Menikah.

"Jelas kan pada kami, apa yang kalian berdua lakukan bersama di bar, dan juga tidur satu kamar" Tanya Aggam menginterogasi Alham dan juga Nana.

Mereka berdua tidak ada yang berani membuka suara, masih sama-sama bungkam.

"Nana, kata kan, apa yang kalian lakukan, semalam kau pamit pada papi dan juga mami, jika kau hanya ingin ke rumah teman mu, tapi kenapa kau bisa berada di bar bersama dengan Alham" Tegas Bima pada putrinya.

Nana semangkin tidak berani bersuara. Aara dan juga Ayuna sama-sama menatap kecewa pada anak-anak mereka, selama ini mereka mengira jika Nana dan juga Alham seperti adik dan kakak, walau pun Nana sering menggoda Alham, mereka tetap menganggap jika Nana hanya bercanda, tapi saat memergoki mereka berdua yang tidur seranjang bersama, fikiran kedua orang tua Alham juga Nana langsung mengarah negatif.

"Baik lah, jika kalian berdua tidak ada yang ingin menjelas kan, daddy putus kan, jika kalian berdua akan di nikah kan hari ini juga, tidak ada penjelasan dan bantahan lagi, waktu kalian untuk menjelas kan sudah tamat" Tegas Aggam memutus kan untuk menikah kan Nana dan Alham.

"Tidak! kami tidak melakukan apa pun" Serentak berdua membela diri sambil mengangkat pandangannnya yang sedari tadi menunduk.

"Final, keputusan daddy sudah final, kalian sudah terlambat untuk menjelaskan, daddy tidak menerima alasan lagi, bersiap lah untuk pernikahan kalian" Tegas Aggam membulat kan keputusan nya.

"Tapi dad----" Ucapan Alham di potong oleh mommynya.

"Cukup Alham!!! apa kau mau jadi laki-laki pecundang, kau ingin mempermalukan daddy dan mommy di hadapan paman Bima dan tante Ayuna!!!" Sentak Aara yang dari tadi hanya diam.

Alham langsung bungkam, ia memang lebih takut dengan mommynya, di banding daddynya.

"Jadi bagaimana Bima, kita nikah kan saja mereka berdua sore nanti" Kata Aggam.

"Baik lah," Jawab Bima tanpa membantah sedikit pun.

,,,

Sore hari.

"Ku terima nikah dan khawinnya Nana Dinata binti Bima Erlangga, dengan seperangkat alat solat di bayar tunai" Ucap Alham menjadi kan Nana istri sahnya.

"Bagaimana para saksi, Sah?" Tanya Bima yang menikah kan langsung putrinya. Hanya ada beberapa tamu undangan yang hadir di acara pernikahan Alham dan Nana yang secara mendadak.

"Sah" Jawab para saksi.

"Alhamdulillah," setelah itu mereka membaca doa bersama. Lanjut kepada Alham dan Nana yang saling bertukar cincin.

,,,

"Eh bocah," Panggil Alham pada Nana yang baru saja selesai membersih kan tubuh nya, ia sedang mengering kan rambut nya, tapi tiba-tiba Nana mendengar Alham yang sudah bertukar status menjadi suaminya itu, sedang memanggil nya.

Nana melihat malas ke arah Alham "Ada apa kak" Tanya Nana.

"Ini semua gara-gara kamu tauk, aku harus menikah dengan wanita cabe-cabean kayak kamu" Ketus Alham seperti biasa.

Nana kembali melihat ke arah cermin di hadapannya mengabai kan ucapan Alham.

"Cih!" Decih Alham mengambil kunci mobil langsung pergi dari mension papi Bima. Kerena mereka berdua masih berada di mension.

Nana hanya menarik nafas melihat suaminya.

,,,

Tanpa sadar sudah satu minggu Alham dan juga Nana menikah, setelah mereka menikah, Alham ijin pada kedua orang tua Nana untuk mengajak Nana tinggal di apartemen nya, ia memang memiliki apartemen sendiri, karena Alham sering pulang lewat jika malam, ia memutus kan untuk membeli apartemen beberapa tahun lalu semenjak Alham sudah terbiasa keluar masuk bar selama tinggal di jerman, alasan dia membeli apartemen, tentu saja karena ia tidak ingin mommynya tau jika ia sering pulang lewat.

