“Kapan Febian pulang, Vy?” tanya Abi pada anak perempuannya yang kini sedang fokus pada tayangan film di televisi.
“Dua atau tiga hari lagi mungkin, Ma.” Jawab Livy dengan tatapan yang masih tertuju pada televisi.
Abi hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat sikap Livy. Kemudian wanita paruh baya itu memutuskan keluar dari kamar Livy karena kedatangannya sepertinya mengganggu konsentrasi Livy yang sedang menikmati film yang sedang ditontonnya.
Cklek
Terdengar suara pintu kamar ditutup, Livy segera mematikan televisinya. Dia pun hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Livy memang tahu apa yang akan dibicarakan Mamanya padanya. Topik yang sering dibahas dan jika dibahas lagi berulang-ulang pasti lama-lama akan membuatnya jengah.
Sudah seminggu ini Livy tinggal di rumah kedua orang tuanya. Karena sang suami sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri. kalau tepat waktu, memang Febian akan pulang lusa. Namun kalau molor lagi, bisa tiga atau empat hari lagi pria itu baru bisa pulang.
Hal yang sudah menjadi kebiasaan bagi Livy jika suaminya sedang ada perjalanan bisnis ke perusahaan mertuanya yang di luar negeri, pasti Febian memintanya untuk tinggal di rumah kedua orang tuanya.
Mungkin maksud Febian meminta Livy tinggal di sana karena tidak ingin membuat istrinya kesepian. Namun Livy juga semakin jengah jika terus-terusan seperti ini. pertanyaan yang sama selalu dilontarkan oleh Mamanya. Apa lagi kalau bukan tentang anak.
Sudah satu tahun Livy menjalani biduk rumah tangganya dengan pria yang sangat ia cintai, yaitu Febian. Namun sampai saat ini rumah tangga mereka belum juga dikaruniai anak. Alhasil setiap kali Febian ada pekerjaan di luar kota maupun di luar negeri yang membutuhkan waktu lama, dia selalu meminta istrinya untuk tinggal di rumah mertuanya. apalagi Livy juga masih bekerja di perusahaan Papanya, meskipun tidak aktif dan lebih sering dikerjakan dari rumah.
Pernah Livy menolak. Namun Febian tidak tega jika membiarkan istrinya sendirian di rumah. padahal di rumahnya ada pembantu. Tetap saja Febian meminta Livy untuk tinggal di rumah orang tuanya.
Deringan ponsel memekik membuat Livy yang sudah merebahkan tubuhnya seketika bangun lagi. siapa lagi kalau bukan sang suami yang sedang menghubunginya.
Wajah cemberut yang sejak tadi menghiasi wajah cantiknya kini tampak sumringah kala melihat sosok tampan di seberang sana sedang tersenyum hangat padanya.
“Kangen nggak sama aku?” goda Febian di balik sambungan video call’nya.
“Menurut kamu?” Livy menjawabnya dengan nada kesal namun menahan rindu sebenarnya.
“Ya sudah kalau nggak kangen, aku pulangnya bulan depan saja.” goda Febian lagi dan semakin membuat Livy kesal.
Febian tergelak melihat bibir manyun istrinya. Pria itu segera meminta maaf karena telah membuatnya kesal malam-malam seperti ini. dan selanjutnya mereka kembali mesra, meskipun hanya berbincang-bincang melalui sambungan video call.
Cukup lama mereka bermesra-mesraan. Hingga akhirnya Febian yang lebih dulu memutuskan sambungan teleponnya, karena tidak ingin membuat dirinya dan juga sang istri tersiksa.
“Besok jemput aku ke bandara, bisa?” tanya Febian sebelum benar-benar mengakhiri panggilannya.
“Serius kamu, Bi?” tampak wajah berbinar dari Livy saat mendengar pertanyaan suaminya.
Febian hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya. Livy pun semakin senang. Setelah itu panggilan mereka terputus. Dan Livy segera tidur agar bisa cepat bertemu pagi dan bertemu dengan suaminya.
***
Pagi ini Livy sedang sarapan bersama dengan semua keluarga besaranya. Di sana ada Papa dan Mamanya, sang Kakak beserta istri dan dua anaknya. hingga semakin ramai saja suasan rumah Reno pagi ini.
Livy tak bosan-bosannya menjaili keponakannya yang sedang makan. Ethan pun tampak risih dengan ulah Tentenya. Bahkan bocah enam tahun itu hampir menangis saat Livy menjailinya terlewat batas.
“Vy, sudah dong! Ethan mau nangis loh. Nanti dia nggak mood pergi ke sekolahnya.” Suara sang Mama menghentikan aksi Livy yang sedang asyik mencubiti pipi Ethan.
“Habisnya dia gemesin banget loh, Ma.” Sahut Livy.
Sedangkan Raffael dan Jelita, sebagai orang tua Ethan hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Livy.
“Makanya buruan punya anak, biar nggak jailin Ethan terus. Heran Mama sama kamu dan Febian. Kenapa nggak coba program hamil sih, Vy? Mama dan Papa juga ingin mempunyai cucu dari kalian.” ujar Abi dan seketika ruangan makan itu tampak senyap.
Livy tak menyahut sama sekali ucapan Mamanya. Dia hanya meminum segelas susu dan segera beranjak dari sana dengan alasan mau pulang pagi ini juga.
“Kenap,-“
Reno memegang tangan istrinya agar berhenti bicara. Apalagi melihat perubahan sikap Livy, dia juga ikut merasa bersalah atas ucapan istrinya.
Raffael segera membawa Ethan keluar dari ruang makan, karena kebetulan dia sudah menyelesaikan sarapannya lalu meminta sopir mengantarnya pergi ke sekolah. Setelah itu kembali lagi ke meja makan untuk bergantian menggendong Kiara, agar istrinya bisa makan dengan nyaman.
Tak lama kemudian Livy sudah menuruni tangga dengan membawa tasnya. Dia masuk kembali ke ruang makan untuk berpamitan pada Mama dan Papanya.
“Livy pulang dulu ya, Ma Pa?” pamit Livy dengan wajah tenang. Mencium pipi Papa dan Mamanya bergantian.
“Kenapa buru-buru sekali sih, Vy?” tanya Abi merasa bersalah atas ucapannya pada Livy baru saja.
“Febian sudah tiba di bandara, Ma. Pak Dirman juga sudah menunggu di depan.” Jawab Livy.
Reno hanya mengangguk. Kemudian Livy juga berpamitan pada Kakak dan Kakak iparnya.
Setelah Livy pergi, suasana ruang makan kembali hening. Namun hanya beberapa saat saja.
“Sayang, tolonglah jangan bahas lagi masalah anak jika bersama Livy. Kita tidak tahu dan tidak berhak tahu dengan urusan rumah tangga mereka. Bisa saja ada alasan tersendiri yang tidak ingin mereka bagi pada kita tentang anak. Aku melihat rumah tangga Livy dan Febian baik-baik saja sudah cukup senang.” Ujar Reno.
“Ya, Mas. Maaf.”
***
Sedangkan Livy saat ini sedang berada di sebuah taman pinggir kota. Memang tujuan dia untuk menjemput Febian. Tapi tidak sekarang. karena pria itu akan tiba di bandara sekitar pukul sebelas siang nanti. dan tujuan Livy cepat-cepat pulang karena tidak tahan dengan pertanyaan Mamanya tadi.
Mungkin selama ini dia selalu bungkam jika kedua orang tuanya terutama Mamanya yang selalu membahas anak. Namun kali ini Livy benar-benar tidak tahan. Daripada dia mengeluarkan kalimat yang akan menyakiti hati orang lain, lebih baik ia pergi dan menghindar.
Cukup lama Livy duduk seorang diri di bangku taman itu. hingga sinar matahari yang semakin meninggi, membuatnya harus segera pergi dari sana. Apalagi sejak tadi Pak Dirman menunggunya di dalam mobil.
Bruk
Livy tiba-tiba saja tanpa sengaja menabrak seseorang yang juga sedang berada di taman itu.
“Maaf,-“
Livy hanya mengucapkan kata maaf pada orang itu tanpa melihatnya, karena bertepatan dengan ponselnya berdering ada panggilan masuk.
Sementara orang yang ditabrak hanya menahan kesal, karena minuman yang baru saja ia beli tumpah mengenai bajunya. Meskipun Livy sudah meminta maaf, tapi kesannya seperti tidak serius mengucapkannya.
“Seperti pernah meilhat perempuan itu.”
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
Livy berjalan tergesa-gesa menuju gate kedatangan. Apalagi di kursi tunggu ia sudah melihat Febian sedang duduk di sana. Sungguh wanita itu benar-benar merutuki kebodohannya karena terlalu lama berada di taman sampai lupa waktu.
Febian yang dari jauh sudah melihat kedatangan istrinya, dia segera beranjak dan merentangkan tangannya menyambut wanita pujaannya. Dan tanpa rasa malu, mereka berpelukan di depan umum. Bahkan Febian berulang kali menghujani ciuman di seluruh wajah Livy.
“Bi, udah dong! Nggak enak dilihatin orang.” Ujar Livy menghentikan aksi suaminya.
“Ya sudah ayo! Aku sudah tidak tahan menahan rindu ini.” Sahut Febian dan segera menggandeng tangan istrinya. Sedangkan Pak Dirman yang sejak tadi juga mengikuti majikannya itu tampak berjalan di belakang menarik koper Febian.
Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Febian meminta Pak Dirman untuk mengantarnya ke sebuah hotel terdekat. Livy hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap suaminya yang tidak sabaran.
“Di rumah kan bisa, Bi!” bisik Livy takut didengar Pak Dirman.
“Aku ingin sensasi yang berbeda, Sayang.” Balas Febian dengan bisikan pula.
Beberapa saat kemudian mobil yang ditumpangi Livy dan Febian tiba di depan sebuah hotel tak jauh dari bandara. Febian meminta Pak Dirman segera pulang, sedangkan ia dan istrinya nanti akan pulang naik taksi kalau sudah menyelesaikan misinya.
Sesampainya di kamar hotel yang Febian sewa, pria itu memberikan paperbag pada Livy. Ternyata isinya adalah satu set lingerie yang sengaja Febian beli khusus untuk sang istri demi menyambut kedatangannya.
“Kamu pasti sangat cantik kalau memakainya.” Bisik Febian membuat wajah Livy memanas.
Livy mengangguk patuh. Meraih paper bag itu dan membawanya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sekaligus menukar pakaiannya dengan pakaian dinas yang sudah dibelikan oleh sang suami.
Sedangkan Febian sudah melepas semua bajunya diganti dengan kimono. Tak lama setelah istrinya keluar, pria itu masuk ke kamar mandi sebentar sebelum mengeksekusi istrinya siang ini.
Rasa rindu setelah seminggu lebih tidak bertemu, membuat sepasang suami istri itu semakin terbakar dalam gairaah yang membelenggu. Keduanya seolah tidak mengenal kata lelah. Terlebih Febian yang paling merindukan tubuh istrinya.
Akhirnya siang itu sepasang suami istri tampak tergolek lemah di atas ranjang setelah sempat beradu kenikmatan. Febian mengecup kening istrinya yang sudah tampak lemas. Setelah itu ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sejenak sebelum beristirahat bersama Livy.
“Aku dulu ya, Sayang. Setelah ini gantian.” Ujar Febian beranjak dari tempat tidur.
“Kamu saja, Bi. Aku nanti saja, karena udah sangat ngantuk.” Jawab Livy dengan mata yang hampir terpejam.
Febian hanya mengulas senyum tipis. Setelah itu dia segera masuk ke kamar mandi. namun tidak dengan Livy.
Setelah Febian masuk ke kamar mandi, air mata Livy tumpah begitu saja. entahlah, dadanya tiba-tiba sangat sesak setelah bercinta dnegan suaminya. padahal biasanya tidak seperti ini. apa mungkin ini ada hubungannya dengan ucapan Mamanya tadi. hingga sangat mengganggu pikirannya. Apalagi saat ini dia melihat beberapa bungkus alat kontrasepsi yang dipakai suaminya baru saja tampak berserakan di lantai kamar. mungkin pegawai hotel yang akan membersihkan kamarnya nanti akan mengira kalau dirinya dan Febian adalah pasangan mesyum. Padahal kenyataannya pasangan sah suami istri.
