TIKUNGAN ANGKER

TIKUNGAN ANGKER

TAKUT

Malam itu aku, istriku, dan anak semata wayang kami pergi bertandang ke rumah kakak ipar istriku. Karena keasyikan mengobrol, akhirnya kami pun pulang cukup larut malam. Sudah menjadi kebiasaan, kalau sudah kumpul dengan kakak ipar, bisa lupa waktu. Maklum, kakak ipar istriku ini memang menyenangkan kalau diajak mengobrol. Tema obrolan kami pun beraneka ragam dari urusan rumah sampai urusan politik atau pun artis.

"Bram, nggak nginap saja tah? Ini sudah malam loh!" ucap Mbak Kiki, kakak ipar istriku.

"Kami pulang saja, Mbak. Besok, Satria sekolah," jawabku sambil melirik anak laki-laki kami.

"Iya, Bude. Aku besok makan sehat di sekolah," celetuk anakku dengan gaya lucunya.

"Duh, ponakan bude ini emang kalau urusan makanan nomor satu," jawab Mbak Kiki.

"Mbak, kami pamit pulang dulu, ya?" ucap istriku sambil mencium punggung tangan kakak iparnya.

"Iya, Mil. Hati-Hati. Lain kali nginap, ya? Semenjak menikah kamu sudah jarang menginap di sini. Tuh, kamarmu sudah kangen kamu tempati lagi," ucap Mbak Kiki.

"Iya. Terima kasih, Mbak," jawab istriku sambil menatap sekilas ke arah kamarnya yang dulu ia tempati sebelum menikah denganku.

Aku tahu ada kerinduan di hati Mbak Kiki dan istriku kepada almarhum Mas Wisnu, kakak istriku yang telah mendidik dan merawat istriku sepeninggal kedua orang tua mereka.

Setelah berpamitan, kami pun meninggalkan rumah Mbak Kiki dengan menggunakan sepeda ontel menuju ke rumah. Jarak antara rumah Mbak Kiki ke rumah sekitar 10 kilometer. Selain melalui jalan beraspal, kami juga harus melewati jalan berbatu dan area persawahan untuk bisa sampai ke rumah. Sepanjang jalan, Satria yang membonceng di tengah beberapa kali berteriak girang apabila kami berpapasan dengan kendaraan besar.

"Yah, barusan truknya kayak yang aku lihat di tivi kemarin," teriaknya.

"Kamu nonton tivi sama siapa kemarin, Le?" tanyaku.

"Sama teman-teman, Yah, di rumah Haji Husin," jawabnya dengan penuh gembira.

"Iya ... iya ... Tapi, jangan lupa belajar," balasku.

"Iya, Yah," jawabnya lesu.

Setelah itu Satria duduk dengan anteng. Begitulah kebiasaannya kalau habis ditegur olehku. Tapi, ia pasti akan melaksanakan pesanku. Aku sudah hapal betul tabiatnya.

"Yah. Satria boleh tidur, nggak?" celetuk anakku kemudian.

"Jangan tidur dulu, Le. Kasian ibumu kesulitan memegangi kamu," jawabku sambil mengayuh sepeda.

"Tapi, Yah. Kalau sampai di tikungan dekat rumah itu, aku mau tidur, ya? Soalnya ...," jawab anakku itu dengan ketakutan.

"Emangnya kenapa, Le?" tanyaku penasaran.

"Kata Bagas, di tikungan itu kalau malam ada hantunya ...," jawab Satria semakin ketakutan.

Aku dan Jamila istriku terkejut dengan jawaban Satria.

"Kamu dibohongi Bagas tuh!" ucapku.

"Enggak, pokoknya sebelum sampai tikungan, aku mau tidur di pelukan ibu," protes Satria.

"Ya sudah. Masih jauh kok," jawabku.

Aku dan Jamila sibuk dengan pikiran masing-masing. Jujur, aku tidak menyangka isu tentang hantu di tikungan dekat rumahku itu sampai juga ke telinga anakku. Aku sendiri sebenarnya tidak pernah ambil pusing dengan isu itu. Tapi, aku juga tidak mau kalau sampai anakku menjadi korban dari isu yang belum jelas kebenarannya itu.

Tak terasa, kami sudah hampir sampai di tikungan yang dimaksud oleh Satria. Aku menoleh sebentar ke belakang. Kulihat Satria dengan enaknya tidur di pelukan ibunya.

"Satria tidur, Dik?" tanyaku memastikan.

"Sudah, Mas," jawab Jamila.

"Kamu juga dengar tentang isu itu, Dik?" tanyaku lagi.

"Hm .... i-i-ya, Mas," jawabnya polos.

"Kamu juga takut, Dik?" tanyaku.

Istriku tidak menjawab. Ia hanya menatap mataku sekilas kemudian mengalihkan pandangannya ke wajah Satria yang tertidur pulas.

Aku hapal betul dengan istriku ini. Kalau ia tidak menjawab artinya ia membenarkan pertanyaanku, tapi ia tidak mau mengutarakannya.

"Tenang, Dik. Ada mas di sini," ucapku menenangkannya.

"Mas kan di depan. Kalau hantunya diam-diam muncul di belakang gimana?" ujar istriku tiba-tiba.

"Kamu pegangan sama mas saja. Nggak usah takut!" balasku.

"Gimana aku mau pegangan, Mas. Lah wong kedua tanganku dipakai nahan badannya Satria," protesnya.

"Oke. Nanti mas akan sering menoleh ke belakang," jawabku.

Lagi-Lagi perempuan cantik ini tidak berbicara.

"Bismillahirrohmanirrohiiim ...." Kuucap kata basmalah ketika kami sampai di tikungan yang banyak diperbincangkan orang-orang itu. Angin sepoi-sepoi tiba-tiba meniup tengkukku sehingga terasa dingin sekali. Aku menoleh ke belakang dan kulihat wajah istriku nampak pias. Wajahnya menunjukkan rasa ketakutan yang ia sembunyikan.

Alhamdulillah. Akhirnya, kami pun sudah jauh dari tikungan itu dan sebentar lagi kami akan sampai di rumah.

Rumah kami nampak gelap karena lampunya belum dinyalakan. Kami bertiga pun turun dari sepeda dan bersiap untuk masuk ke dalam rumah.

"Kenapa, Dik?" tanyaku pada istriku yang kebingungan.

"Anu, Mas. Sandal Satria hilang sebelah," jawabnya.

"Wah, pasti terjatuh di jalan," jawabku.

"Padahal di jalan raya tadi, aku masih merasakan sandalnya menyentuh kaki sebelah kananku," jawab istriku.

"Maksudmu sandal Satri jatuh di dekat-dekat sini?" tanyaku.

"Iya, Mas. Kayaknya di sekitar tikungan tadi sampai di sini yang aku nggak ingat lagi," jawab Jamila.

"Hm ... Biar sudah, Dik. Aku cari besok saja," jawabku.

"Hm ... Sandal itu pemberian Mbak Kiki loh. Dan itu sandal kesukaan Satria. Kalau ia tahu sandalnya hilang, pasti dia nangis, Mas," ujar istriku.

"Hem ... Aku cari sekarang, ya?" tanyaku.

"Tapi, Mas ...," protes Jamila.

"Kamu tunggu di sini saja. Aku akan mencarinya sendiri," jawabku sambil memutar kembali sepedaku.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

🥰

🥰

Mampir..

2023-12-09

0

Prio Ajik

Prio Ajik

sudah ketemu lagi sama kamu Thor 🥰🥰

2023-10-23

0

Sani

Sani

yg like blm bnyak nih

2023-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!