Laura terlalu takjub untuk merespon. Dia begitu senang bisa mendengar suara itu lagi.
"Hey, kau kenapa melamun begitu? Kita sudah hampir kalah oleh mereka!" seru Dabakiras, mengingatkan Laura bahwa dia berada di pihak yang berseberangan dengan kelompok pahlawan itu.
Sementara itu, si alien kalajengking sudah terpojokkan oleh para Super Rangers. Lalu, jurus pamungkas pun mereka luncurkan.
Empat pahlawan itu menggabungkan masing-masing senjatanya menjadi satu hingga berbentuk seperti bazoka raksasa. Kemudian, dengan satu aba-aba, tertembaklah laser dari lubang bazoka tersebut.
"Thunder Canon, luncurkan! Ha!"
'Zyuuuung! BAM!!'
Dentuman dari monster yang meledak itu terdengar begitu keras, hingga Laura harus menutup telinganya sendiri.
"Super Rangers sialan! Aku tidak akan tinggal diam! Rasakan pembalasanku!" ancam Dabakiras.
Benar-benar kalimat yang cocok untuk seorang penjahat. Mereka selalu mengatakan hal yang kurang lebih sama. Tetapi, pada akhirnya mereka akan kalah juga. Begitu pikir Laura.
Saking fokusnya Laura melamun, ia tidak menyadari tatapan Dabakiras padanya yang seakan memberi kode untuk melakukan sesuatu. Hingga kemudian, Dabakiras memanggil nama Luca.
"Luca! Kerjakan bagianmu!"
Laura langsung paham apa maksud Dabakiras. Alien berwajah mengerikan itu tidak lain ingin agar Luca segera menggunakan tongkat ajaibnya untuk membuat monster kalajengking menjadi raksasa.
Perasaan bimbang muncul di hati Laura. Dia tidak ingin menjadi musuh dari idolanya, tetapi akan mencurigakan jika tiba-tiba dia tidak melakukan apa yang biasa Luca lakukan. Bagaimanapun memang itu peran Luca.
"Benar juga. Alat ini kan bekerja sesuai dengan keinginan Luca. Kalau gitu... dibikin jadi lebih lemah dari seharusnya bisa kali, ya?" pikir Laura yang akhirnya mendapatkan ide.
Dengan jentikkan jarinya, muncullah tongkat ajaib Luca. Biasanya dengan tongkat tersebut lah Luca mengubah para monster Radolard menjadi raksasa. Laura kemudian mengangkat tongkat tersebut dan membuat gerakan memutar. Sambil melakukan itu, dia memikirkan seberapa besar kekuatan yang harus dia keluarkan.
Dalam kepalanya dia berpikir akan membuat monster menjadi raksasa, tetapi dengan kekuatan yang sedikit lebih kecil dengan kekuatan aslinya saat berukuran normal. Dengan begitu, Super Rangers tidak akan kewalahan menghadapi monster kalajengking itu.
"Hiya!!" seru Laura sambil menudingkan tongkat sepanjang satu meter di tangannya pada tubuh alien kalajengking yang sudah terkapar meregang nyawa.
Teriakan tersebut cukup keras terdengar, sehingga para Super Rangers menengok ke arahnya. Dari balik helm warna warni itu Laura yakin mereka menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Namanya juga jendral musuh. Memangnya akan ditatap penuh kasih sayang?
Sedih memang. Tetapi, Laura terpaksa harus menerima nasib sialnya ini.
Tak lama setelah itu, alien bernama Kajelaking itu pun berubah menjadi raksasa.
"Aku akan memusnahkan kalian, Super Rangers!" ancam Kajelaking saat tubuhnya sudah setinggi lebih dari 100 meter.
Perhatian Super Rangers pun teralihkan pada tubuh raksasa Kajelaking.
Thunder Red lalu mengarahkan morpher atau alat untuk berubahnya yang ada di pergelangan tangan ke depan mulut. Dia berseru, "Thunder Beasts, datanglah!"
Langit yang awalnya cerah pun menggelap. Guntur juga bergemuruh saling bertautan diiringi dengan petir yang begitu menyilaukan. Dengan langit yang seperti itu, anehnya tidak ada hujan setetespun yang turun. Namun, dari langit itu muncul pula empat ekor binatang raksasa.
"Red Dragon!"
Panggil sang ranger merah pada binatang raksasa yang kemudian dia tunggangi. Seperti namanya, binatang raksasa itu berwujud naga merah tanpa sayap.
"Blue Griffin!"
Binatang raksasa yang ranger biru panggil adalah seekor chimera dengan kepala dan sayap elang, tubuh singa, dan ekor ular.
"Green Turtle!"
Bumi berguncang hebat saat sebuah cangkang besar turun ke tanah. Dialah kura-kura raksasa berwarna hijau yang menjadi partner sang ranger hijau.
"Yellow Giraffe!"
Meskipun giraffe berarti jerapah, binatang raksasa yang ranger kuning itu panggil sebenarnya adalah makhluk mirip barongsai dengan dua tanduk yang menjulang di kepalanya.
Daripada benar-benar menunggangi, mungkin akan lebih tepat jika disebut dengan bersatu. Karena, kenyataannya empat ranger tadi masuk ke dalam ruangan yang mirip kokpit yang ada di dalam tubuh empat binatang raksasa itu.
"Thunder Beasts, bergabung!" Thunder Red kembali berseru.
Dengan aba-aba itu, empat binatang raksasa itu pun mengubah wujud mereka menjadi lebih robotic. Kemudian, dengan langkah sedemikian rupa, empat binatang buas tadi pun bergabung menjadi satu dan terciptalah sebuah robot raksasa bersayap yang mereka sebut dengan Thunder Beast Robo.