***
Malam ini seperti biasa, setelah makan malam berdua di rumah, Livy dan Febian tampak bercengkrama di ruang tengah. Pasangan suami istri itu memang selalu rukun dan romantis, meskipun tidak ada anak di tengah-tengah mereka.
“Permisi, Tuan! Maaf mengganggu waktunya sebentar.” Ucap Pak Dirman yang tiba-tiba masuk ke ruang tengah.
Febian dan Livy segera memperbaiki posisi duduknya lebih sopan, kemudian mempersilakan Pak Dirman duduk.
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Febian.
“Maaf, Tuan jika malam-malam begini saya mengganggu waktu anda. kedatangan saya ke sini karena saya ingin pamit, Tuan.” Jawab Pak Dirman lalu menundukkan kepalanya.
Febian dan Livy saling pandang. Mereka juga belum mengerti penuh atas maksud ucapan Pak Dirman. Sopir pribadinya yang sudah lama bekerja di rumah mereka.
“Maksud Pak Dirman mau pamit kemana, Pak?” tanya Febian.
“Saya mau pamit keluar dari pekerjaan ini, Tuan. istri saya di kampung sedang sakit. Dan malam ini juga saya harus pulang. maafkan saya jika sangat mendadak.” Jawab Pak Dirman lalu kembali menundukkan kepalanya.
Febian dan Livy sangat mengerti, bahkan mereka juga ikut sedih melihat wajah Pak Dirman yang sedang dilanda kesusahan. Akhirnya mau tidak mau Febian membiarkan Pak Dirman resign dari pekerjaannya. Padahal dia sudah sangat cocok dengan pria itu.
“Baiklah, Pak. saya juga tidak bisa menahan Pak Dirman di sini terus. Istri Bapak juga pasti ingin suaminya berada di sampingnya saat sakit seperti ini. saya dan istri saya minta maaf pada Pak Dirman jika selama ini kami membuat Pak Dirman tidak nyaman dalam menjalani pekerjaan.”
“Tidak, Tuan Nyonya. Justru saya sangat betah bekerja di sini. anda majikan saya paling baik. Saya yang minta maaf karena selama ini mungkin bekerja tidak sesuai dengan keinginan Tuan dan Nyonya.”
“Sudah, Pak. jangan bilang seperti itu. terima kasih atas jasa Pak Dirman selama ini. sampaikan salam saya pada istri Pak Dirman. Semoga beliau segera diberi kesembuhan. Untuk gaji dan pesangon Pak Dirman, biar nanti jadi urusan suami saya.” pungkas Livy.
Setelah itu Pak Dirman pamit undur diri dari hadapan majikannya. Tak lama kamudian Febian mentransfer sejumlah uang ke rekening Pak Dirman.
Usai pebincangan itu Febian mengajak istrinya untuk naik ke lantai atas, yaitu kamar mereka. Livy membersihkan diri terlebih dulu sebelum tidur. Sedangkan Febian masih sibuk dengan gadgetnya.
“Bi, lain kali kalau ada pekerjaan di luar kota atau luar negeri aku tinggal di rumah saja, ya?” ucap Livy tiba-tiba.
Febian yang sedang berbalas pesan pun langsung menoleh ke arah istrinya yang sudah duduk bersandar di sampingnya.
“Kenapa? Bukankah kamu sangat nyaman tinggal di rumah Mama dan Papa?” tanya Febian.
“Iya. tapi aku ingin tinggal di rumah saja. lagi pula ada Bi Ratih juga kan di rumah ini.” jawab Livy tak ingin memberitahu suaminya tentang alasan dia tidak betah tinggal di rumah orang tuanya. Karena menurut Livy percuma saja Febian tahu. Karena tidak akan mengubah keputusannya untuk tidak ingin memiliki anak terlebih dulu.
“Ya sudah, terserah kamu saja. nanti aku akan cari sopir baru lagi penggantinya Pak Dirman.”
“Nggak perlu juga nggak apa-apa, Bi. Aku bisa pergi sendiri tanpa sopir kok. Kamu lupa kalau aku dulu wanita mandiri yang kemana pun bisa sendiri.”
“Iya, Sayang. Aku ingat, kok. Tapi itu kan dulu. Sebelum kita menikah. namun setelah kita menikah, aku ingin kamu bergantung padaku. jadi menurutlah. Ok?” jawab Febian lalu mencium pipi Livy dengan gemas.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
Pagi ini seperti biasa, Febian tengah bersiap pergi ke kantor. sedangkan Livy sejak tadi pagi sudah menyiapkan menu sarapan untuk suaminya.
Semenjak menikah dengan Febian, Livy sudah tidak lagi memiliki jabatan penting di perusahaan Papanya. Dia sudah mengembalikan jabatan CEO nya pada sang kakak. Meskipun demikian, Livy tidak sepenuhnya keluar dari perusahaan. Dia memang ingin menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, namun perusahaan sang Papa masih membutuhkan tenaganya. Akhirnya Livy tetap bekerja di perusahaan, namun tidak begitu aktif. Dia selalu memilih bekerja dari rumah. kalaupun ada hal penting yang menuntutnya untuk datang ke perusahaan, dia akan meminta ijin dulu pada suaminya. Reno pun tidak terlalu mempermasalahkannya. Selagi itu tidak mengganggu rumah tangga anaknya.
Seperti hari ini, Livy akan pergi ke perusahaan Papanya. Tadi pagi ia mendapat panggilan dari sang kakak untuk datang ke kantor sekaligus mendampinginya meeting penting dengan petinggi perusahaan. Jadi dia bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan segela keperluan suaminya sebelum dia juga pergi ke kantor.
“Masak apa nih, Sayang? Baunya sedap sekali.” Febian tiba-tiba saja sudah memeluk Livy dari belakang saat wanita itu sedang menhidangkan makanan di atas meja makan.
“Bukan aku yang masak. Aku hanya membantu Bi Ratih. Ayo kita sarapan dulu!”
Febian duduk lalu Livy mengambilkan seporsi makanan untuk suaminya sebelum ia mengambil untuk dirinya sendiri.
“Oh iya, Bi. Hari ini aku juga akan ke kantor. ada meeting penting.” Livy memberitahu.
Febian yang tengah menyuap makanan ke dalam mulutnya, ia berhenti sejenak. Lalu melihat jam tangannya. pagi ini juga ia ada meeting di kantornya. Sedangkan Pak Dirman tadi malam sudah berpamitan tidak bekerja lagi. jadi pagi ini ia yang harus mengantar istrinya.
“Baiklah, aku akan mengantar kamu. Tapi aku hanya mengantar saja, ya? Aku juga ada meeting.”
Livy mengangguk dengan senyuman tipis. Lalu ia kembali melanjutkan makannya. Inilah yang paling Livy sukai dari Febian. Suaminya itu selalu mengutamakan dirinya. Padahal dia sendiri juga buru-buru pergi ke kantor.
Sejak dulu memang Febian seperti itu terhadap Livy. Waktu masih belum menikah pun Febian sering sekali antar jemput Livy pergi ke kantor. kecuali memang dia sedang ke luar kota atau ke luar negeri. barulah Livy akan pergi sendiri mengendarai mobilnya.
**
“Maaf, Sayang aku hanya bisa mengantar di sini saja.” ucap Febian setelah mbilnya berhenti di depan gerbang kantor milik mertuanya.
“Nggak apa-apa. Nanti biar aku pulangnya sama Kak Raffa saja. atau kalau tidak, aku naik taksi.”
“Lihat nanti ya. Kamu hubungi aku saja, soalnya aku akan pulang sedikit terlambat.”
Akhirnya mereka saling mengecup mesra sebelum Livy keluar dari mobil. Setelah itu Livy masuk ke dalam kantor.
Livy mengangguk sopan pada beberapa karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya. meskipun wanita itu tidak aktif datang ke kantor, namun kebanyakan dari mereka mengenal siapa Livy. Apalagi karyawan lama, pasti tahu kalau Livy dulu pernah menjabat sebagai CEO perusahaan ini.
Kini Livy sudah berada di ruangan kakaknya. Ruangan itu masih sepi, karena Raffael memang belum datang. ruangan itu juga lah yang dulu ia tempati sewaktu menjabat CEO.
