Bab 2

Keesokan harinya...

“Eh lihat deh, enak banget ya kak Susi tuh, tiap hari di antar jemput sama pacarnya yang orang kaya!” kata Dika sambil memakai sepatu di depan teras rumahnya.

Dila, saudara kembar Dika. Adik Nadia langsung menanggapi acuh apa yang dikatakan oleh Dika.

“Halah, namanya juga baru jadian. Inget gak kakak kita dulu, baru-baru pacaran sama kak Adrian juga di antar jemput, hujan di payungin pakai jaket, pintu mobil aja di bukain. Kak Nadia jatuh, kak Adrian bilang gini ‘Sayang, kamu gak papa kan, hati-hati dong sayang!’ nah sekarang, kamu pernah gak lihat kak Adrian antar jemput kak Nadia, ingat gak waktu kondangan di kecamatan. Kak Nadia jatuh, malah di marahin sama kak Adrian. Katanya gini ‘aku kan sudah bilang jangan pakai sepatu hak tinggi, gak mau denger sih!’ gitu kan?” cerita Dila panjang lebar sambil sesekali mempraktekkan ekspresi wajah Adrian saat berkata seperti itu pada Nadia.

Dika pun tak bisa menahan tawanya melihat saudara kembarnya itu berkata seperti itu.

“Ha ha ha, Dila kamu berbakat sekali. Aktingmu bagus, kenapa gak jadi kenek angkot?” tanya Dika yang langsung berdiri menghampiri Dila.

Sontak saja tangan cantik Dila langsung terangkat dan mendaratkan satu pukulan tanda sayang di lengan Dika.

Plakk

“Aduh!” pekik Dika.

“Rasain, lagian jago akting kok jadi kenek angkot?”

“Terus jadi apa?” tanya Dika.

“Kang tambal ban!”

Pekik Dila membuat Dika terkekeh dengan keras.

Nadia yang sudah rapi dan sudah selesai sarapan pun keluar dari rumah. Begitu melihat kedua adiknya sangat heboh, Nadia pun penasaran dan bertanya.

“Hayo, pasti kalian berdua habis ghibahin Bu RT lagi ya. Yang abis beli kulkas tiga pintu tapi gak bisa masuk rumah karena pintunya ukurannya lebih kecil daripada kulkasnya?” tanya Nadia menduga-duga.

Mendengar perkataan Nadia, sontak saja Dila dan Dika kembali terkekeh.

“Ha ha ha, terus kulkasnya di apain kak. Gak bisa masuk rumah?” tanya Dika.

Nadia mengangkat bahunya sekilas.

“Entah, katanya sih di taruh garasi!”

“Gagal keren tuh!” sahut Dila.

“Sudah... sudah... ayo berangkat, jam segini biasanya bis nya sudah ngetem di halte. Yuk!” ajak Nadia pada kedua adiknya.

Setelah memastikan kedua adiknya sampai di sekolah. Nadia pun segera mencari ojek untuk mengantarkan dirinya ke alamat perusahaan yang tadi malam dia sudah daftar secara online.

Begitu tukang ojek itu berhenti di sebuah perusahaan yang begitu besar. Nadia sampai melongo.

“Wah, main ku benar-benar kurang jauh ya? Sampai perusahaan sebesar ini aku gak tahu?” gumam Nadia.

Namun apa yang dikatakan Nadia itu terdengar oleh tukang ojek.

“Mbak, wajarlah belum tahu. Orang perusahaan ini juga baru, banyak yang ngelamar, kemarin aja saya nganterin dua wanita cantik kayak mbak ini kesini!” kata tukang ojek itu.

Nadia langsung menoleh ke arah tukang ojek, dia bukan fokus pada apa yang dikatakan tukang ojek itu. Tapi fokus mencari dompetnya karena belum bayar ongkos ojek.

Setelah membayar ongkos ojek, Nadia lantas langsung meninggalkan tukang ojek tersebut dan masuk ke dalam lobby perusahaan itu.

Tidak di sangka, begitu Nadia masuk ke dalam. Ternyata memang sangat ramai. Banyak wanita dan pria yang membawa surat lamaran di tangan mereka seperti yang di bawa Nadia.

Nadia pun menghampiri resepsionis yang masih bicara dengan salah seorang pelamar kerja sepertinya.

Nadia langsung menghitung orang-orang yang khususnya wanita yang sedang berdiri menunggu di depan sebuah ruangan.

“Satu... dua... tiga...!”

“Astaga, banyak sekali. Bisa lolos gak ya?” gumam Nadia yang sudah insecure duluan.

“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis wanita itu sangat sopan pada Nadia. Karena orang yang sebelumnya sudah pergi.