Nana melangkah masuk ke dalam apartemen suaminya, ia baru saja pulang dari kuliah, rumah tangga Nana dan Alham, semangkin hari semangkin berjarak seperti orang asing.

"Kau dari mana" Tanya Alham pada Nana.

"Aku baru pulang dari kuliah kak" Jawab Nana.

"Apa kau tidak bisa masak?" Kata Alham lagi terdengar bernada tidak baik.

"Maaf kak, aku kan baru pulang" Jawab Nana.

"Baru pulang, terus, pagi tadi kau juga tidak membuat sarapan sama sekali" Nada Alham mulai meninggi.

"Maaf kak, tadi pagi aku telat bangun, dan aku juga harus segera berangkat ke kampus'' Jelas Nana terdengar sedikit lirih.

"Benar kah? apa kau benar-benar dari kampus? atau kau baru saja dari luar menemui pria lain," Sinis Alham.

"Bicara apa sih kak, jangan asal main nuduh-tuduh saja dong!" Bantah Nana sedikit meninggi kan suaranya. Dia tidak terima dengan tuduhan Alham.

"Jaga nada mu" Sentak Alham menunjuk wajah Nana. "Pernikahan bodoh ini tidak akan terjadi jika bukan karena kau yang membuat kita terjebak." Ujar Alham meninggikan nada bicara nya pada Nana.

Nana mulai berkaca-kaca. Semenjak mereka sudah menikah, Alham langsung menunjuk kan sikap terang-terangan nya jika dia sangat tidak menyukai Nana.

"Maaf kak," Serak suara Nana.

"Cih! seharus nya aku biar kan saja kau di makan sama pria-pria kelaparan di bar malam itu, dari pada aku yang terjebak menikah dengan mu" Alham mengeluar kan kata-kata pedas pada Nana.

Hati Nana seperti di cabik-cabik mendengar ucapan suaminya sendiri, dia tidak menyangka jika Alham benar-benar tidak bisa menerima nya sebagai istrinya.

Setelah mengeluar kan kata-kata pedas, Alham masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu.

Brakkkk

Nana terloncat kaget bersamaan air mata nya jatuh tanpa permisi di kedua pipinya.

Nana melangkah menduduk kan dirinya di sofa ruang tengah sambil menangis. "Mi,pi, aku ingin pulang" Kata Nana lirih menahan sesak di dadanya sambil menangis menahan suara nya agar tidak di dengar Alham.

Seperti itu lah pernikahan mereka selama satu minggu. Alham sering marah-marah tidak jelas, pergi pagi pulang dini hari, membiar kan Nana tidur sendirian di apartemennya. Alasan Nana tidak mau masak, karena Alham juga tidak pernah memakan masakannya. Alham hanya mencari alasan agar bisa memarahi Nana.

,,,

Mension Bima.

"Mas, kenapa semenjak Nana sudah menikah, dia terlihat tidak ceria seperti dulu lagi ya mas, aku kok khawatir ya sama putri kita itu," Tanya Ayuna. Saat ini mereka sedang bersantai di ruang keluarga.

Bima terdiam sejenak. Sebenarnya Bima juga berfikiran yang sama seperti istrinya, ia sadar dengan perubahan sikap Nana sangat jauh berbeda, ia sering diam seperti sedang menghayal. Senyuman di wajah Nana juga sudah memudar, tidak seperti dulu lagi, Nana juga tidak banyak bicara jika berkunjung ke rumah mereka.

Menarik nafas berat "Hanya perasaan mu saja sayang, mungkin Nana lagi tidak enak badan, atau mungkin sedang kelelahan'' Jawab Bima tidak sesuai dengan hatinya.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

lagiaan siih...bukannya d tanya dulu yg bnerr...maen nikahin aja...

2023-11-03

0

Eliani Elly

Eliani Elly

lanjut thor

2023-08-20

0

Rohanan D J Jayanti

Rohanan D J Jayanti

babang ganteng ati2, nanti di tinggalin nangis darah lho.

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!