Livy segera menekan dada Dewa, lalu ia menjauhkan tubuhnya dari sopir pribadinya itu. entah apakah kejadian beberapa detik itu tadi pantas disebut dengan ciuman. Karena bibir mereka hanya menempel saja. tapi bisa membuat jantung Livy berdegup tak karuan. Selain itu dia merasakan kenyamanan saat merasakan bibir Dewa tadi.
Dewa mengusap wajahnya dengan kasar saat melihat Livy sudah berjalan lebih dulu meninggalkannya. Pria itu juga bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia bisa selancang itu. Dewa tadi juga merasa seperti terhipnotis oleh kecantikan Livy, terlebih pada bibir wanita itu.
Dewa pun dengan cepat mengejar Livy. dia harus meminta maaf pada majikannya atas tindakannya yang sudah di luar batas tadi. Dewa juga sudah mempersiapkan diri dipecat Livy hari ini juga dengan alasan berani mencium majikannya.
Dewa menggunakan lift khusus karyawan. Mereka berdua sampai lobby perusahaan bersamaan. Namun Dewa tidak berani bicara dengan langsung pada Livy mengenai hal tadi, karena masih ada beberapa karyawan yang berlalu Lalang hendak pulang.
Sesampainya di basement, Dewa segera membuka kunci pintu mobil melalui kunci sensornya. Livy yang sejak tadi diam, wanita itu membuka pintu belakang dan duduk di sana. Dewa pun hanya menghembuskan nafasnya pelan, karena ia tahu kalau Livy pasti sedang marah dengannya.
Kini Dewa sudah berada di dalam mobil. Namun belum menyalakan mesin mobilnya. Entah kenapa suasana terasa mencekam. Apalagi tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Livy.
“Nona, maafkan atas kelancangan, saya. saya siap dipecat hari ini juga.” ucap Dewa tanpa berani menatap ke belakang.
“Jalan sekarang!” sahut Livy mengabaikan ucapan sopirnya.
Dewa hanya menganggukkan kepala. Dia segera melajukan mobilnya menuju rumah.
Sepanjang perjalanan pulang, Livy setia menutup matanya. dia sengaja seperti itu karena menghindari bicara dengan Dewa. Livy juga masih kacau dengan perasaannya. Kenapa dia tiba-tiba semarah itu saat melihat Dewa bersama Sekar tadi. sungguh perasaan ini sangat salah. Apalagi dirinya sudah berstatus suami orang. Namun, saat kejadian penempelan bibir tadi, kenapa Livy juga tidak bisa melupakannya.
Ingin sekali Livy berteriak sekeras-kerasnya saat suasana hatinya sedang kacau seperti ini. namun situasinya tidak memungkinkan. Apalagi orang yang membuat hatinya kacau sedang ada di hadapannya. akhirnya ia memilih memejamkan matanya saja, pura-pura tidur.
Ponsel Livy di dalam tas berulang kali bergetar. Namun karena suasana hatinya sedang kacau, wanita itu enggan menerima panngilan yang entah itu dari siapa. Tak lama kemudian ponsel Dewa yang bergetar. Pria yang sedang fokus dengan kemudianya, juga memikirkan tentang seseorang yang sedang duduk di belakangnya itu segera merogoh saku kemejanya untuk melihat siapakah gerangan yang sedang menghubunginya.
Dewa sedikit terkejut saat mengetahui id pemanggil itu yang ternyata adalah Febian. dengan ragu Dewa pun menerima panggilan itu.
“Iya, halo Tuan?” sapa Dewa dengan sopan.
“Wa, apa kamu sedang bersama istriku?”
“Iya, Tuan. Ini sedang dalam perjalanan pulang dari kantor.” jawab Dewa jujur.
Sejenak Febian diam dengan hembusan nafas pelan yang masih bisa didengar oleh Dewa. Hingga akhirnya majikannya itu bicara lagi.
“Tanyakan pada Livy, kenapa tidak menerima panggilanku?” ucap Febian dengan cemas.
“Ehm, Iya Tuan nanti saya sampaikan. Karena saat ini Nona Livy sedang tertidur.” Jawab Dewa sambil melirik sekilas dari rear vision.
“Tidur?” tanya Febian di seberang sana yang tampak heran.
“Ya sudah kalau begitu nanti saja aku hubungi dia lagi.” pungkas Febian akhirnya. Pria itu juga heran pada istrinya. Tidak biasanya Livy tertidur dalam perjalanan. Apalagi dari kantor yang jaraknya dengan rumah tidak terlalu jauh. Febian pun merasa kalau istrinya sengaja menghindarinya akibat pertengkaran kecil yang terjadi sebelum keberangkatannya ke luar negeri beberapa waktu yang lalu.
