Main Hati
“Kapan Febian pulang, Vy?” tanya Abi pada anak perempuannya yang kini sedang fokus pada tayangan film di televisi.
“Dua atau tiga hari lagi mungkin, Ma.” Jawab Livy dengan tatapan yang masih tertuju pada televisi.
Abi hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat sikap Livy. Kemudian wanita paruh baya itu memutuskan keluar dari kamar Livy karena kedatangannya sepertinya mengganggu konsentrasi Livy yang sedang menikmati film yang sedang ditontonnya.
Cklek
Terdengar suara pintu kamar ditutup, Livy segera mematikan televisinya. Dia pun hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Livy memang tahu apa yang akan dibicarakan Mamanya padanya. Topik yang sering dibahas dan jika dibahas lagi berulang-ulang pasti lama-lama akan membuatnya jengah.
Sudah seminggu ini Livy tinggal di rumah kedua orang tuanya. Karena sang suami sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri. kalau tepat waktu, memang Febian akan pulang lusa. Namun kalau molor lagi, bisa tiga atau empat hari lagi pria itu baru bisa pulang.
Hal yang sudah menjadi kebiasaan bagi Livy jika suaminya sedang ada perjalanan bisnis ke perusahaan mertuanya yang di luar negeri, pasti Febian memintanya untuk tinggal di rumah kedua orang tuanya.
Mungkin maksud Febian meminta Livy tinggal di sana karena tidak ingin membuat istrinya kesepian. Namun Livy juga semakin jengah jika terus-terusan seperti ini. pertanyaan yang sama selalu dilontarkan oleh Mamanya. Apa lagi kalau bukan tentang anak.
Sudah satu tahun Livy menjalani biduk rumah tangganya dengan pria yang sangat ia cintai, yaitu Febian. Namun sampai saat ini rumah tangga mereka belum juga dikaruniai anak. Alhasil setiap kali Febian ada pekerjaan di luar kota maupun di luar negeri yang membutuhkan waktu lama, dia selalu meminta istrinya untuk tinggal di rumah mertuanya. apalagi Livy juga masih bekerja di perusahaan Papanya, meskipun tidak aktif dan lebih sering dikerjakan dari rumah.
Pernah Livy menolak. Namun Febian tidak tega jika membiarkan istrinya sendirian di rumah. padahal di rumahnya ada pembantu. Tetap saja Febian meminta Livy untuk tinggal di rumah orang tuanya.
Deringan ponsel memekik membuat Livy yang sudah merebahkan tubuhnya seketika bangun lagi. siapa lagi kalau bukan sang suami yang sedang menghubunginya.
Wajah cemberut yang sejak tadi menghiasi wajah cantiknya kini tampak sumringah kala melihat sosok tampan di seberang sana sedang tersenyum hangat padanya.
“Kangen nggak sama aku?” goda Febian di balik sambungan video call’nya.
“Menurut kamu?” Livy menjawabnya dengan nada kesal namun menahan rindu sebenarnya.
“Ya sudah kalau nggak kangen, aku pulangnya bulan depan saja.” goda Febian lagi dan semakin membuat Livy kesal.
Febian tergelak melihat bibir manyun istrinya. Pria itu segera meminta maaf karena telah membuatnya kesal malam-malam seperti ini. dan selanjutnya mereka kembali mesra, meskipun hanya berbincang-bincang melalui sambungan video call.
Cukup lama mereka bermesra-mesraan. Hingga akhirnya Febian yang lebih dulu memutuskan sambungan teleponnya, karena tidak ingin membuat dirinya dan juga sang istri tersiksa.
“Besok jemput aku ke bandara, bisa?” tanya Febian sebelum benar-benar mengakhiri panggilannya.
“Serius kamu, Bi?” tampak wajah berbinar dari Livy saat mendengar pertanyaan suaminya.
Febian hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya. Livy pun semakin senang. Setelah itu panggilan mereka terputus. Dan Livy segera tidur agar bisa cepat bertemu pagi dan bertemu dengan suaminya.
***
Pagi ini Livy sedang sarapan bersama dengan semua keluarga besaranya. Di sana ada Papa dan Mamanya, sang Kakak beserta istri dan dua anaknya. hingga semakin ramai saja suasan rumah Reno pagi ini.
Livy tak bosan-bosannya menjaili keponakannya yang sedang makan. Ethan pun tampak risih dengan ulah Tentenya. Bahkan bocah enam tahun itu hampir menangis saat Livy menjailinya terlewat batas.
