Rasa terkejut tidak bisa Nyanterasu sembunyikan dari wajahnya. Dia tidak menyangka rubah raksasa yang seharusnya ada di goa buatannya sekarang ada di sini.
“Bagaimana bisa makhluk itu datang ke mari? Graaahh! Padahal seharusnya seluruh akses cahaya sudah ku tutup.” gerutu monster kucing itu.
Rubah raksasa itu adalah seekor Thunder Beast yang memiliki kemampuan yang berhubungan dengan pantulan cahaya. Di manapun ada cahaya dan pemantulnya, maka rubah tersebut akan bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Hari sebelumnya, Laura melemparkan anting sihir milik Luca ke dalam kandang rubah raksasa tersebut. Siapapun yang memegang anting tersebut akan dapat menggunakan kekuatan yang ada di dalamnya, termasuk mengeluarkan sihir cahaya. Sihir tersebut lah yang rubah itu manfaatkan, karena tidak bisa mengeluarkan sihir miliknya sendiri.
“Bukankah itu Thunder Beast?” Alicia mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa yang dia lihat adalah nyata.
Tidak hanya Nyanterasu, kehadiran si rubah raksasa juga sangat mengejutkan bagi para anggota Super Rangers. Thunder Beast adalah makhluk legenda dari planet mereka yang cukup sulit diketahui keberadaannya. Thunder Beast yang mereka miliki saat ini saja harus mereka cari dengan sangat susah payah. Tetapi, rubah raksasa itu malah datang dengan sendirinya.
“Nah, rubah… sekarang laksanakan tugasmu. Selamatkan Mas Zhou dan teman-temannya! Lessgoooo!” harap Laura dalam hati.
Begitu semangat Laura menyemangati rubah raksasa itu. Hingga kemudian, Gondazel muncul di tengah peperangan. Dia dengan lantang berkata, “Sekarang kalian boleh senang, tapi tunggu pembalasanku!”
Sebuah pesawat angkasa yang tidak terlalu besar berhenti di atas kepala Gondazel dan anak-anak buahnya. Pesawat itu lalu mengeluarkan sinar berwarna kehijauan selama beberapa detik. Begitu sinar itu redup, menghilanglah Gondazel, Nyanterasu, dan makhluk piri-piri yang menyerang para Rangers.
Hanya Laura lah, orang dari kubu Radolard yang masih tersisa di sana. Dia menurunkan pundaknya, saking kecewanya dengan hasil yang terjadi.
Dia pikir, saat itu juga rubah raksasa itu akan melenyapkan Nyanterasu. Dengan demikian, keselamatan Joanne tidak lagi akan terancam. Tetapi, para kucing itu malah kabur menyelamatkan diri.
“Kalau gini, masih ada kemungkinan Nyanterasu bakal nyerang lagi.” pikir Laura, “Aku harus nyari cara lain. Tapi, aku juga jadi penasaran. Kira-kira Thunder Fox-nya sekarang bakal ngapain, ya?”
.
.
.
Para Super Rangers masih tertegun dengan makhluk legenda yang ada di hadapannya. Mereka masih sulit percaya bahwa seekor Thunder Beast akan muncul tanpa mereka melakukan apapun untuk memanggilnya. Terutama Joanne yang belum mengendurkan otot di dahinya semenjak binatang legenda itu muncul.
“Thunder Fox, apa kau mendengar suara kami?” Alicia yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran mencoba berkomunikasi dengan rubah raksasa yang dipanggilnya Thunder Fox itu.
Suara kaingan yang cukup memekik Thunder Fox keluarkan sebagai jawaban dari pertanyaan itu. Dalam telepatinya, Thunder Fox juga berkata, “Aku mendengar.”
Senyum merekah di bibir Alicia karenanya. Artinya, mereka bisa berdiskusi dengan baik tanpa pertarungan dengan makhluk legenda itu. Alicia yakin tak lama lagi mereka akan dapat menjinakkan Thunder Fox seperti halnya dengan Thunder Beast yang lain. Lalu, kekuatan tempur mereka akan bertambah berkat rekan baru yang mereka miliki.
“Kalau begitu, maukah kau menjadi teman kami? Kami adalah Super Rangers yang bertugas untuk membasmi orang-orang jahat seperti Rador dan para anak buahnya. Jika kau bersedia, kita pasti akan bisa kembali ke Kaminaria, tempat kami dan kalian para Thunder Beast berasal.” ajak Alicia dengan semangat.
