Bab 12. Makan malam bersama

Ami segera bangkit dari kursinya ketika melihat Gavin berjalan ke arahnya yang tengah duduk bersama adik-adiknya di meja makan.

“Ini taruh di mana?” tanya Gavin menunjukkan pakaian kotor yang dibawanya pada Ami.

Mata Ami menangkap benda berwarna biru tua yang menyembul di antara pakaian kotor yang digulung sembarangan, ia langsung memalingkan wajahnya ke arah mesin cuci yang berada di samping kamar mandi rumahnya.

“Oh!” Ami menunjuk keranjang besar warna coklat yang tertutup rapat di samping mesin cuci. “Taruh saja di dalam bak coklat itu!”

Gavin menurut, ia segera menaruhnya di tempat yang ditunjuk Ami. Setelah itu ia berbalik dan berdiri canggung di samping mesin cuci sambil mengusap tengkuknya.

Semua mata tengah tertuju padanya, berulang kali Gavin membetulkan letak belahan celananya yang menempel ketat di bokongnya. Tak nyaman rasanya karena membiarkan bagian inti tubuhnya hanya terbungkus kain tipis celana yang dikenakannya.

Sekilas matanya menatap sajian di meja makan, nasi putih di bakul yang masih mengepul. Perutnya berontak, dan tanpa dapat dicegah kembali berbunyi. Kali ini lebih nyaring dari sebelumnya, membuat Rivan terkikik geli.

“Mari, silah kan duduk dan makan bersama kami. Maaf, seadanya saja.” Ami mengambilkan piring bersih dari dalam lemari dan menaruhnya di atas meja.

“Terima kasih,” sahut Gavin.

“Abang duduk samping Rio sini,” panggil Rio seraya menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Sekali lagi Gavin menurut, ia duduk di samping si kecil Rio yang tersenyum padanya. Ia mengambil sendok dan garpu, yang berada dalam wadah plastik tertutup dan meletakkan di atas piringnya.

Di hadapannya tersaji menu yang sangat sederhana. Lalapan pucuk daun singkong, terong goreng, tahu dan tempe goreng, sepiring dadar telur yang sudah dipotong menjadi beberapa bagian kecil, ditambah secobek sambal. Tak ada ikan, ayam, atau daging seperti yang biasa ia makan.

“Abang namanya siapa? Aku Rio, adik kak Ami yang paling kecil.” Rio menatap Gavin lama, menunggu laki-laki itu memperkenalkan diri pada mereka semua.

Gavin terdiam cukup lama, berpikir sejenak sebelum memulai bicara. Ia menatap ke arah Ami yang sepertinya juga tengah menunggu jawaban dari pertanyaan Rio yang dilontarkan padanya.

"Abang tersesat ya, kasihan.” Rio mengerjap-ngerjapkan matanya.

“Panggil saja Alex, begitu biasa orang memanggilku.” Jawab Gavin cepat. “Iya, Abang tersesat dan lupa arah jalan pulang."

Rio membulatkan bibirnya, dan Rumi langsung bereaksi mendengar cerita Gavin. “Memang rumah Abang di mana, sampai lupa jalan pulang.”

“Banjir besar melanda desa kami, semua harta benda Abang habis tersapu banjir. Hanya tersisa pakaian yang melekat di badan.”

“Sebentar, Rio punya sesuatu buat Abang.” Rio berlari masuk ke kamar. Tak lama kemudian ia keluar dengan membawa sebuah benda bulat kecil dari logam, lalu memperlihatkannya pada Gavin.

“Ini buat Abang.”

“Apa ini?” tanya Gavin bingung, menatap benda bulat kecil dalam genggaman tangan mungil Rio.

“Ini namanya kompas. Kalau Abang tersesat, Abang bisa pakai kompas ini buat penunjuk arah pulang.” Jelas Rio.

“Amazing, Rio punya alat sehebat ini.” Gavin terkesima, tak menyangka akan mendapat hadiah istimewa dari bocah kecil yang baru saja dikenalnya. “Terima kasih ya.”

“Sama-sama,” jawab Rio, kembali duduk di kursinya.

“Boleh Aku tahu nama kalian semua?” tanya Gavin, menatap sekilas pada Ami yang juga tengah menatap ke arahnya.

“Arumi, biasa dipanggil Rumi.” Rumi menyebut namanya lebih dulu seraya tersenyum kecil, yang dibalas Gavin dengan senyum lebar.

“Kalau yang jago lempar bola ini pasti Rivan namanya,” tebak Gavin menatap Rivan yang duduk di seberangnya.

“Kok Bang Alex tau duluan, sih. Kan abang Rivan belum sebutin namanya?” tanya Rio heran, sementara si empunya nama terlihat acuh dan masih asyik menikmati makanannya.

“Tadi sempat dengar kalian memanggilnya dengan sebutan nama itu,” jawab Gavin.

