“Kenapa sih Bik lihat aku seperti itu? aku hanya ingin memberitahu dia tentang tugasnya besok.” Tanya Livy saat menyadari tatapan Bi Ratih terlihat aneh terhadapnya.
“Oh, maaf Non. Tadi Bibi lihat Dewa ke halaman belakang.” Jawab Bi Ratih dengan perasaan lega. Kecurigaannya tidak terbukti.
“Terima kasih, Bik.”
Livy tidak jadi mengambil air minum. Dia kemudian menuju halaman belakang untuk menemui Dewa. Ternyata Dewa memang sedang ada di sana. Terlihat pria itu sedang bicara dengan seseorang melalui sambungan teleponnya. Namun saat Livy sudah hampir mendekatinya, Dewa sudah mengakhiri panggilannya.
“Nona?” Dewa tampak terkejut dengan kehadiran Livy.
“Kenapa kamu di sini?” tanya Livy dan kini ia sudah duduk kursi di samping Dewa.
Kursi itu bentuknya memanjang. Otomatis mereka berdua kini sedang duduk dalam satu kursi. Dewa perlahan menjauh, menjaga jarak. Dia sangat tidak nyaman dengan posisi seperti ini. takut jika ada yang melihatnya, akan berasumsi lain. Apalagi mengingat ucapan Bi Ratih tadi yang terkesan memperingatkannya.
“Ehm, saya hanya mencari angin segar saja.” jawab Dewa dengan gugup.
“Oh, jadi selama keluar denganku tadi kamu nggak dapat angin segar ya?” tanya Livy yang sedikit kecewa setelah mendengar jawaban Dewa.
“Tidak, Nona. Bukan seperti itu. saya, belum bisa tidur. Jadi memilih mencari angin segar di sini.” jawab Dewa dengan bingung. Tapi kenapa dia seperti sedang kepergok oleh kekasihnya. Apalagi pertanyaan Livy sarat dengan nada kesal dan curiga.
“Besok aku ke kantor. kamu harus sudah siap jam delapan pagi.” ucap Livy kemudian wanita itu segera beranjak meninggalkan Dewa.
Perasaan Dewa masih tidak enak dengan sikap Livy. tanpa sadar tangannya terulur menahan langkah Livy yang hendak masuk ke dalam rumah.
“Maaf, jika membuat anda marah, Nona.” Ucap Dewa.
“Ehm, ya sudah aku masuk dulu.” Livy memegang tangan Dewa agar pria itu melepas cekalan tangannya. Dewa pun juga terkejut dengan perbuatannya. namun Livy justru tersenyum padanya.
***
Keesokan paginya Livy sudah siap berangkat ke kantor. usai menyelesaikan sarapan paginya seorang diri, wanita itu segera keluar rumah, karena Dewa sudah menunggunya di depan. Pria itu mengangguk sopan dengan senyum ramah menyapa majikannya yang pagi ini sangat terlihat cantik dengan penampilan yang stylish ala pekerja kantoran.
Livy sudah duduk di samping Dewa. Tak lama kemudian Dewa segera melajukan mobilnya menuju perusahaan Papa Livy. tidak ada percakapan diantara keduanya. Livy juga tampak sibuk mengecek beberapa email yang masuk. Hingga deringan ponselnya tgerdengar cukup nyaring dari ponsel Livy.
Livy menerima panggilan itu dan bicara tidak teralu banyak dengan seseorang yang sedang berada jauh di sana. Siapa lagi kalau bukan sang suami.
Febian menghubunginya karena pria itu mengatakan kalau semalam ponselnya kehabisan daya. Setelah bertanya tentang kegiatan istrinya, Febian segera mengakhiri panggilannya. Livy hanya menghembuskan nafasnya pelan. Entah kenapa perasaannya terhadap Febian agak berbeda dari biasanya. Apakah gara-gara perdebatan kecil kemarin.
Beberapa saat kemudian Livy sudah sampai kantor. Dewa pun setia mengikuti kemana majikannya pergi. Berhubung selama ini Livy tidak memiliki ruangan tetap, dan dia selalu masuk ke ruangan kakaknya, Dewa akhirnya diminta untuk menunggu di luar.
Beberapa saat setelah Livy masuk ruangan Raffael, si pemilik ruangan itu datang dan melihat Dewa yang tampak asing baginya.
“Anda siapa? Ada keperluan apa ke sini?” tanya Raffael penuh selidik.
Dewa melihat pria tampan di hadapannya itu jelas tahu kalau dia adalah kakak dari majikannya. Pasalnya Livy dan Raffael memiliki garis wajah yang sangat mirip.
“Saya, Dewa. Bodyguard Nona Livy.” jawab Dewa dengan sopan.
Raffael tampak mengerutkan kening. Sejak kapan Livy memakai jasa seorang bodyguard? Bahkan dia saja tidak pernah memakai jasa bodyguard untuk istrinya.
Tanpa banyak bertanya lagi, Raffael segera masuk ke ruangannya. Lebih baik ia bertanya langsung pada adiknya yang sudah menunggunya di dalam. Dan di sana terlihat Livy sedang duduk di sofa sambil memegang Macbook.
“Segitu cintanya Febian sampai menyewa bodyguard untuk istrinya?” sindir Raffael pada sosok wanita yang sedang sibuk dengan Macbooknya.
“Apakah selama ini kamu lecet-lecet, Vy? Sampai dia memakai jasa seorang bodyguard?” tanya Raffael lagi saat Livy tak menanggapi sindirannya baru saja.
Livy hanya melihat kakaknya seklias dan memutar bola matanya dengan jengah. Baginya, pertanyaan kakaknya tidak penting dan tidak membutuhkan jawaban.
“Atau jangan-jangan dia menyewa bodyguard untukmu agar belangnya tidak kamu ketahui?” lanjut Raffael sontak mendapat sanggahan dari Livy.
“Kak Raffa ini bicara apa sih? Nggak ada hal lain yang lebih penting apa?” tanya Livy sedikit kesal. Entah kenapa juga dia tidak terima dengan ucapan Raffael yang terakhir tadi. memang dia tahu kalau selama ini kakaknya kurang begitu suka dengan Febian. namun tuduhan Raffael baru saja membuatnya tidak terima, karena memang tidak terbukti.
“Oh iya, Kak. Aku minta ruangan khusus. Aku bosan jika bergabung dengan Kak Raffa terus.” Lanjut Livy.
“Ya. Besok aku akan suruh seseorang untuk menyiapkan ruangan untukmu. Padahal sejak lama aku sudah menawarkan untukmu. Daripada mengerjakan pekerjaan di rumah, yang justru membuatmu bosan. Lebih baik di sini saja.”
Livy menganggukkan kepalanya. Kali ini ucapan Raffael benar. Memang selama ini ia mengerjakan pekerjaan kantor dari rumah. dan semua itu karena permintaan Febian. walau ia sebenarnya sangat bosan. Namun kini, setelah ada Dewa, lebih baik meminta ruangan khusus pada kakaknya. Untuk urusan Febian yang tidak setuju, biar nanti saja ia bicara sendiri dengan pria itu kalau sudah pulang dari luar negeri.
“Febian ke luar negeri lagi?” tanya Raffael sambil sibuk meneliti beberapa dokumen.
“Ya. Seperti biasa.”
“Heran aku sama hubungan kalian. kenapa Febian nggak pindah di kantor pusat sana saja sih, Vy? Papa juga tidak akan keberatan jika kamu mau ikut tinggal bersama suamimu di sana. Daripada harus bolak-balik ke sana. Ingat kesehatan juga. mungkin dari situlah kalian sampai saat ini masih belum bisa memiliki momongan. Karena kalian juga sama-sama sibuk.” Ucap Raffael panjang lebar.
“Aku sudah pernah mengatakan seperti itu, Kak. Febian lebih nyaman dengan kantor cabang di sini.” jawab Livy singkat tak ingin membahas masalah momongan. Karena Raffael juga tidak tahu yang sebenarnya.
Setelah itu keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Pukul sebelas siang Livy dan Raffael sudah bersiap untuk meeting di luar sekaligus makan siang dengan kliennya. Dan Raffael kali ini mengajak Livy berangkat satu mobil dengannya. membiarkan Dewa tetap di sini.
Kakak beradik itu keluar dari ruangan Raffael. Raffael lebih dulu menuju basement. Sedangkan Livy akan memberitahu Dewa untuk menunggunya di sini. namun tiba-tiba saja wajah Livy berubah masam saat melihat Dewa sedang asyik ngobrol dengan sekretaris kakaknya. Apalagi keduanya terlihat sangat akrab.
“Wa, aku meeting dengan Kak Raffa di luar.” Ucap Livy membuat Dewa terkejut.
“Baik, Nona. Mari!”
“Aku berangkat sama Kak Raffa. Kamu menunggu di kantor saja. tapi jangan di sini. awas saja kalau kamu macam-macam!” ancam Livy dengan suara datar.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ana
ya ampun vy kamu kentara banget 😁😁😁ketahuan cemburu nya
harusnya emang cari tau yang sebenarnya febian ini seperti apa orang nya apakah ada yang disembunyikan 🤔
2023-03-13
1
Neneng cinta
maksudnya macam2 apa vy,,,🤔,,kok ky k pacar az jgn macam2 lirik cewe😁😁😁
2023-03-13
1
❤ Nadia Sari ❤
Nah ini spy belangnya tidak diketahui ..Ayo Raffa bantu Lyvi 😘
2023-03-13
1