Febian mengusap wajahnya dengan kasar setelah beberapa saat terdiam seorang diri di tepi jalan. Hari ini juga ia akan pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor pusat. Dan setelah ia memberi ultimatum pada Raina, Febia berharap tidak ada lagi kabar yang ia terima yang mengharuskan ia pulang ke sini lagi. terutama berhubungan dengan Saskia.
Meskipun pada kenyataannya Febian memang harus melakukan kunjungan ke kantor pusat. Tapi tidak dalam waktu yang lama dan terlalu sering.
Beberapa saat setelah berkemudi, Febian sudah sampai halaman rumah mewah kedua orang tuanya. Di teras rumah ia melihat Livy tampak berbincang dengan Dewa. Febian sendiri tidak berpikiran apapun tentang interaksi kedua orang itu.
“Bi, kamu dari mana saja? setelah membalas pesanku tadi, kenapa kamu lama sekali? Kamu lupa dengan jadwa penerbangan kita?” gerutu Livy menyambut kepulangan suaminya.
“Maaf. Tadi memang urusanku belum selesai. ayo kita bersiap-siap!” ajak Febian kemudian lalu ia menggandeng tangan Livy masuk ke dalam rumah.
Dewa pun melanjutkan tugasnya. Dia juga akan bersiap untuk pulang bersama kedua majikannya. Mungkin setelah ini ia akan menutup mata dan telinganya karena menyaksikan kemesraan dua majikannya dalam peswat nanti.
**
Livy sudah menuruni tangga dengan koper besar sudah ada di sebelahnya. Hanya saja Febian masih ada di kamarnya.
Tuan dan Nyonya Abyasa sebenarnya masih menginginkan Livy tinggal lebih lama lagi di sini. namun mereka tahu kalau Livy juga sibuk dengan pekerjaannya. Dan mereka juga tidak ingin Livy mengetahui suatu rahasia besar keluarganya.
“Mama pasti akan sangat merindukanmu, Sayang!” ujar Nyonya Abyasa saat memeluk Livy.
“Livy juga, Ma.” Sahut Livy mengeratkan pelukannya.
Tiba-tiba saja saat Livy sedang bercengkrama dengan mertuanya, ia melihat sebuah figura foto masa kecil suaminya bersama seorang anak perempuan seusianya. Sebelumnya Livy memang pernah diberitahu oleh suaminya kalau Febian mempunyai seorang adik angkat. Namun yang membuat Livy penasaran, kenapa selama tinggal di sini ia tidak melihat Raina. Terlebih saat acara pesta ulang tahun perusahaan.
“Oh iya, Ma. Bagaimana kabar Raina sekarang?” tanya Livy sambil menatap figura foto yang menempel di dinding itu.
Dulu saat Livy dan Febian belum menikah, Livy memang pernah bertemu dengan Raina. Namun hanya sekali saja. yang ia tahu kalau Raina saat itu sudah tinggal menetap di luar negeri.
Tuan dan Nyonya Abyasa sama-sama terkejut mendengar pertanyaan Livy. terlebih raut wajah Nyonya Abyasa yang berubah.
“Oh, Raina itu. dia sedang ada pekerjaan di luar kota. Jadi saat acara pesta ulang tahun kemarin tidak bisa hadir.” Jawab Nyonya Abyasa.
“Padahal Livy ingin bertemu dengannya loh, Ma. Dulu saat pernikahan Livy dan Febian dia juga tidak hadir.”
“Sayang, apa semuanya sudah siap?” tiba-tiba saja Febian datang dan mengalihkan pembicaraan kedua orang tuanya beserta Livy yang menanyakan tentang Raina.
“Sudah, Bi.”
“Wa, tolong kamu bawa kopernya ke mobil kita berangkat sekarang.” ujar Febian pada Dewa yang sejak tadi berdiri tak jauh dari istrinya.
“Baik, Tuan.”
Febian, Livy, dan kedua orang tuanya berjalan lebih dulu keluar rumah. sedangkan Dewa baru mengambil koper milik majikannya dan membawanya keluar.
Dewa melirik sekilas ke arah figura foto Febian saat kecil bersama anak perempuan. Dengan hanya menatapnya sekilas saja Dewa seperti pernah melihat anak perempuan itu. tapi dalam versi yang sudah dewasa. Namun dimana, Dewa masih belum ingat jelas.
Dewa juga merasa ada yang aneh dari pembicaraan Livy dengan mertuanya tadi mengenai sosok perempuan yang bernama Raina. Apalagi melihat kedatangan Febian yang tiba-tiba seolah mengalihkan pertanyaan Livy. namun setelah itu Dewa tidak peduli. Lagi pula itu bukan urusannya. Kecuali hal itu mengusik kenyamanan Livy. dia akan menjadi garda terdepan yang akan melindungi wanitanya.
