Yang bisa kulihat sekarang hanyalah sebuah rumah kayu yang akan roboh kapan pun, bahkan jika ada angin itu akan menghancurkannya dengan mudah.
"Selamat datang di istanaku Rider, di dalamnya hanya ada satu kamar jadi kita bisa tidur berdua, ada dapur juga walaupun sempit."
Aku menjatuhkan diriku lemas dengan wajah memucat.
"Ini tidak seperti yang aku harapkan?" teriakku.
"Apa maksudmu, ini rumah yang nyaman.. lihat ada burung juga di sini."
"Itu gagak, itu burung pertanda kematian atau sesuatu seperti itu."
"Eh, benarkah... tapi mereka imut."
Aku tak bisa habis pikir dengan pola pikir gadis ini.
"Lalu bagaimana kau bisa membelikanku makanan?"
"Jangan khawatir kurasa aku punya banyak celengan."
Aku berdiri dengan wajah menangis.
Selain hidupku yang malang karena terlibat dengannya, aku juga prihatin dengan kehidupannya saat ini.
"Benar, beberapa waktu ini ada orang asing yang mencoba masuk ke dalam rumahku jadi aku memasang jebakan di depan pintu jadi berhati-hatilah."
"Ugh, aku sepertinya menginjak sesuatu?"
"Sudah kubilang ada jebakan bukan."
Aku diledakan ke udara sebelum jatuh ke tanah dengan memalukan.
"Uwaah, Rider kau baik-baik saja, wajahmu gosong."
Aku mencengkeram wajah Cosetta.
"Dari awal bilang kek ada jebakan."
"Maaf, maaf, sekarang aku harus memasang jebakan baru lagi."
Jika aku bertemu dengan orang asing itu aku sendiri yang akan meledakannya dengan sihir, begitulah aku mengatakannya hingga dia tidak akan memasangnya lagi.
Aku duduk di kursi yang reot dengan meja yang tampak usang.
"Aku akan buatkan teh yang enak, tolong tunggu sebentar."
Terlepas dari sifat gadis ini yang menyebalkan dia gadis yang baik.
"Aku mengambil rumput di pekarangan untuk membuat teh jadi kuharap Rider menyukainya."
Aku tarik kembali perkataanku barusan.
"Kau ngajak gelut yah!" teriakku.
"Tapi daun teh harganya cukup mahal... rumput lebih irit."
"Air putih saja aku mohon."
"Apa boleh buat kalau begitu," katanya dengan wajah bersinar.
"Bisakah kau tidak menunjukkan ekspresi seperti itu?"
"Ini cara terbaik untuk menggoda pria bukan, jika aku bisa melakukannya mungkin akan ada bangsawan yang tertarik padaku, walau jadi istri berapapun yang terpenting aku bisa hidup dengan kemewahan."
"Niat jahatmu terlihat loh," kataku singkat.
Dia menaruh gelas di dekatku sementara dirinya duduk di depanku.
Aku tidak memungkiri Cosetta adalah gadis yang cantik bahkan jika dia jadi ratu semua orang tidak akan keberatan.
"Bagaimana rasanya enak?"
"Ini air putih oi."
"Ya ampun, aku melupakannya."
Penampilannya cocok tapi kelakuannya buruk.
"Jadi kenapa kau pergi ke hutan seorang diri, aku yakin di sana kemungkinan banyak monster?"
"Bunga indah hanya tumbuh di hutan, karena itulah aku pergi ke sana... meski aku tidak pergi hasilnya akan sama, mati karena monster atau mati karena kelaparan bukannya itu sama saja."
Wajahku memucat.
Pembicara ini terasa berat oi.
Tak lama ledakan terjadi di belakang rumah ini.
"Ah, sepertinya jebakanku mengenai seseorang lagi?"
"Ah jidatmu. Jangan bilang itu orang asing."
Aku dan Cosetta buru-buru mengeceknya dan benar saja di sana seorang pria hentai dengan syal dan baju ketat terbaring di tanah.
"Sialan kenapa ada peledak di tempat ini, tapi terserahlah... hey kau, cepat serahkan gadis di sebelahmu itu, aku sudah mengincarnya sejak lama."
"Mengincarnya?"
"Benar sekali, dia sangat cantik dan manis aku ingin melakukan itu, itu dan itu."
"Yos, dia pantas dibunuh."
Aku berjalan menghampirinya.
"Jangan remehkan aku, aku ini mantan petualang tingkat atas.. orang lemah sepertimu tidak akan mungkin mengalahkan aku... Ultimate Fire Booster."
Lingkaran sihir muncul di tangannya dan itu menembakan bola api tepat ke wajahku.
"Keren, sihir memang mengagumkan."
"Kau ini berpihak pada siapa?"
Aku berdiri selagi menyingkirkan asap hitam di wajahku.
"Nani, Bakana... padahal barusan sihir terkuatku."
"Sihir terkuat, yang barusan hanyalah untuk anak-anak.. ini barulah sihir."
Aku meniru gerakannya dan lingkaran sihir muncul di tanganku.
"Ultimate apalah itu."
Dan seranganku meledakannya.
"Hebat sekali Rider, kau membuatnya jadi debu... sayang sekali, tadinya aku ingin menyiksanya sampai mati, menusuk-nusuknya dengan pisau hingga berteriak kesakitan."
"Kau ini iblis kah," teriakku padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Raysonic Lans™
uhui
2024-06-27
0
Nursyifa Fauziah
loli yang berbahaya
2023-04-14
2