"Thunder Beast Robo, selesai!" seru empat super hero itu bersamaan.
"Percuma saja. Kalian tidak akan bisa mengalahkanku!" Kajelaking berkata dengan sombong.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, Kajelaking." sahut ranger kuning.
"Benar. Kami telah menyatukan kekuatan dan akan segera mengalahkanmu!" tambah ranger hijau.
"Aku tidak akan membiarkan itu. Hahahahaha!" Kajelaking yang yakin betul akan menang tertawa terbahak.
"Ini adalah saat terakhirmu untuk tertawa!" ranger merah berseru penuh ancaman.
Mendengar obrolan mereka yang seolah tidak ada habisnya, Laura mulai jengah. Dia tidak sabar lagi ingin melihat mereka mulai bertarung.
"Hey, Kajelaking! Jangan buang-buang waktu!"
Agaknya Dabakiras juga berpikiran sama dengan Laura.
"Tenang saja, Tuan. Akan aku hancurkan mereka dalam sekali tebas." balas Kajelaking pada Dabakiras.
Alien kalajengking itu pun mulai berlari maju. Puluhan bangunan milik manusia menjadi rusak dibuatnya. Namun, apa pedulinya? Kajelaking hanya perlu menuntaskan tugasnya.
Saat sudah berada di dekat Thunder Beast Robo, Kajelaking mengibaskan ekornya untuk menyerang. Tapi, dengan mudahnya Thunder Beast Robo menangkap ekor Kajelaking itu. Lalu, saking ringannya, robot itu pun memutar-mutar Kajelaking dan melemparnya jauh-jauh.
"Tunggu! Aaaaaaa!!"
Kejelaking mulai merasa aneh. Dia pikir, karena sudah menjadi raksasa pasti dia telah menjadi lebih kuat. Tetapi, kenyataannya dia justru merasa semakin lemah.
Saat sudah terpojok, robot besar itu terbang menuju tempat Kajelaking terlempar. Kemudian, diayunkannya pedang di tangannya untuk melancarkan serangan pada Kajelaking. Dengan serangan itu, Kajelaking pun tidak berkutik. Alien itu hanya diam terpaku menunggu kehancurannya.
Dan benar saja, tanpa mengeluarkan jurus pamungkas mereka pun Kajelaking berhasil dikalahkan. Alien itu meledak seketika menjadi puing-puing yang tak berbentuk.
…
“Sialaaaan!!!” amuk Dabakiras begitu kembali ke markas utama.
Ini bukan kali pertama Dabakiras kalah dari Super Rangers, namun jelas kekalahan itu membuat Dabakiras begitu kesal. Sebagai salah satu komandan tertinggi dari pasukan Radolard, tentu harga dirinya sangat terluka.
“Kenapa kita begitu kesulitan menjajah planet ini? Apa tidak ada jalan lain agar kita bisa mengalahkan Super Rangers sialan itu? GHAARH!!” kesalnya.
Sebagai jiwa yang berasal dari dunia lain, tentu Laura mengetahui jawaban yang Dabakiras inginkan. Tidak hanya satu, Laura punya banyak jawaban untuk itu.
Misalnya saja, jangan satu per satu, tetapi seharusnya Radolard langsung meluncurkan alien-alien terkuatnya ke Bumi. Artinya serangan tidak hanya dilakukan di satu tempat, melainkan harus lebih menyeluruh. Dengan demikian, penaklukan juga pasti akan lebih cepat.
Atau jika ingin lebih cepat lagi, alien-alien itu seharusnya langsung diluncurkan dalam ukuran raksasa. Hal ini akan mempersingkat pertarungan dengan Super Rangers. Pahlawan pembela kebajikan itu juga pasti akan memiliki lebih sedikit waktu untuk bersiap.
Kalau Radolard melakukan itu dari awal, Super Rangers juga gak bakal makin kuat. Tapi, episodenya gak bakal banyak. batin Laura.
Saat masih kecil, Laura juga tidak menyadari hal itu dan juga tidak terlalu peduli. Yang penting dia bisa melihat pahlawan kesukaannya di televisi.
Beda lagi dengan Laura yang sekarang. Dia paham betul bahwa itu adalah jalan terbaik menuju kemenangan Radolard, hanya saja dia tidak ingin memberitahu maupun melakukannya. Sentimennya sebagai fans berat Super Rangers tidak mengizinkan hal itu terjadi.
Tetapi, Laura juga sadar bahwa saat ini dirinya adalah Luca Kasha. Jadi, tidak mungkin pula dia terburu-buru beralih pihak untuk membantu Super Rangers mempertahankan Bumi.
“Kau gagal lagi, Dabakiras?”
Pertanyaan itu terdengar bersamaan dengan munculnya seorang pria tinggi berambut hitam. Kulitnya begitu putih pucat dengan sisik-sisik yang menyebar di seluruh tubuhnya kecuali bagian wajah. Jubah merah yang ia kenakan begitu menunjukkan wibawanya sebagai seorang pemimpin besar Radolard.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rei
emang sih serial super Sentai kek gini, musuhnya pada b*d*h semua. seharusnya mereka meluncurkan pasukan terkuat mereka dalam sekali jalan, maka para rangersnya gak akan sanggup melindungi bumi dalam serbuan pasukan yang kuat musuh. tapi apalah daya, namanya juga serial untuk anak-anak, dan seharusnya kita yang udah dewasa udah gak nonton super Sentai lagi sih.😂
2023-05-10
2
〈⎳ HIATUS
definisi musuh dalam selimut 🤣
2023-03-30
0
〈⎳ HIATUS
kalau ditatap dengan penuh kasih sayang ntar yang ada malah falling in love 😁
2023-03-30
0