30 Days With You

30 Days With You

Bab 1. Gavin Alexander Wijaya

Breaking News hari ini,

Gavin Alexander, CEO perusahaan Terrajaya Corp berencana meluaskan lahan perusahaannya yang berada di lokasi kawasan industri Grand Tulip. Dari sumber terpercaya yang kami minta keterangannya siang ini, di lokasi ini akan dibangun sebuah kantor besar Terrajaya Corp di mana nantinya CEO Gavin Alexander Wijaya akan berkantor di sana.

Namun yang menjadi kendala, di atas lahan kosong tersebut terdapat satu rumah tinggal yang sudah lama berdiri dan dihuni banyak anak-anak panti juga beberapa orang tua jompo. Menurut keterangan yang kami peroleh dari salah satu penghuni panti, mereka akan tetap bertahan di rumah itu dan menolak ganti rugi yang sudah ditawarkan oleh pihak perusahaan.

Sampai berita ini diturunkan, pihak perusahaan terkait terutama CEO Gavin Alexander Wijaya menolak untuk dimintai keterangannya.

▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎

“Kau tahu apa yang harus dilakukan sekarang!” Nathan Wijaya mematikan televisi dan menyimpan remote tv ke atas meja di depannya. Pandangannya kini lurus menatap Gavin keponakannya yang hanya tersenyum dan tampak santai menanggapi berita yang baru saja tayang itu.

“Apa Paman ingin Aku menerima tawaran wawancara itu dan memberitahu pihak media tentang apa yang sebenarnya terjadi pada rumah itu?” ucap Gavin sembari mengangkat bokongnya, berdiri lalu berjalan mendekati Nathan dan duduk di sebelahnya.

“Kau tahu bukan itu masalahnya,” sahut Nathan dengan kening berkerut, menatap tajam wajah keponakannya itu.

“Lalu apa masalahnya, Paman?” tanya Gavin lagi tanpa memalingkan wajah, ia merebahkan kepalanya sejenak pada sandaran kursi di belakangnya dan memejamkan matanya perlahan.

“Rumah itu hanya masalah kecil, Aku sudah menyiapkan ganti rugi yang sangat besar dan memberi mereka tempat tinggal yang sangat layak. Aku yakin mereka tidak akan bisa menolaknya,” ucap Gavin percaya diri.

“Masalahnya si pemilik rumah tidak mau pindah dari sana, meski sudah diberikan penjelasan oleh pengacara perusahaan kalau rumah yang ia miliki itu sudah dijual oleh pamannya yang terlibat judi dan masalah penggelapan dana perusahaan.” Sahut Nathan gusar.

“Bukankah dengan adanya masalah itu, akan jauh lebih mudah untuk mengatasinya. Pemilik rumah itu tidak mungkin mampu membayar ganti rugi uang perusahaan yang sudah dipakai pamannya,” ucap Gavin seraya menguap lebar tanpa berusaha menutupinya, sejurus kemudian ia menautkan kedua tangannya ke atas dada, lalu duduk dengan berselonjor kaki.

Semalam ia pulang larut malam, setelah berpesta pora dengan dua sahabatnya Ryan dan Damian diselingi dengan olah raga malam dengan wanita molek yang sengaja dibawa Ryan untuk meramaikan acara. Matanya terasa lengket karena rasa kantuk yang mendera, dan tadi pun harus bangun pagi-pagi sekali untuk menemui Nathan di kantornya.

“Apa Kau benar-benar tidak punya hati, sedikit saja rasa empati pada mereka. Kelakuan pria brengsek itu yang sudah membuat banyak anak-anak kecil di rumah itu menangis karena harus keluar dari rumah mereka dan tidak tahu harus pindah dan tinggal di mana.”

Gavin mengerjapkan matanya, ia benci harus berdebat dengan pamannya. “Kenapa Paman harus pusing dengan masalah ini, perusahaan sudah memberikan solusi terbaik dengan memindahkan mereka ke tempat yang layak huni dan memberi mereka fasilitas rumah sewa selama satu tahun ke depan. Dan semua itu perusahaan kita yang membayarnya.”

“Aku hanya tidak bisa melihat anak-anak itu menangis sedih, meratapi rumah tinggal mereka selama ini.” Nathan mengembuskan napasnya, “Kenapa Kau harus melakukannya, membeli lahan yang jelas-jelas dihuni anak-anak panti dan menempatkan mereka di tempat yang jauh dari orang-orang yang mereka kenal selama ini!”