Livy melihat sebuah figura foto di atas meja kerja Raffael. Figura itu terdapat foto keluarga kecil Raffael. Ada Raffael yang sedang berdiri bersama Ethan, sedangkan Jelita memangku Kiara yang masih bayi. Dalam foto itu terlihat jelas sorot kebahagiaan dari wajah Rafffael juga Jelita. tapi kenapa Livy yang jadi sedih seperti ini. jelas saja dia sangat iri. Iri ingin memiliki foto seperti itu.
Cklek
Livy buru-buru menghapus air matanya saat terdengar langkah kaki seseorang memasuki ruangan itu. siapa lagi kalau bukan Raffael.
“Jam berapa ini? sejak kapan kamu ada di sini?” tanya Raffael heran.
“Lihat sendiri lah jam btangan kamu, Kak. Aku menunggu sampai jamuran.” Kesal Livy mengalihkan rasa sedihnya.
“Aku bilang meetingnya jam sepuluh. Dan ini masih pukul delapan lebih lima menit. Salah siapa?” Raffael menjawabnya dengan enteng, lalu ia menempati kursi kerjanya.
Livy cuek saja, lalu ia duduk di sofa tak jauh daru tempat duduk Raffael. Dia mengeluarkan laptopnya lalu mulai mengerjakan sesuatu.
“Febian ada meeting pagi ini, jadi tadi sekalian antar aku.” ucap Livy sengaja memberitahu kakaknya.
“Memangnya kemana Pak Dirman? Biasanya juga diantar sopir.”
“Pak Dirman resign tadi malam. jadi sekarang nggak ada sopir yang antar jemput deh. Sudah, aku melanjutkan ini dulu.”
Raffaeljuga tak menyahut lagi. dia juga fokus dengan pekerjaannya. Mempersiapkan materi meeting beberapa jam lagi.
***
Setelah seharian bekerja, Livy tampak meregangkan otot-ototnya. Dia melihat jam masih menunjukkan pukul setengah empat. Tapi pekerjaannya sudah selesai. Raffael juga sudah memperbolehkan pulang. namun masalahnya sang suami masih sibuk di kantor.
Livy bersorak senang dalam hati saat mendapat balasan dari suaminya kalau ia diijinkan pulang naik taksi. Jadi, dia nanti bisa memiliki waktu untuk pergi ke café sebentar. Lagi pula Febian juga sudah mengijinkan. Asal saat pria itu pulang, Livy sudah harus ada di rumah.
Livy keluar dari taksi dan kini masuk ke sebuah café di mana ia dulu sering menghabiskan waktunya di sana untuk menghilangkan penat setelah seharian bekerja.
Livy mengambil tempat duduk yang cukup nyaman. Kemudian menikmati minuman dan beberapa makanan ringan yang ia pesan.
Tak jauh dari tempatnya duduk, ada seorang pria yang sejak tadi memperhatikannya. Pria itu juga sedang sendirian menikmati minumannya. Jika tujuan Livy datang ke café ini untuk menghilangkan penat setelah bekerja seharian, namun tidak bagi pria itu. dia datang ke café untuk menghilangkan penat akibat terlalu lama menjadi pengangguran.
Drt drt drt
Ponsel pria itu bergetar. Ada pesan dari temannya yang mengabarkan ada pekerjaan untuknya. Seketika itu wajahnya tampak sumringah. Dia segera membayar minumannya lalu pergi meninggalkan café.
Beberapa saat kemudian Livy pun akhirnya memutuskan pulang setelah menghabiskan minuman dan makanan ringan yang ia pesan.
***
Livy sudah terlihat segar dan cantik setelah mandi. wanita itu siap menyambut sang suami. tentu saja hal itu akan membuat Febian semakin cinta dengan Livy.
Benar saja, saat si pemilik hati Livy itu baru saja menginjakkan kakinya di ruang tamu dan Livy sudah menyambutnya, rasa lelah yang Febian rasakan menguap begitu saja.
Livy meraih tas suaminya lalu ia ikut berjalan masuk ke dalam kamar bersama suaminya. Febian juga menggandeng mesar istrinya.
“Sayang, sebentar lagi akan ada tamu. Aku sudah mendapatkan pengganti Pak Dirman. Dia akan menjadi sopir pribadi kamu sekaligus bodyguard untuk kamu.” Ujar Febian saat menaiki tangga. Dan hal itu sontak mengubah raut wajah Livy.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!