KEANEHAN

Setelah melalui perjalanan yang mendebarkan, akhirnya aku pun sampai di depan rumah. Mila, istriku dengan setia menungguku di depan rumah. Begitu sampai di rumah, aku langsung memasukkan sepedaku ke ruang tamu karena sudah cukup malam. Takutnya kalau dimasukkan nanti aku sudah keburu capek. Sepeda itu satu-satunya harta berharga yang kami miliki saat ini. Kondisi perekonomian keluargaku memang masih pas-pasan. Itulah kenapa dulu, almarhum kakaknya Mila tidak lagsung menyetujui aku menikahi adik perempuan satu-satunya. Mila yang biasa hidup serba berkecukupan tentunya akan berat melalui hari-hari yang serba pas-pasan karena bersuamikan seorang guru swasta seperti aku.

“Gimana, Mas? Ketemu sandalnya?” tanya Mila sambil mencium tanganku.

“Alhamdulillah ketemu, Mil. Meskipun tadi aku sempat mengalami kejadian kurang mengenakkan,” jawabku setelah menyandarkan punggungku di kursi tamu pemberian Mbak Kiki.

“Kejadian kurang mengenakkan apa, Mas? Pantas saja tadi Mas perginya agak lama.” Mila bertanya karena penasaran.

“Aku tadi ketemu hantu anak kecil di tikungan itu, Mil,” jawabku jujur.

“Hantu anak kecil, Mas? Tapi Mas nggak apa-apa, kan?” Mila semakin cemas saja.

“Ya aku kabur lah sekuat tenaga. Tahu nggak kamu Mil, hantu anak kecil itu bilang kepadaku kalau selama ini dialah yang sudah menakut-nakuti orang yang lewat di tikungan itu.”

“Loh kok hantunya aneh bilang kayak gitu ke Mas? Hantunya pasti serem ya, Mas?”

“Wajahnya sih nggak nyeremin. Awalnya aku kira anak kecil itu korban kejahatan atau kecelakaan karena lehernya penuh dengan darah. Aku disuruh pegangin lehernya oleh hantu itu. Tiba-Tiba lukanya langsung sembuh begitu aku pegangin. Sontak saja aku kaget terus hantu itu bilang sendiri ke aku bahwa dia itu hantu. Dia bilang terima kasih ke aku karena sudah menyembuhkan lukanya, tapi aku langsung kabur karena takut.”

“Benar-Benar hantu yang aneh. Dia nggak ikut kamu pulang kan, Mas?”

“Semoga enggak, Mil.  Oh iya, Satria mana sekarang?”

“Sudah lelap tertidur dia Mas di kamar. Mas mau aku buatkan kopi hangat?”

“Ngga usah Mil, aku mau langsung tidur saja. Badanku capek semuanya.”

“Ya sudah. Mas langsung ke kamar saja biar aku yang menutup tirai dan mengunci pintu.”

“Makasih ya, Mil!” Aku berkata sambil mencium kening istriku.

Aku pun berjalan menuju ke kamar meninggalkan Mila yang bersiap untuk menutup tirai dan mengunci pintu. Sesampai di kamar aku langsung melepas kemejaku yang sudah robek, sehingga aku hanya mengenakan singlet saja. Kemudian aku pun langsung merebahkan tubuhku di kasur.

*

Sementara itu begitu ditinggalkan oleh suaminya, Mila langsung mengunci pintu rumah rapat-rapat karena ia juga sudah sangat mengantuk dan ingin segeratidur menyusul suaminya. Cerita Bram tentang teror hantu yang dialami di tikungan angker membuat Mila sedikit terbayang-bayang dengan adegan seram yang diceritakan oleh suaminya itu. Hal itu berdampak ketika perempuan itu akan menutup tirai jendela. Ia tidak berani menoleh ke kaca karena ia takut hantu anak kecil yang diceritakan oleh suaminya akan muncul di jendela. Jadi, ia menutup tirai jendela dengan melepas ikatan pengait dari cantolan saja. Namun, ketika ia harus menutup tirai jendela yang terakhir, entah kenapa dari sudut ekor matanya perempuan itu seperti melihat ada sesuatu yang aneh di balik kaca jendela. Anehnya lagi perempuan itu merasa ingin sekali melihat hal aneh tersebut. Makanya pada jendela terakhir ini perempuan itu memberanikan diri menoleh ke arah jendela sebelum menutup tirainya.

