Alarm tanda bahaya berbunyi di markas rahasia Super Rangers Thunder Saber yang berarti pasukan Radolard tengah melancarkan aksinya. Dengan sekali komando, mereka langsung pergi menuju lokasi.
“Radolard! Cukup di sini kau berbuat seenaknya!” seru Brian dengan gagah berani.
Nyanterius tertawa sambil berkacak pinggang.
“Super Rangers. Akhirnya kalian datang juga… untuk mati di tanganku. Nyaahahahaha!!” gelak Nyanterius.
Nada bicara yang melengking dan keras dari suara tawanya terdengar begitu menyebalkan di telinga Brian dan lainnya. Mereka begitu kesal, hingga rasanya ingin menyumpal mulut kucing raksasa itu dengan apapun.
Lalu, dengan lantang Brian memberi aba-aba, “Teman-teman. Berubah!”
“Thunder Change, ha!” seru tiga anggota lainnya mengikuti.
Beberapa gerakan khusus mereka lakukan hingga seluruh tubuh mereka terlilit kostum pahlawan yang selalu mereka kenakan saat bertarung. Masing-masing anggota memiliki warna seragam sendiri dan motif serupa dengan sedikit keunikan yang membedakan dengan anggota yang lain. Lalu, di bahu mereka terpasang pula sehelai cap dengan warna senada. Tak lupa, mereka juga mengenakan helm dengan warna yang menyesuaikan warna kostum mereka. Kostum itu tidak hanya berfungsi sebagai seragam, melainkan juga baju zirah yang dapat melindungi dari berbagai serangan. Saat berubah pun sebuah tameng transparan melindungi mereka, sehingga perubahan wujud itu tidak terintervensi oleh apapun.
Usai berubah wujud, mereka berempat segera mengeluarkan pedang mereka dan berusaha menghunuskannya pada Nyanterius serta kroco-kroconya. Pertarungan sengit pun dimulai. Tak ada di antara mereka yang mau mengalah. Mereka saling menyerang dan bertahan hingga salah satu pihak menyerah kalah.
Sementara itu, di lokasi yang tak jauh dari sana Laura memperhatikan pertarungan sengit itu dengan seksama. Dia mengamati dengan detil setiap gerakan mereka dengan mata mengintai.
“Sampai sini semuanya persis banget kayak di tv. Tapi, semoga aja ini gak bakal lama.” mohon Laura dalam hati.
Walaupun telah menonton serial ini sampai berkali-kali, perasaan tegang tetap Laura rasakan. Kekhawatiran juga melanda hatinya. Bisa saja kan, rencananya malah gagal, lalu kegagalannya akan membuat Super Rangers jatuh terpuruk. Apalagi kemarin dia gagal menemukan sesuatu yang dia cari di hutan. Kalau yang ini juga sampai gagal, mau tidak mau nasibnya akan sama seperti Luca Kasha di dalam cerita aslinya.
"Gaaakh!!"
Teriakan Brian membuyarkan konsentrasi Laura. Dari balik persembunyiannya, dia memeriksa apa yang baru saja terjadi.
Brian, pria berambut pirang itu rupanya mengerang kesakitan, karena baru saja mendapat serangan telak dari Nyanterius. Beruntung hanya cap-nya yang tergores dan tidak sampai menembus pakaiannya yang lain. Tetapi, bisa Laura lihat sendiri, Brian nampak kesulitan untuk berdiri.
"Brian!" seru anggota lainnya saat melihat serangan brutal yang mengenai Brian tadi.
Dari tiga orang anggota itu, Joanne lah yang pertama kali maju.
"Oh, tidak..." gumam Laura sambil membolakan mata ungunya.
Ini adalah awal dari kejadian yang sangat tidak dia inginkan. Joanne akan menyerbu Nyanterius sendirian untuk membalas serangan yang tadi ditujukan pada Brian. Tapi, serbuannya adalah hal yang percuma.
Nyanterius masih lebih kuat dibandingkan Joanne dan dia dapat bergerak sangat cepat. Monster berbentuk kucing itu juga dapat melihat pergerakan lawannya yang melambat, sehingga dia bisa menghidar dari serangan apapun.
Karena itulah, di pertarungan kali ini, Super Rangers kalah telak. Bahkan Joanne harus kehilangan salah satu matanya.
"Kau ingin melawanku?" Nada bicara Nyanterius terdengar sombong.
Joanne yang jaraknya tak terlalu jauh dari kucing monster itu tak menjawab sama sekali. Semakin Joanne mendekat, kegelisahan semakin melanda hati Laura. Terlebih dia belum mendapatkan kepastian dari tawanan itu.