“Selamat pagi mbak. Ini saya mau kasih surat lamaran. Semalam saya sudah daftar online dan kata yang membalasnya, saya di suruh datang ke sini pagi ini!” jawab Nadia dengan penuh percaya diri.

Nadia memang sudah punya pengalaman kerja yang cukup lama sebagai staf pemasaran. Jadi kalau soal percaya diri saat bertutur sapa dengan orang lain. Dia jagonya.

“Oh, baiklah. Karena mbak sudah mendaftar via online. Mbak bisa langsung ke lantai tiga. Ke ruangan yang paling ujung sebelah kanan!” terang resepsionis tersebut.

Nadia langsung tersenyum senang dan mengangguk. Nadia kemudian menuju lantai tiga dan mengetuk pintu ruangan yang di maksud mbak resepsionis yang ada di lantai satu tadi.

Tok tok tok

“Masuk!”

Sebuah suara bariton terdengar dari dalam ruangan itu. Nadia pun membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam ruangan tersebut.

“Selamat pagi!” kata Nadia sopan.

“Selamat pagi, silahkan duduk!”

Seorang pria dengan kulit putih dan manik mata berwarna biru berbalik dengan kursinya lalu meminta Nadia duduk. Nadia sempat terpana beberapa detik, tapi kemudian dia langsung duduk.

“Ini surat lamaran kerja saya!” kata Nadia menyerahkan surat lamaran kerjanya pada pria tampan nan rupawan dan menawan itu.

Pria itu hanya membuka, dan membolak-balik kertas di surat lamaran kerja Nadia beberapa kali.

“Golongan darah kamu apa?” tanya pria itu.

Nadia sempat melongo, tapi kemudian dia menjawab.

“O, pak”

“Kamu punya alergi? Pernah sakit kulit tidak?” tanya pria itu lagi.

Nadia langsung menggelengkan kepalanya.

“Tidak pak, saya tidak punya alergi. Dan saya belum pernah sakit kulit...!”

“Baiklah kamu di terima. Mulai besok kamu bisa bekerja. Jabatan kamu sebagai sekretaris tuan David Hughes. CEO perusahaan ini. Ruangan kamu di lantai 5, di depan ruangan tuan David. Silahkan keluar dan kembali bekerja besok!”

Nadia sampai tercengang. Tapi dia senang dia di terima bekerja. Setelah itu Nadia pulang ke rumah dengan hati senang. Dia juga sudah mengirimkan surat pengunduran diri ke perusahaan Adrian. Rasanya Nadia sudah tidak sabar menunggu hari esok untuk bekerja.

Keesokan harinya...

Nadia bersemangat sekali, dia datang ke perusahaan pagi-pagi sekali. Bahkan saat dia datang, resepsionis yang biasanya ada di meja resepsionis belum ada.

Nadia juga langsung bergegas ke lantai lima, dia sudah tidak sabar bertemu dengan bosnya. Namun saat pintu lift terbuka, suasana lantai lima begitu sepi.

Bahkan tidak ada satupun OB disana. Tidak seperti di lantai satu tadi. Ada beberapa OB yang bersih-bersih.

Nadia pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya dan berjalan menuju sebuah meja di depan sebuah ruangan. Yang dia yakini itu adalah meja kerjanya.

Nadia terlihat senang, karena bahkan namanya sudah ada di papan nama yang ada di atas meja.

“Aghkkkk!”

Nadia tersentak mendengar suara teriakan dari dalam ruangan. Karena merasa ada yang aneh, Nadia pun penasaran dan mengintip dari selah jendela kaca.

Mata Nadia terbelalak begitu melihat seorang wanita yang lehernya berlumuran darah tengah di pegang kedua tangannya oleh dua orang pria, dan salah satunya adalah yang menerima lamaran pekerjaan nya kemarin. Satu orang lagi tengah menggigit leher wanita itu.

Nadia ketakutan, dia gemetaran. Yang Nadia pikirkan hanya lari dari tempat itu.

Brak

Sayangnya ketika berbalik, Nadia malah menabrak salah satu guci yang ada di dekat meja kerjanya.

‘Ya Tuhan, tolong aku!’ batin Nadia yang mendengar suara pintu terbuka.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

ay

ay

kaburrr.......🏃🏃

2023-03-04

2

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

yassalam, kenapa Bun jadi mengakak 🤣huaaa, bang... kemana manismu yang dulu, Bang wkwkwk

2023-02-27

2

Video Song

Video Song

ada Susi lagi. sepupunya Noer namanya Susi, kah? 🤣🤣🤣🤣

2023-02-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!