“Semua sudah sesuai kesepakatan, Aku menyediakan lahan tempat tinggal yang baru untuk mereka semua. Yang lebih luas dengan banyak kamar, tanpa perlu berdesakan lagi seperti rumah mereka sebelumnya. Ada fasilitas kendaraan bus milik perusahaan yang khusus disediakan untuk masyarakat umum yang bisa mereka pakai, gratis tanpa harus keluar biaya. Tidak ada yang dirugikan dalam hal ini.”

Gavin menegakkan punggungnya, kini menatap wajah pamannya. “Apa paman tahu bagaimana mereka tinggal saat ini? Rumah itu sangat kecil dan banyak kerusakan di sana-sini, tapi dihuni banyak orang. Hanya ada empat kamar dan mereka harus berbagi tempat tidur, bahkan satu ranjang bisa ditempati dua sampai tiga orang anak.”

“Aku tidak sekejam apa yang orang pikirkan, Paman. Aku juga masih punya hati, dan Aku memberi nilai sepadan untuk setiap transaksi yang Aku lakukan!” pungkas Gavin.

“Mereka yang tidak mengenalmu dengan baik akan beranggapan kalau Kau memang seorang CEO yang kejam. Demi kepentingan pribadi, tega membeli lahan yang potensial hanya untuk memperluas kantormu saja. Mengesampingkan nasib anak-anak panti yang miskin dan hidup susah selama ini.”

Mendengar itu, seketika rahang Gavin mengeras. “I don’t care anything they talking about behind Me. This is my own company, dan Aku berhak membuat keputusan tanpa campur tangan atau intervensi dari siapa pun!” ( Aku tidak peduli apa pun yang mereka bicarakan di belakangku. Ini perusahaanku sendiri )

“Tapi Aku peduli, Aku pamanmu dan Aku pula yang membesarkanmu!”

“Paman, berhenti bersikap seolah Aku anak kecil yang harus terus dijaga dan diawasi.”

“Tidak bisakah Kau bersikap manis dan lebih ramah sedikit saja, dan membuat mereka berhenti memandang buruk dirimu?” pinta Nathan dengan sorot mata memohon.

Gavin bergeming, namun tak urung ia membalas tatapan pamannya itu. “Apa yang Paman ingin Aku lakukan?”

Mata lelaki di hadapannya itu berbinar, “Kau bisa berbuat hal-hal baik pada masyarakat sekitar tempat tinggalmu, yang mungkin saja tidak pernah melihatmu apalagi mengenalmu dengan baik. Berbagi dengan warga miskin, membantu anak-anak panti asuhan lainnya. Dan satu lagi, berhentilah bermain-main dengan wanita-wanita yang sering Kau temui bersama para sahabatmu itu. Temui dan dapatkan hati seorang wanita baik-baik. Bila perlu bawa wanita itu pada Paman, dan dengan senang hati Paman akan menikahkan kalian.”

“Jadi Paman menginginkan Aku melakukan hal-hal baik pada orang-orang sekitarku, lalu menemui seorang wanita baik-baik dan berkencan dengannya?” Gavin menautkan alisnya.

“Tepatnya bukan berkencan, tapi menikahi wanita baik-baik.”

Gavin manggut-manggut mengerti, bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Ia bisa melakukan semuanya dengan mudah, memberi banyak sumbangan tanpa harus turun tangan sendiri karena ada anak buahnya yang melakukannya.

Menemukan wanita baik-baik, sekali lagi itu bukanlah hal sulit untuknya. Ia bisa dengan mudah mendapatkannya. Siapa yang bisa menolak pesona seorang Gavin Alexander, CEO Terrajaya Corp yang memiliki paras tampan, sukses, kaya raya, dan embel-embel lain di belakangnya.

Bila pamannya tak berkenan dengan wanita pilihannya, ia bisa menyewa seorang wanita muda untuk menjadi kekasihnya dan berperan sebagai wanita baik-baik, tentu saja dengan imbalan yang sepantasnya.

“Baik, demi Paman akan Aku lakukan!”

Hanya untuk satu bulan ke depan sampai waktu dimulainya pembangunan gedung baru kantornya, ia akan bersikap baik dan menemukan ‘wanita baik-baik’ sambil meredam berita buruk tentang dirinya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

dm-eminm

dm-eminm

Hadir

2023-02-23

1

Dany atmdja

Dany atmdja

Hadir

2023-02-23

1

Adi Nugroho

Adi Nugroho

Hadir

2023-02-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!