Namun, untungnya kali ini Laura masih bisa bernapas lega. Joanne yang dia kira akan menyerang Nyanterius rupanya hanya melompat melewatinya dan kembali berlari menuju Brian.
"Bertahanlah!" seru Joanne seraya membantu Brian berdiri.
Dahi Laura mengerut keheranan. Dia bingung, kenapa tiba-tiba kejadiannya melenceng dari perkiraannya.
Meski begitu, rupanya Laura masih terlalu cepat untuk terkejut. Masih ada hal di luar dugaannya yang akan datang.
Suara gemuruh petir disertai angin yang kencang tiba-tiba muncul di tengah pertarungan. Langit yang awalnya cerah pun mendadak menggelap, seakan memberitahu bahwa sesuatu yang besar akan segera datang.
Kemudian, suara petir itu pun mendadak berhenti, digantikan dengan suara derap lari kencang yang bahkan mampu mengguncang tanah yang sedang mereka pijak. Karena guncangan itu, Laura yang saat itu berdiri di atas tebing pun terjatuh seketika.
“Uwaaagh!!” teriaknya.
Perhatian Joanne beralih pada gadis alien itu. Dia sungguh tidak menyadari, jenderal perempuan Radolard yang biasanya tidak datang ke medan peperangan itu ternyata ada di sekitar mereka. Kewaspadaan Joanne pun bertambah. Dia curiga bahwa suara gemuruh ini adalah perbuatannya.
“Sakit, anjiiir…” rutuk Laura kesal sambil membersihkan telapak tangannya yang gelopotan lumpur dan rumput.
Dia berusaha berdiri dengan bantuan salah satu pohon di sekitarnya. Dengan pohon itu pula dia menyeimbangkan tubuhnya agar tidak lagi terjatuh, karena guncangan itu masih terjadi.
Tanpa sengaja, matanya bertemu dengan tatapan Joanne. Karena itu, Laura segera bersembunyi di balik pohon.
“Dih… masa Mas Zhou liat aku pas jelek begini? Ueee…” rengeknya.
Laura yang masih malu dengan keadaannya mengintip dari tempat persembunyiannya. Kini perhatian Joanne telah kembali pada gempa dan badai angin yang tengah terjadi. Laura pun bisa bernapas lega.
“Sebenarnya ada apa ini?” Brian bertanya-tanya.
Mata pria berseragam merah itu melirih ke segala penjuru arah, namun tak satupun petunjuk dia dapatkan. Hingga tiba-tiba sebuah lolongan memekik dari atas kepalanya.
Semua yang ada di sana mengangkat kepala mereka, termasuk Nyanterius dan kroco-kroconya. Mata mereka seketika membulat kala mengetahui apa yang sebenarnya sedari tadi mengganggu pertarungan mereka.
“Thunder Beast.” Sean bergumam.
Di atas mereka, seekor rubah raksasa melompat dengan langkah kakinya yang lebar. Debu-debu bertebaran begitu rubah besar berbulu ungu itu menapakkan kakinya di tanah. Ia lalu mengibas-ibaskan sembilan ekornya hingga debu-debu itu menciptakan kabut tebal.
Nyanterius yang tak memakai pelindung kepala seperti lainnya segera menutup mata dan saluran pernapasannya. Sementara itu, Laura mengaktifkan sihir yang dapat membuatnya terlindungi dari debu-debu itu.
Untung saja kibasan ekor rubah itu tidak hanya membuat kabut debu, melainkan juga menghilangkannya dalam seketika. Dan saat debu-debu itu mulai hilang, rubah itu sekali lagi mengaum keras hingga suaranya menggema.
“Dasar rubah tukang pamer!” gerutu Laura sembari melenyapkan tameng sihirnya.
Melihat rubah raksasa itu, Laura sebetulnya bingung harus merasa kesal atau lega. Kesal karena kedatangannya yang terlalu lebay, tapi juga lega karena ini artinya rubah itu mau bekerja sama dengannya. Rupanya kerja kerasnya membujuk si tawanan yang tak lain adalah seekor Thunder Beast berwujud rubah itu tidak sia-sia. Rubah itu benar-benar datang menolongnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
〈⎳ HIATUS
harusnya kan udah ngerti jalan ceritanya awalnya kalah dan akan menang diakhir
2023-05-17
0
Bintang Ray234🌸🌸
Kaka dah mampir ya kak, btw ceritanya bagus banget kak, teruslah berkarya teruslah semangat sukses terus kedepannya dan jangan lupa istirahat yang cukup ya kaka🌸🌸
2023-04-04
0