja, padahal Rama bukan sedang lembur, melainkan sedang berselingkuh dengan Tiara, dan bodohnya Ayesha, begitu mempercayai Rama.

"Aku ijin untuk hari ini." Jawab Rama dengan lembut.

"Tapi pekerjaanmu nanti bagaimana, Mas?"

"Jangan pikirkan hal itu, aku belum pernah mengajukan cuti di tahun ini."

Ayesha mengangguk, "Terimakasih, Mas."

Rama masih setia mengusap lembut kepala Ayesha. "Ini sudah kewajibanku, tidak perlu mengatakan terimakasih."

Ayesha tersenyum, ia tidak menyangka jika Rama berubah kembali lembut seperti dulu lagi.

"Aku bisa pulang, Mas?" Tanya Ayesha.

Rama mengangguk. "Bisa setelah infusnya habis."

"Dokter bilang apa, Mas?"

"Dokter bilang, kita akan segera memiliki anak. Kamu hamil Yesh. Delapan minggu."

Yesha mengerutkan dahinya, "Hamil?"

Rama mengangguk, "Kita akan jadi orang tua, Yesh."

"Mas gak bohong kan? ini beneran kan, Mas?"

"Iya, Yesha.. Aku gak bohong. Maafin aku ya sudah mengabaikanmu. Aku janji akan menjadi suami yang siaga untukmu." Kata Rama dan tanpa sadar Yesha mengeluarkan air mata dari sudut matanya.

Rama menciumi wajah Yesha. Mulai dari hari ini, Rama akan menjaga Yesha dari segala hal.

Setelah infus habis, Rama membawa Ayesha kembali kerumah orang tuanya. Ratna dan Mira sudah melipat tangan di dada dan melihat sinis ke arah Ayesha. Ditambah perlakukan Rama yang menjadi lembut pada Ayesha.

Rama mengacuhkan Ibu dan Kakaknya itu dengan melewatinya begitu saja.

"Mau kamu bawa kemana istrimu, cucian piring tadi pagi belum dikerjakan sama Ayesha." Sentak Ratna.

Rama menghela nafasnya kemudian membalikan tubuhnya untuk melihat ibu dan Kakaknya itu.

"Dari tadi Mbak Mira ngapain aja? Udah numpang makan dan tinggal gratis disini masa gak bisa sih bantuin cuci piring doang." Balas Rama.

"Rama!!" Sentak Ratna.

"Bu, berhenti memanjakan Mbak Mira." Kata Rama tak kalah membentak. "Istriku bukan pembantu di rumah ini, jika istriku ingin membantu itu hanya untuk Ibu, tidak untuk Mbak Mira." Kata Rama dengan tegas lagi.

"Bulan depan aku akan membawa Ayesha untuk pindah ke rumah kami sendiri, jika Ibu ingin ikut, ikut bisa ikut seorang diri. Tapi jika Ibu tetap mau disini, aku hanya memberi uang seperlunya saja dan selebihnya itu urusan Mbak Mira dan suaminya yang menanggung biaya rumah ini." kata Rama lagi.

"Ibu ini tanggung jawabmu, Ram!!" Ratna tidak terima dengan perkataan Rama.

"Rama akan bertanggung jawab pada ibu tapi hanya Ibu, tidak dengan Mbak Mira dan keluarganya." Tegas Rama lagi.

"Mira itu Kakakmu, bukan orang lain, yang orang lain disini adalah istrimu, Ram." Ratna masih terus saja membela Mira, anak tertuanya.

Rama menghela nafas, "Mbak Mira itu sudah menikah, Bu. Dia tanggung jawab suaminya, bukan tanggung jawabku." Rama memijat pelipisnya. "Jangan pernah ganggu istriku, istriku sedang hamil, Ayesha harus banyak beristirahat."

Ratna dan Mira membolakan kedua matanya. "Hamil?" Tanya Ratna. Bukannya senang, Ratna malah semakin tidak menyukai Ayesha.

"Itu pasti bukan anakmu, Ram!!" Kata Ratna dengan emosi.

"Jaga bicara Ibu." Sentak Rama dengan tegas.

"Ibu bicara benar, itu pasti bukan anakmu karena slama ini istrimu berselingkuh dengan si Egi tukang ojeg langganan istrimu."

"Fitnah, ibu memfitnahku, Mas." Sshut Ayesha tidak terima.

"Aku tidak percaya, Bu. Aku tau percis Ayesha seperti apa." Kata Rama membela Ayesha meski hatinya menjadi sedikit ragu.

"Kamu akan menyesal karena tidak percaya kata kata Ibu, Ibu yakin itu bukan anakmu, Ram. Ibu tidak mau cucu dari Ayesha, ibu berharap jika Ayesha keguguran." Ratna terus saja berteriak menyumpahi Ayesha.

Ayesha menutup telinganya karena mendengar sumpah serapah sang ibu mertua, membuat hatinya sakit bagai di hantam benda tajam.

"IBU!!" Sentak Rama. " Jangan keterlaluan, di perut Ayesha ini anakku, Bu. Cucu Ibu." Rama tidak habis pikir mengapa ibunya begitu membenci Ayesha. Rama segera membawa Ayesha yang terus terusan menangis ke dalam kamar dan mencoba menenangkan Ayesha.

"Yesha, maafkan Ibu."

"Apa salahku pada Ibu, Mas? Kenapa Ibu begitu membenciku? Kenapa sekarang Ibu membenci calon anakku juga, Mas? KENAPA?" Ayesha mengeluarkan unek uneknya selama ini dan Rama hanya diam tidak bisa berbuat lebih.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Please mumpung senin, kasih aku vote ya.

Dan makasih juga untuk 2 orang yang kasih nilai ☆5 meski novel ini belum masuk kontrak 🙏

Dukungan kalian sangat berarti untukku.

Terpopuler

Comments

Gagas Permadi

Gagas Permadi

aduhhhh gustiiiii dah kaya film lele terbang

2024-05-01

1

Jeankoeh Tuuk

Jeankoeh Tuuk

yg baca agak emosi

2024-04-14

1

Liana Fe

Liana Fe

greget sdri trllu lemahh si pmerann wnitany🙄

2024-02-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!