“Ya Tuhan!” pekik Mila cukup keras karena di balik jendela ia melihat ada sesosok anak kecil sedang berdiri menatap ke arahnya.

Tapi, saat perempuan itu akan memalingkan wajahnya dari arah jendela, sosok anak kecil itu sudah menghilang dari pandangannya.

“Tidak … Tidak … Apa yang aku lihat barusan mungkin hanya halusinasiku saja karena masih terbayang-bayang dengan cerita suamiku,” gumam perempuan itu.

Mila pun buru-buru berlari menuju kamarnya untuk menyusul suaminya yang sudah tertidur duluan. Ternyata Bram sudah terlelap saat Mila menyusulnya ke kamar. Mila buru-buru mengunci pintu kamarnya karena ia ketakutan. Ia sebenarnya juga kepikiran dengan Satria karena Satria tidur di kamar yang terpisah dengan kedua orang tuanya, tapi kalau ia harus tidur dengan anaknya itu lagi takutnya anaknya malah menjadi manja kembali. Malam itu Mila agak sulit tidur karena ia kepikiran dengan Satria. Takut hantu anak kecil yang mengganggu suaminya itu ikut menyusul ke rumah itu.

*

Aku bangun dari tidurku sebelum subuh. Ada suatu keanehan yang tidak biasa aku temui di hari-hari sebelumnya. Aku mendengar suara Satria eperti sedang berbincang-bincang dengan seseorang di ruang tamu. Ketika aku membuka pintu kamar, ternyata Satria memang sedang bermain di ruang tamu. Mainan anakku it sudah kocar-kacir memenuhi ruang tamu. Satria menyambut kedatanganku dengan senyuman lebar seolah-olah ia sudah puas bermain.

“Satria, kamu ngapain sepagi ini sudah mengeluarkan semua mainanmu?” tegurku dengan nada agak tinggi.

“Nggak apa-apa, Yah. Aku hanya ingin main saja.” Jawab Satria santai.

“Tapi tidak sepagi ini juga, Nak?”

“Maafkan aku, Yah! Soalnya kemarin aku kan nggak sempat main karena kita pergi ke rumah Bude Kiki. Padahal aku kangen banget sama mainan-mainanku.” Satria berkata dengan polosnya.

“Ada apa, Mas? Pagi-Pagi ko sudah marahi Satria?” tegur istriku yang terjaga dari tidurnya.

“Lihat tuh, Dik! Satria bikin kocar-kacir mainan sepagi ini.”

“Hm … Biarin sudah, Mas! Mungkin dia lagi pengen main. Sudah lama kan dia nggak main kayak gini? Satria! Nanti kalau sudah selesai mainnya, kamu bereskan mainanmu semua, ya?”

“Iya, Bu.”

Aku pun tidak bisa marah lagi kepada Satria karena sudah dihandle seperti itu oleh istriku. Kemudian aku pun pergi menuju kamar mandi untuk berwudu dan menunaikan salat Subuh. Ketika aku kembali dari kamar mandi, aku melihat ada keanehan di ruang tamu. Semua mainan yang awalnya kocar-kacir di ruang tamu tiba-tiba sudah kembali rapi. Sedangkan Satria sudah tidak ada lagi di ruang tamu. Entah ke mana perginya anak itu.

“Dik, Satria ke mana?”

“Nggak tahu, Mas.”

“Coba kamu lihat ke kamarnya!”

Mila pun langsung berjalan menuju kamar Satria. Beberapa detik kemudian ia kembali dan mengatakan kepadaku bahwa Satria sedang tertidur pulas di kamarnya. Aku menatap aneh ke arah tumpukan mainan yang tertata rapi itu.

“Kenapa, Mas?”

“Kok, kayak aneh aya, Dik? Barusan saja Satria main di sini. Sekarang kok dia sudah tidur lagi, sedangkan mainannya yang tadi kocar-kacir sudah tertata dengan rapi.”

“Biar, Mas. Mungkin Satria masih kaget karena kamu marahi barusan. Makanya lain kali jangan langsung kasar sama Satria. Dia itu anaknya sensitif, Mas.” Istriku menjawab dengan santainya seolah-olah tidak ada yang aneh dengan semua kejadian barusan.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

lahh...ngga bersih2 dlu gtu abiss ketemu hantu😁😁

2023-09-22

0

angel

angel

jangan jangan itu bukan satria...tapi hantu anak kecil yang menyerupai satria😱😱

2023-05-13

1

Ayuk Vila Desi

Ayuk Vila Desi

jangan2 yang main bukan satria

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!