TRIO NAKAL

Dalam waktu sepersekian detik arah bola itu tiba-tiba berbalik menghantam tiang gajebo dengan keras. Kemudian bola itu memantul dengan keras ke arah kepala Asa, sehingga Asa pun terhuyung-huyung dan jatuh ke tanah. Tidak cukup sampai di situ, bola yang berhasil membentur kepala Asa itu juga memantul kembali dan membentur kepala Jodi sehingga terjerembap ke tanah. Dan sekali lagi bola itu pun memantul menuju ke arah Rio yang sedang terheran-heran melihat kedua temannya yang tiba-tiba bergelimpangan ke tanah. Anak-Anak lain yang berada di tempat itu melihat dengan jelas saat pipi Rio terdorong oleh bola sehingga wajahnya terlihat lucu bagi yang menyaksikannya. Rio pun turut terjatuh bersama kedua temannya yang roboh ke tanah duluan.

“Ha ha ha ha ha …” Anak-anak tertawa terbahak-bahak melihat ketiga siswa yang terkenal nakal itu jatuh akibat ulahnya sendiri.

Bu Azizah yang mendengar suara hiruk-pikuk di halaman pun keluar dari ruangan kantor untuk mengecek kejadian yang ada di halaman sekolah. Perempuan itu terkejut saat melihat Rio, Jodi, dan Asa berguling-guling di tanah.

“Ya Allah! Kenapa kalian main guling-guling di tanah? Baju kalian sampai kotor begini.” Bu Azizah membantu ketiga anak itu untuk bangkit.

“Ini semua gara-gara Satria dan kawan-kawannya, Bu!” seru Rio sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit akibat terjatuh.

Satria dan kawan-kawannya tentu saja terkejut mendengar aduan Rio. Mereka secara bersamaan menatap ke arah Rio dan kawan-kawannya.

“Benar, kalian yang melakukan ini semua terhadap ketiga teman kalian ini?” tanya Bu Azizah kepada Satria dan kawan-kawannya.

Satria dan kawan-kawannya benar-benar tergagap saat itu. Mereka tidak menyangka Rio akan menyalahkan mereka atas tindakannya sendiri. Tiba-Tiba seorang anak dari kelas B bersuara dengan lantang.

“Tidak, Bu Azizah! Tadi ketiga anak itu main bola. Kemudian mereka mengoper bola dan menendang bola dengan keras ke arah anak-anak kelas A yang sedang makan bekal bersama di gajebo. Bola yang mereka tendang mengenai tiang gajebo dan memantul ke mereka sendiri. Akhirnya mereka terjatuh akibat pantulan bola itu.”

“Cinta?” Satria memekik terkejut karena Cinta yang notabene adalah teman sekelas Rio dan kedua temannya itu malah membela anak-anak kelas A di depan Bu Azizah.

Rio berusaha memberi kode kepada Cinta untuk tidak meneruskan kata-katanya, tapi selama ini Cinta memang terkenal tegas dan tidak takut pada siapapun, termasuk pada Rio dan kedua temannya itu. Jadi, peringatan Rio tidak digubris oleh anak perempuan itu.

“Oooooo … Jadi kalian bertiga ini jatuh akibat ulah kalian sendiri, toh? Hm … Bersyukur Allah SWT langsung menegur kesalahan kalian bertiga. Daripada kalian nanti dibalasnya di akhirat. Nauzubillah … Ayo, sekarang kalian minta maaf kepada anak-anak yang sudah sempat kalian tuduh tadi! Habis itu kalian cuci tangan dan kaki kalian di kamar mandi!” perintah Bu Azizah.

“Baik, Bu guru.” Sahut ketiga anak itu.

Rio, Asa, dan Jodi kemudian berjalan ke arah Gajebo untuk meminta maaf kepada anak-anak kelas A.

“Maafkan aku ya, Ronald?” ucap Asa.

“Maafkan aku ya, Sat?” ucap Rio

“Maafkan aku ya, Si?” ucap Jodi.

Bu Azizah senang melihat ketiga anak didiknya mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Satria dan teman-temannya juga merasa senang atas tindakan gentle Rio dan kawan-kawannya. Meskipun awalnya mereka ragu kalau mereka bertiga benar-benar tulus untuk meminta maaf kepada mereka. Setelah selesai acara meminta maaf, Bu Azizah menyuruh ketiga anak itu untuk mencuci anggota tubuhnya yang kotor akibat terjatuh tadi. Bu Azizah baru masuk ke ruangan kantor setelah melihat ketiga anak kelas B itu berjalan menuju kamar mandi.