Ya, wanitanya. Karena memang Dewa akui kalau dirinya sudah jatuh cinta pada sosok Livy, majikannya. Wanita yang sudah bersuami. Baginya tidak masalah jika dia mau mencintai siapa saja, termasuk Livy. asal hatinya kuat. Namun untuk memiliki Livy, Dewa masih belum berani memikirkan sejauh itu. padahal kalau dia mau memperjuangkan Livy akan sangat mudah. Karena saingannya hanya satu orang. Yaitu Febian.
Dewa menggelengkan kepalanya pelan saat menyadari otaknya yang sudah tidak waras karena telah mencintai istri orang. Entahlah. Mau sampai kapan rasa itu akan bertahan.
***
Kini Livy dan Febian sudah berada di dalam pesawat. Dewa juga tentunya. Entah karena kebetulan atau memang sengaja seperti itu. posisi tempat duduk mereka bertiga saling bersebalahan. Dengan Livy yang berada di tengah. Sedangkan Febian dan Dewa ada di samping kanan dan kiri Livy. Dewa juga terlihat biasa saja dan selalu tenang. Apalagi saat ini dia harus menyaksikan majikannya sedang bermesraan.
“Bi, aku mau tidur saja. kepalaku masih agak pusing.” ujar Livy melepaskan tangan suaminya yang sejak tadi bertaut dengan tangannya.
Livy benar-benar tidak nyaman di posisi seperti ini. apalagi sejak tadi Dewa tampak diam. dia khawatir Dewa akan marah dengannya. setelah melihat adegan mesra itu.
“Ya sudah, kamu istirahatlah!” ucap Febian lalu tiba-tiba saja pria itu meninggalkan kecupan di kening istrinya, juga di bibir Livy.
“Aku sudah tidak sabar ingin menikmati bibir manis ini. tunggu saja kalau kamu sudah sehat, habis ini bibir menjadi santapanku.” Lanjut Febian dengan tersenyum tipis lalu mengusap lembut bibir istrinya.
Livy hanya tersenyum samar. Ia segera menutup matanya agar Febian tak lagi bicara. Apalagi topik pembicaraannya itu membuat seseorang yang duduk tepat di sebelah kanan Livy meradang.
Livy sebenarnya tidak mengantuk dan badannya baik-baik saja. entahlah, sejak apa yang ia lakukan di rooftop hotel bersama Dewa waktu itu membuatnya seperti kehilangan minat pada sosok Febian. ia kira hanya malam itu saja dia menhindari Febian. namun ternyata sampai sekarang pun Livy enggan mendapat sentuhan dalam bentuk apapun dari Febian.
Perjalanan beberapa jam yang mereka tempuh membuat Febian yang sejak tadi diam dengan segala pemikirannya, akhirnya membuat pria itu tertidur. Febian tidur sambil memegang tangan Livy. dan hal itu membuat Livy terbangun dari tidur pura-puranya.
Setelah melihat Febian yang sudah tidur dengan pulas, kini Livy menoleh ke samping. Di mana Dewa sejak tadi diam dengan pandangan lurus ke depan. Perlahan tangan Livy memegang tangan Dewa. Namun reaksi pria itu berbeda. Dewa segera berdiri dan pergi ke toilet.
Livy menghembuskan nafasnya pelan. Ia berpikir Dewa sedang marah dengannya. akhirnya ia pun ikut pergi ke toilet.
Livy mempercepat langkahnya saat Dewa sudah masuk ke dalam toilet dan pintunya hampir tertutup. Dia mengabaikan beberapa orang yang berpapasan dengannya.
“Nona? Apa yang anda lakukan?” Dewa terkejut saat Livy sudah ada di dalam toilet bersamanya.
“Maafkan aku, Wa! Maafkan aku jika membuatmu tidak nyaman sejak tadi.” ucap Livy menatap dalam mata Dewa.
Dewa ikut membalas tatapan Livy. lalu menggelengkan kepalanya, walau sebenarnya ia tidak nyaman dengan kemesraan Livy dan Febian.
Dewa dengan cepat menarik Livy ke dalam pelukannya, lalu mencium bibir wanita itu dengan sangat lembut. Membelitkan lidahnya di dalam sana mencari kenikmatan dari rasa yang ada pada mulut Livy.
Livy pun ikut membalas ciuman itu. tangannya mere mas kemeja Dewa saat kedua tangan kekar Dewa mulai menekan pinggangnya untuk memperdalam ciuman itu.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
hareudang 😅
2023-03-24
1
Neneng cinta
kl Dewa+Livy deket selalu berinteraksi,,ketagihan ya😂 c syaiton nirrojim ikut andil ngomporin,,,hati2 Febian bangun dan nyusul k toilet tuh
2023-03-16
1
Neneng cinta
saking nyamannya sm Dewa livy ga mau berbagi lg sm febian,,atau saking udah kecewa sm sosok febian ya......🤔
2023-03-16
0