“Maafkan aku, Sayang. Aku terpaksa melakukan semua ini. sebenarnya aku juga ingin memiliki anak dari pernikahan kita. Tapi aku sudah dibuat trauma lebih dulu dengan,- arggghhhh!!!!
Febian tidak melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba dia sangat emosi. Pria itu mengacak rambutnya dengan kasar. Hidupnya selama ini seperti terbelenggu oleh sesuatu yang membuatnya gelisah berkepanjangan. Apalagi sangat berdampak pada kehidupan rumah tangganya.
**
Sementara itu Dewa kini sudah sampai halaman rumah Livy. dia masih diam dengan mesin mobil yang menyala. Karena Livy sendiri terlihat masih memejamkan matanya. namun beberapa detik kemudian, saat menyadari mobil yang ditumpanginya berhenti, Livy pun bergegas bangun dan keluar dari mobil tanpa menunggu Dewa membukakan pintu untuknya.
Dewa pun segera masuk setelah memasukkan mobil ke garasi. Sementara Livy yang sudah sampai kamarnya, dia segera masuk ke kamar mandi. wanita itu butuh merilekskan tubuhnya setelah beberapa kejadian yang sangat membuatnya kacau terlebih hatinya.
Livy berendam dengan air hangat yang sudah dicampur dengan aroma terapi. Dia memejamkan mata berharap rasa penat dalam pikirannya sedikit menghilang. Tapi kenapa justru bayang-bayang wajah Dewa saat pria itu mengecup bibirnya teringat jelas. Ada apa dengan hatinya. Semudah itukah dia berpaling dari Febian. tidak! Ini tidak benar.
Livy segera mengakhiri kegiatan berendamnya. Setelah itu keluar dari kamar dengan masih mengenakan handuk kimono. Bertepatan itu pula ponselnya berdering ada panggilan video dari Febian.
“Sayang, apa kamu sedang sakit?” tanya Febian saat panggilannya tersambung.
“Maaf, Bi. Aku hanya kelelahan saja.” jawab Livy dengan mode malas.
“Sayang, maafkan aku. maaf atas kemarahanku kemarin. Aku sungguh tidak bermaksud untuk melukai perasaan kamu. Aku melakukan semua itu karena,-“
“Sudah, Bi! Jangan dibahas lagi. aku baik-baik saja dan sudah melupakan kejadian kemarin. Bagaimana kabar kamu di sana?” tanya Livy mengalihkan pembicaraan.
“Aku baik-baik saja. seperti biasa. Selalu disibukkan dengan pekerjaan kantor. oh iya, minggu depan ada acara pesta ulang tahun perusahaan. Aku akan pulang dan menjemput kamu untuk menghadiri acara tersebut. Mama juga sangat merindukan kamu.” Tutur Febian panjang lebar.
“Baiklah. Terserah kamu saja. aku tunggu.” Jawab Livy dengan tersenyum manis.
Mereka berdua cukup lama berbincang-bincang melalui sambungan video call. Livy yang sebenarnya ingin istirahat terpaksa harus meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan suaminya. Livy juga menyampaikan perihal pekerjaannya di kantor. kalau mulai besok dia akan sering ke kantor daripada mengerjakannya di rumah. Febian yang awalnya kurang setuju, namun dengan beberapa alasan yang dikemukakan oleh istrinya, akhirnya ia mengijinkan.
Usai bercengkrama dengan Febian dan sudah memakai pakaian santainya, Livy bergegas turun untuk makan malam.
Livy masuk ke ruang makan dan menikmati makan malamnya seorang diri. Lagi-lagi hatinya merasa gelisah dengan situasi seperti ini. mau sampai kapan rumah tangganya berjalan seperti ini. Febian yang katanya tidak ingin cintanya terbagi jika adanya anak dalam pernikahan mereka, kenapa justru pria itu sibuk dengan pekerjaannya.
Mood Livy pun tiba-tiba buruk dengan mengingat itu semua. Akhirnya dia tidak melanjutkan makannya, lalu segera keluar dari ruang makan.
“Nona, bisa saya bicara dengan anda?” ucap Dewa yang sudah berdiri tepat di depan ruang makan.
.
.
.
*TBC
Happy Reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Crystal
Istri orang mksutnya, bukan suami orang. Kan Livy cwe😄
2023-07-24
0
Yem
Jadi penasaran nih trauma sama apa Febian yaa..
2023-03-23
0
Neneng cinta
d gantung ka Dee,,,🤔🤔 kepo sy😂
2023-03-14
0