“Vy, sudah dong! Ethan mau nangis loh. Nanti dia nggak mood pergi ke sekolahnya.” Suara sang Mama menghentikan aksi Livy yang sedang asyik mencubiti pipi Ethan.
“Habisnya dia gemesin banget loh, Ma.” Sahut Livy.
Sedangkan Raffael dan Jelita, sebagai orang tua Ethan hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Livy.
“Makanya buruan punya anak, biar nggak jailin Ethan terus. Heran Mama sama kamu dan Febian. Kenapa nggak coba program hamil sih, Vy? Mama dan Papa juga ingin mempunyai cucu dari kalian.” ujar Abi dan seketika ruangan makan itu tampak senyap.
Livy tak menyahut sama sekali ucapan Mamanya. Dia hanya meminum segelas susu dan segera beranjak dari sana dengan alasan mau pulang pagi ini juga.
“Kenap,-“
Reno memegang tangan istrinya agar berhenti bicara. Apalagi melihat perubahan sikap Livy, dia juga ikut merasa bersalah atas ucapan istrinya.
Raffael segera membawa Ethan keluar dari ruang makan, karena kebetulan dia sudah menyelesaikan sarapannya lalu meminta sopir mengantarnya pergi ke sekolah. Setelah itu kembali lagi ke meja makan untuk bergantian menggendong Kiara, agar istrinya bisa makan dengan nyaman.
Tak lama kemudian Livy sudah menuruni tangga dengan membawa tasnya. Dia masuk kembali ke ruang makan untuk berpamitan pada Mama dan Papanya.
“Livy pulang dulu ya, Ma Pa?” pamit Livy dengan wajah tenang. Mencium pipi Papa dan Mamanya bergantian.
“Kenapa buru-buru sekali sih, Vy?” tanya Abi merasa bersalah atas ucapannya pada Livy baru saja.
“Febian sudah tiba di bandara, Ma. Pak Dirman juga sudah menunggu di depan.” Jawab Livy.
Reno hanya mengangguk. Kemudian Livy juga berpamitan pada Kakak dan Kakak iparnya.
Setelah Livy pergi, suasana ruang makan kembali hening. Namun hanya beberapa saat saja.
“Sayang, tolonglah jangan bahas lagi masalah anak jika bersama Livy. Kita tidak tahu dan tidak berhak tahu dengan urusan rumah tangga mereka. Bisa saja ada alasan tersendiri yang tidak ingin mereka bagi pada kita tentang anak. Aku melihat rumah tangga Livy dan Febian baik-baik saja sudah cukup senang.” Ujar Reno.
“Ya, Mas. Maaf.”
***
Sedangkan Livy saat ini sedang berada di sebuah taman pinggir kota. Memang tujuan dia untuk menjemput Febian. Tapi tidak sekarang. karena pria itu akan tiba di bandara sekitar pukul sebelas siang nanti. dan tujuan Livy cepat-cepat pulang karena tidak tahan dengan pertanyaan Mamanya tadi.
Mungkin selama ini dia selalu bungkam jika kedua orang tuanya terutama Mamanya yang selalu membahas anak. Namun kali ini Livy benar-benar tidak tahan. Daripada dia mengeluarkan kalimat yang akan menyakiti hati orang lain, lebih baik ia pergi dan menghindar.
Cukup lama Livy duduk seorang diri di bangku taman itu. hingga sinar matahari yang semakin meninggi, membuatnya harus segera pergi dari sana. Apalagi sejak tadi Pak Dirman menunggunya di dalam mobil.
Bruk
Livy tiba-tiba saja tanpa sengaja menabrak seseorang yang juga sedang berada di taman itu.
“Maaf,-“
Livy hanya mengucapkan kata maaf pada orang itu tanpa melihatnya, karena bertepatan dengan ponselnya berdering ada panggilan masuk.
Sementara orang yang ditabrak hanya menahan kesal, karena minuman yang baru saja ia beli tumpah mengenai bajunya. Meskipun Livy sudah meminta maaf, tapi kesannya seperti tidak serius mengucapkannya.
“Seperti pernah meilhat perempuan itu.”
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Lanjut
2023-08-01
0
Neneng cinta
betul tih ma abi,,anak itu sm dg jodoh dan rezeki , kl udh waktunya pasti d kasih...yg penting livy bahagia,,,♥️♥️♥️♥️
2023-03-08
1
Neneng cinta
siapa hayooo....🤔🤔🤔
2023-03-08
1