“Sekarang biarkan Abang Alex makan dulu, ya. Kenalannya dilanjut setelah makan saja, oke.” Ujar Ami menyela pembicaraan dan memberikan kesempatan pada Gavin untuk segera menyantap makanannya.

“Oke, Kak. Sekarang Abang cuci tangannya dulu, yaa. Biar tangannya bersih dari kuman dan gak cacingan kayak Abang Rivan,” ucap Rio polos sembari mendorong pelan mangkuk sedang berisi air bersih ke hadapan Gavin.

“Oke.” Gavin membasuh tangannya lalu mengambil selembar tisu untuk mengeringkan tangannya kembali.

“Abang pintar,” ucap Rio mengacungkan dua jempol sambil memiringkan wajah menatap Gavin seraya melebarkan senyumnya.

Ami mengulum senyum mendengar ucapan Rio, sempat dilihatnya Gavin terkekeh melihat tingkah polos Rio padanya.

“Ish, siapa bilang Rivan cacingan!” terdengar protes Rivan, bocah lelaki itu langsung menghentikan makannya dan duduk melipat tangan di dada seraya memalingkan wajah menatap ke luar kaca jendela dapur yang terbuka.

“Kan Rio barusan yang bilang, masa Abang Rivan gak dengar?” sahut Rio kalem, lalu kembali melanjutkan makannya.

“Iih, Rivan gak cacingan! Kak Ami ...” Rivan merajuk, turun dari kursinya dan merapatkan tubuhnya memeluk pinggang Ami yang sedang berdiri menyediakan gelas air minum untuk Gavin.

“Terima kasih,” ucap Gavin menyambut gelas minum dari tangan Ami. Ia diam sejenak memperhatikan Ami yang berusaha menenangkan Rivan yang tengah merajuk.

“Iya, Rivan anak sehat kok. Kan sudah minum comebantrino, sudah sembuh. Nih coba lihat perutnya, embul kan. Pipinya juga, embem kan. Itu tandanya Rivan anak sehat, kalau cacingan pasti sekarang kelihatan lesu dan kuyus,” ucap Ami merangkum wajah Rivan dengan kedua tangannya, lalu menowel dagunya dengan ekspresi gemas.

Rivan melipat bibirnya, lalu tak lama kemudian terdengar tawa lepasnya. “Tuh, dengar kata Kak Ami. Rivan anak sehat!” ucapnya lantang.

“Sekarang Rivan lanjutin makannya, gak baik merajuk menghadapi rezeki dari Allah.” Ami menghela bahu Rivan dan membawanya duduk kembali di kursinya.

“Kak Ami, Rivan boleh tambah dadar telurnya lagi?” tanya Rivan sembari menyodorkan piringnya pada Ami.

“Gak boleh, itu punya bang Alex. Kan bagian Abang sudah diambil tadi,” tolak Rio, ia langsung mengambil piring berisi dadar telur itu dan menaruhnya di depan piring makan Gavin.

Gavin mendongakkan wajahnya, menatap ke arah Ami lalu beralih menatap Rivan yang cemberut.

“Abang makan yang ini saja.” Gavin mencomot tempe goreng dan langsung memakannya. “Biar telurnya buat Rivan saja.”

Rivan tersenyum lebar, gantian Rio yang cemberut. Ami menghela napas melihat tingkah kedua adik kecilnya itu, ia mengambil piring berisi telur dadar itu dan mencoba menengahi.

“Karena Abang Alex gak mau, bagaimana kalau telurnya dibagi dua saja. Buat Rivan dan Rio, biar gak ada yang manyun lagi. Pada setuju gak? Kalau gak setuju, biar buat Kak Ami aja sudah.”

“Setuju!” sahut Rivan dan Rio berbarengan, lalu keduanya tertawa bersama.

“Rio duluan ya, Kak.”

“Gak! Rivan duluan yang dikasih.”

“Ih, masih pada rebutan juga. Kak Ami makan nih.” Ami bersiap melahap telur dadar.

“Oh, tidaaak Kak Ami!”

Gavin menatap mereka semua bergantian, tanpa sadar bibirnya mengulas senyum lebar. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia makan bersama dalam suasana riuh seperti saat ini.

Menunya terbilang sangat sederhana, jauh dari kata mewah seperti yang biasa tersaji untuknya. Tapi kebersamaan mereka dan bagaimana mereka semua menikmatinya sungguh membuat hati Gavin tak karuan rasa.

Senyumnya berubah menjadi tawa lepas ketika melihat Ami cemberut karena Rivan memeluk erat leher Ami dari belakang sementara Rio langsung membagi telur di hadapan Ami ke piring mereka berdua.

“Kalian curaaang!” teriak Ami membuat suasana di meja makan itu makin ramai dipenuhi gelak tawa semuanya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Allent

Allent

😁😁😁

2023-03-05

1

Wendy putri

Wendy putri

😂😂😂

2023-03-04

1

wong

wong

semangat up

2023-03-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!