Ronald dan kawan-kawannya melanjutkan acara makan yang sempat tertunda tadi. Pandangan Satria tertuju pada Cinta. Ia masih tidak habis pikir karena anak perempuan itu berani membela anak-anak kelas A. Satria menghampiri Cinta yang masih berdiri di tempat posisinya semula.

“Makasih ya atas bantuanmu tadi, ya? Ayo, kalau mau ikut bergabung makan dengan anak-anak!” sapa Satria.

“Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Tidak perlu berterima kasih kepadaku. Maaf, aku sudah kenyang. Lagipula aku lagi sibuk latihan dengan teman-temanku supaya kelas B nanti bisa menyapu bersih piala kejuaraan akhir tahun nanti,” jawab Cinta dengan tegas sambil berlalu pergi meninggalkan Satria yan tercengang.

Kalimat Cinta barusan mengingatkan Satria bahwa sebentar lagi mereka akan menghadapi kejuaran di sekolah. Ucapan Cinta barusan membuat semangat kompetisi Satria bangkit kembali. Sebagai anak kelas A dia tentu tidak mau semua piala diborong anak-anak kelas B nantinya.

Satria pun kembali ke gajebo untuk melanjutkan acara makan-makan bersama teman-temannya. Kebahagiaan yang sempat tertunda karena insiden tadi akhirnya kembali hadir di tengah-tengah mereka. Namun, setelah mereka selesai acara makan bekal bersama, tiba-tiba datang Rio dan kedua temannya. Kehadiran ketiga orang itu menimbulkan perasaan kurang nyaman di hati mereka.

“Eh … Rio … Asa … Jodi … Maaf, makanannya sudah habis. Jadi, kami tidak bisa mengajak kalian makan bareng,” sapa Satria dengan sopan.

“Hh … Tidak perlu sok manis terhadap kami, ya? Oh ya … Kalian jangan sok sombong karena tadi kami bertiga minta maaf kepada kalian. Perlu kalian tahu, tadi kami itu hanya pura-pura minta maaf kepada kalian karena ada Bu Azizah. Paham kalian? Ingat! Kejadian tadi tidak akan pernah kami lupakan. Awas, akan kami balas kalian nanti!” Rio berkata dengan nada mengancam.

Satria dan teman-temannya tentu saja terkejut dengan perkataan Rio barusan. Mereka tidak menyangka momen minta maaftadi hanya sandiwara belaka. Mereka tidak sanggup untuk menanggapi ucapan Rio barusan. Rio dan kawan-kawannya kemudian pergi meninggalkan mereka setelah melempar senyuman sinis mereka.

“Ya Allah … Ternyata mereka memang tidak pernah bisa berubah,” ucap Ronald.

“Aku kok jadi ngeri dengan ucapan Rio tadi, ya?” ucap Nana.

“Kalian tenang saja dan tidak perlu takut pada mereka. Ada Allah SWT yang akan melindungi kita semuanya. Kita berdoa saja semoga mereka bertiga suatu saat bisa bertaubat,” jawab Satria.

“Aamiiin …,” jawab Arsi.

Setelah itu Ronald, Arsi, dan Nana masuk kembali ke ruangan kelas karena mendengar bel berbunyi. Sementara Satria berjalan sendirian ke kamar mandi. Tidak ada siapapun di kamar mandi selain anak itu sendiri. Suasana di kamar mandi juga sepi. Satria berdiri di depan wastafel sambil mencuci tangannya. Setelah itu ia menatap bayangannya sendiri yang ada di cermin. Tiba-Tiba sesosok bayangan hitam muncul di belakang anak itu. Bulu kuduk satria berdiri seketika karena takut.

“Lain kali tidak usah ikut campur urusanku! Kalau sampai terjadi apa-apa dengan teman-temanku, aku tidak akan memaafkanmu!” teriak Satria dengan mulut bergetar.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

mantap

2024-02-16

1

Jamilah Anja Lah

Jamilah Anja Lah

byuhhhh bahasanya kaya anak SMP thooor.ktnya msh RA

2023-09-20

1

Ayuk Vila Desi

Ayuk Vila Desi

lanjut thor

2023-05-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!