Brian menambahkan, “Kami ada di pihakmu. Kau juga bisa bertemu teman-teman Thunder Beast-mu yang lain. Jadi,…”
Brian yang sedang berbicara seketika terhenti, karena kaget saat Thunder Fox tiba-tiba mendekatkan kepalanya pada mereka berempat. Matanya yang begitu besar menatap para pahlawan itu dengan seksama satu persatu seakan mencari sesuatu.
“Dia tidak ada di antara kalian.” ujar Thunder Fox begitu dia kembali menjauh.
Lalu, karena urusannya sudah selesai, rubah raksasa berekor sembilan itu pun pergi. Telapak kakinya menghantam tanah itu dan lagi-lagi debu-debu bertebaran. Kali ini, makhluk legenda itu hanya membiarkan debu-debu itu begitu saja dan pergi entah ke mana.
Karena sikap acuh yang tak terduga, wajah Alicia memucat. Tidak pernah sebelumnya dia diperlakukan seperti itu oleh Thunder Beast. Alicia sangat ahli dalam membaca pikiran, jadi dia yakin bahwa Thunder Fox tidak dalam pengaruh jahat Radolard. Karena itu, dia tidak menyangka akan diacuhkan. Bahkan Thunder Fox sama sekali tidak memikirkan ajakannya untuk bekerja sama.
Rasa bingung itu juga dialami oleh tiga anggota Super Rangers yang lain, terutama Joanne. Dia merasa ada hal yang tidak beres di sana.
Setahunya, Thunder Beast akan sangat menurut pada orang manapun yang berasal dari Planet Kaminaria yang membawa Thunder Stone. Baru saja di hadapan makhluk tersebut ada empat orang yang jelas-jelas menggunakan Thunder Stones di senjata-senjata mereka, tetapi dia malah tidak peduli.
“Sepertinya dia sedang mencari seseorang.” ujar Alicia.
“Seseorang?” tanya Brian.
Alicia menjelaskan, “Melalui telepati, Thunder Fox tadi berkata ‘Dia tidak ada di sini’. Bukankah itu artinya ada yang sedang dia cari?”
Sean melepas helm-nya, lalu berkata, “Sebaiknya kita kembali ke markas terlebih dahulu. Kita harus meneliti lebih lanjut lagi.”
Semua anggota Super Rangers setuju dengan saran Sean. Mereka pun pergi dari bekas medan perang itu.
.
.
.
Begitu para Rangers pergi, Laura keluar dari persembunyiannya. Kemudian, dengan sihirnya, dia menajamkan daya penciumannya. Tujuannya adalah agar dia bisa mengikuti jejak Thunder Fox. Dia sudah repot-repot membebaskan rubah raksasa itu. Mana mungkin Laura membiarkannya lolos begitu saja.
“Hm? Kok baunya nyengat banget di sini?” batin Laura saat menyadari bahwa aroma Thunder Fox masih sangat kuat di sekitarnya.
“Apa dia tidak pergi terlalu jauh? Tapi mana? Apa jangan-jangan tadi dia sempat e’ek di sinim makanya baunya nyengat banget?” pikirnya lagi.
‘JDUAKH!’
Kepala Laura tiba-tiba ditimpa sesuatu yang cukup berat. Kira-kira tidak ada 10 kg, tapi dengan kecepatan jatuhnya tadi cukup untuk membuat orang biasa tak sadarkan diri. Untungnya Laura bukan orang biasa. Jadi, dia hanya jatuh tengkurap dibuatnya.
“Sialan! Apaan, sih!?” bentak Laura pada apapun yang menjatuhinya tadi.
Sambil berdiri, dia membersihkan debu-debu yang semakin membuatnya kucal. Dia tepuk-tepuk seluruh badannya hingga debu-debu itu berjatuhan. Dia baru berhenti saat tiba-tiba di telinganya terdengar suara imut yang mirip gonggongan cihua-hua di sampingnya.
“Guk!”
Laura pun menengok ke sampingnya. Dan nampaklah sesuatu yang di luar perkiraannya.
“Woalah! Segawon-nya ada di sini! Pantesan!” serunya dengan riang.
Diangkatnya makhluk itu tinggi-tinggi saking senangnya.
“Siapa yang segawon? Aku adalah Thunder Fox yang agung. Tidakkah seharusnya kau berterima kasih padaku, karena telah menuruti permintaanmu?”
Telepati yang tersampaikan langsung di otak Laura itu terdengar begitu kesal. Binatang kecil yang rupanya adalah jelmaan dari Thunder Fox itu juga memperlihatkan ketidaksukaannya saat dipanggil segawon. Namun, menyadari itu, Laura tetap tidak peduli dan hanya cengengesan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments